Dari tulisan Dr. Nugroho, M.Psi yang berjudul Komersialisasi Pendidikan Kapan Berakhir? Ada beberapa catatan

Pertama, perlu adanya kajian ilmiah tentang kedua pengajaran (hypnoteaching dan aktivasi otak tengah) terutama aktivasi otak tengah.

Pembahasan:  Perbedaan definisi dan fungsi otak tengah berdasarkan lembaga training aktivasi otak tengah dan buku referensi ilmiah. Definisi otak tengah adalah jembatan untuk menghubungkan otak kiri dan kanan. (lembaga training aktivasi otak tengah). otak tengah disebut juga mesencephalon adalah bagian otak yang terletak di antara forebrain dan hindbrain. Atau terletak antara otak depan (besar) dengan otak belakang, terdiri dari tektum dan cerebral peduncle (buku referensi). Fungsi otak tengah berfungsi sebagai penyeimbang otak kanan atau kiri (lembaga training aktivasi otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam pergerakan bola mata, lensa mata, diameter pupil, saraf visual serta gerak motorik (buku referensi). Perbedaan dua definisi dan fungsi dalam tabel di atas menunjukkan bahwa pelopor aktivasi otak tengah menggunakan cara yang tidak tepat dalam menggunakan istilah biologi, karena sampai saat ini ilmu biologi maupun istilah biologi menurut buku referensi dan jurnal ilmiah, belum ada perubahan. Otak tengah bukan otak penghubung antara otak kiri dan kanan. Penghubung antara otak kiri dan kanan adalah corpus callosum. Kesalahan fatal ini membuktikan bahwa secara anatomi, para praktisi otak tengah bahkan secara serampangan menghubungkan otak tengah dengan otak kiri-kanan. Otak tengah jelas berhubungan dengan fungsi visual, tetapi dengan gegabah dihubungkan bahwa metode menutup mata akan mengaktifkan otak tengah merupakan kesimpulan harus diteliti lebih lanjut. Penelitian internasional juga membuktikan bahwa otak tengah mempunyai peranan dalam penyusunan memori yang baru bersama dengan organ hipokampus yang dirangsang oleh kadar dopamin otak. Dengan demikian, pembelajaran melibatkan bukan hanya bagian otak tertentu saja, tetapi juga melibatkan hampir sebagian besar otak. Metode otak tengah masih mentah, bahkan terlalu mentah untuk dijadika sebagai teori dan diajarkan kepada umum. Belum dijumpai artikel ilmiah sains yang diakui secara internasional yang membahas tentang hal ini. Ada artikel tentang aktivitas (bukan aktivasi) otak tengah dalam hubungannya dengan organ hipokampus dan kadar dopamin di midbrain melalui pembentukan memori baru.

Sedangkan pembelajaran hypnoteaching meskipun sudah adanya defenisi secara teori, kekurangan dan kelebihan hypnoteaching, langkah-langkah pembelajaran hypnoteaching. Namun perlu dikaji ulang mengenai pendekatan, model pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan lainnya karena pembelajaran bukanlah hal yang instan. Dalam pembelajaran dibutuhkan metode dan proses yang berkelanjutan seta kualitas hasil yang jelas.

Kedua, dibutuhkan pemahaman kepada orang tua dan masyarakat bahwa kecerdasan tidak intelektual semata, akan tetapi ada kecerdasan-kecerdasan yang lain.  

Pembahasan    : Apresiasi masyarakat terhadap tingkat kecerdasan bervariatif. Parameter kecerdasan seringkali hanya diukur dari kemampuan seorang anak apabila menguasai pelajaran-pelajaran ilmu exact seperti matematika dan fisika. Seorang orang tua memuji anaknya cerdas atau pintar apabila mengusai dua pelajaran tersebut. Bahkan, mereka bangga apabila anak-anaknya menjurai olimpiade atau lomba-lomba terkait dua maple tersebut. Tapi adakah orang tua memuji atau mengaprasiasi anak-anaknya memiliki kecerdasan musical, verbal, atau intuitive? Ataukah orang tua yang memuji anaknya apabila mereka hobbi melukis? Pujian itu ada, tetapi tentunya tidak seheboh apabila anak menjuarai fisika.

Soal apresiasi ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sepertinya diskriminasi. Pemerintah lebih mengapresiasi bila pelajar menjurai olimpiade fisika dibanding menjuari olimpiade seni. Bahkan, untuk olimpiade fisika ini, Kemendiknas ada dana tersendiri dan beasiswa khusus bagi para pemenangnya. Adakah beasiswa khusus untuk pemenang olimpiade tari atau budaya?

Tentu saja kebijakan pemerintah itu seperti ironi. Karena di satu sisi, kini pemerintah tengah menggalakkan Pendidikan Karakter yang dalam proses pendidikannya cenderung mengandalkan kemampuan otak kanan disbanding otak kiri. Seharunyalah, pemerintah harus memberikan apresiasi lebih pada pelajar yang memiliki kemampuan otak kanan.

Daniel Goleman mengatakan keberhasilan individu di masyarakat tidak ditentukan oleh IQ. IQ untuk nalar kecerdasan akademik atau kognitif penting. Tetapi ternyata IQ kontribusi 10 sampai 20 persen terhadap keberhasilan individu itu sendiri di masyarakat. Sekitar 80 persen lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosi terkait akhlak. Seorang yang cerdas emosi, dia selalu mengontrol tindakannya sejajar dengan prinsip-prinsip moral. Itu adalah kunci seseorang berhasil di masyarakat. Penulis yakin seseorang dengan IQ bagus tapi dia mudah terbawa emosi dan suka marah-marah, pada akhirnya karirnya tidak sukses.

Seseorang yang tidak mudah terbawa emosi dipastikan karakternya bagus. Dengan demikian, dia merupakan sumber daya manusia yang bagus. Banyak negarawan tahu untuk membangun nagara dimulai dari SDM. Pembangunan SDM yang penting adalah karakternya.

Ketiga, setuju dengan pernyataan penulis bahwa pemenang olimpiade matematika merupakan produk penyiapan yang terprogram dari sekolah.

Pembahasan    : Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang bagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Menurut Sudjana dalam Rusman (2010) Belajar juga merupakan melihat, mengamati, dan memahami. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah  mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen yang menunjang yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Pembelajaran merupakan suatu system, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang digunakan dalam kegiatan dalam kegiatan pembelajaran. Tidak halnya dengan Hypnoteaching dan aktivasi otak tengah yang belum atau tidak ada pendekatan-pendekatan ataupun model-model dalam pembelajaran, dan ketidakjelasan dalam mengevaluasi dari kedua program tersebut.

Keempat, perlu adanya peningkatan kinerja sekolah sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

Pembahasan    : Reeves dalam Lie (2010) mengusulkan sebuah konsep pemetaan kondisi dan posisi sekolah dengan menggunakan empat kuadran. Sumbu mendatar menunjukkan strategi dan tindakan penentu hasil yang sengaja dipilih dan dilakukan sekolah, sedangkan sumbu tegak memperlihatkan tingkat pencapaina hasilnya.

Tabel Strategi dan Tindakan Penentu Hasil

Beruntung

Sekolah masih cukup sering memperoleh hasil baik, walau tanpa memiliki strategi dan tanpa melakukan tindakan efektif yang terencana.

Kemungkinan sekolah mengulang keberhasilan semakin kecil

Memimpin

Sekolah mengalami tingkat pencapaian hasil yang tinggi serta memiliki pemahaman yang tinggi pula atas pentingnya strategi dan tindakan penentu hasil yang efektif.

Kemungkina sekolah mengulang keberhasilan besar

Kalah

Sekolah mengalami tingkat pencapaian keberhasilan yang rendah. Pemahaman sekolah atas pentingnya strategi dan tindakan penentu hasil juga rendah.

Kegagalan demi kegagalan sering dialami oleh sekolah

Belajar

Walau tingkat pencapaian keberhasilan belum optimal, namun tingkat pemahaman sekolah atas pentingnya strategi dan tindakan penentu hasil tinggi.

Kemungkinan sekolah mengulang keberhasilan besar

-1.0                        -0.5                                 0.0 0.0                             0.5                               1.0

Umumnya kita lebih terbiasa mengukur tingkat pencapaian hasil (sumbu vertikal) tetapi sangat jarang mengukur tingkat efektivitas strategi dan tindakan penentu hasil (sumbu horizontal). Tingkat keberhasilan yang diukurpun seringkali hanya bersifat popular di masyarakat, seperti prosentase kelulusan murid dalam Ujian Nasional, jumlah calon murid baru yang mendaftar, peringkat akreditasi sekolah, keberhasilan para murid dalam olimpiade matematika dan sains, jumlah dan ragam kejuaraan yang pialanya berhasil direbut para murid sekolah dan penambahan sarana dan prasarana.

Sedangkan pencapaian mutu yang justru mempunyai bobot edukasi masih jarang dievaluasi, seperti misalnya berapa banyak murid yang tadinya tertinggal dalam pelajaran sekarang menyukai belajar dan mulai mampu menyamai prestasi teman-temannya yang lain, berapa banyak murid yang mengalami perubahan perilaku, berapa banyak murid yang terinspirasi untuk menjadi ilmuwan, wirausahawan atau agen perubahan sosial ketika mempelajari sebuah topic pembelajaran, berapa banyak murid yang mampu berikir kreatif dan inovatif serta mengalami perkembangan signifikan dalam kecakapan memecahkan masalah.

Sekolah-sekolah yang tampak baik, acapkali dijumpai berada pada kuadran pertama beruntung (lucky). Sekolah-sekolah ini masih cukup sering memperoleh keberhasilan namun sebenarnya kesadaran dan pemahaman atas pentingnya strategi dan rencana tindakan penentu hasil yang efektif masih relative rendah dan belum membudaya. Sekolah-sekolah ini masih diuntungkan karena memperoleh siswa baru (intake) yang sangat berkualitas dengan orang tua berstatus sosial ekonomi menengah atas yang mampu memberi kesempatan anak-anaknya untuk les macam-macam di luar jam sekolah. Tanpa strategi atau tindakan tertentu yang dirancang secara bersengaja, sekolah sudah tampak berhasil dengan siswa-siswa yang sangat berprestasi dalam berbagai bidang.

Menurut Moedjiarto (2002) ada tiga tipe sekolah unggul (terbaik). Tipe pertama adalah inputnya unggul meskipun proses belajar mengajarnya tidak luar biasa, lulusannya tetap bermutu tinggi. Tipe kedua adalah fasilitas unggul (serba mewah), uang sekolah mahal, gurunya pilihan (kabanyakan melihatkan guru-guru dari manca Negara), rasio guru:murid sangat baik (kelas kecil) maka sekolah tersebut dapat melayani dengan mutu internasional. Tipe ketiga adalah sekolah yang mampu memproses siswa bermutu rendah (input rendah) menjadi lulusan yang bermutu tinggi (output tinggi) maka sekolah tersebut akan efektif.

Kelima, keterlibatan orang tua dalam prestasi pendidikan anaknya lebih utama dibanding dengan lembaga pendidikan.

Pembahasan    : Siswa yang berprestasi dan berhasil lulus pendidikan dengan hasil yang baik selalu memiliki orang tua yang selalu bersikap mendukung proses pendidikan yang anak jalani. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua agar anak-anaknya berprestasi dalam menempuh pendidikan yaitu dukungan lahir dan batin dari orang tua, bekerja sama dengan guru atau wali kelas, sediakan waktu untuk anak, perhatikan kegiatan belajar di rumah, ajarkan rasa tanggung jawab, belajar disiplin, kesehatan, dan menjadi teman terbaik.

Sebagai orang tua dapat menghindari banyak problem dan kekhawatiran atas pendidikan anak dengan mengingat bahwa kerja sama yang sukses dibangun di atas komunikasi yang baik. Kerja sama yang baik dengan para guru atau wali kelas di sekolah juga dapat melindungi anak untuk mendapat pendidikan yang layak di sekolah.

Keenam, para guru perlu membuat variasi pembelajaran yang lebih menekankan pada inovatif, kreatif, kepekaan sosial dan problem solvingyang lebih memperhatikan pada kemampuan siswa.

Pembahasan    : Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka perilaku mengajar yang humanis, adalah tindakan guru baik bahasa verbal dan non verbal yang menghargai kapasitas siswa dan memperlakukan siswa dengan rasa hormat dan empati sesuai karakteristik masing-masing.

Carl Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri.  Pengajaran yang baik adalah “proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).

Selain itu, dibuuthkan pendekatan pengajaran yang humanis dengan mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya menghargai potensi akademik, memberi keamanan psikologis,  memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk aktivitas-aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan aturan,  menceritakan pengalaman, menulis cerita, menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi siswa, stimulasi banyak buku bacaan, dan memberikan aktivitas brainstorming.

Ketujuh, perubahan bukanlah proses instan karena banyak faktor yang mempengaruhi dalam belajar dan pengajaran merupakan sebuah sistem

Pembahasan : Dalam psikologi pendidikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar dibagi menjadi faktor non sosial dan social. Faktor dari dalam dibagi menjadi faktor fisiologis dan psikologis. Terkait dengang multiple intelegensi siswa terhadap faktor tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh banyak proses. Mustakhil, jika multiple intelegensi yang dimiliki siswa diperoleh secara instan. Dengan pengajaran hypnoteaching dan aktivasi otak tengah menunjukkan bahwa tidak memperhatikan pada psikologi pendidikan, bahwa keberhasilan dalam belajar banyak faktornya. Multiple intelegensi juga didukung lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Secara psikologi pendidikan bahwa intelegensi itu diperoleh dengan tes yang terukur dengan kriteria tertentu seperti kredibilitas, validitas, dan tingkat kesukaran. Namun, kedua pengajaran tersebut tidak adanya kejelasan dalam penilaian keberhasilan pengajaran. Apalagi system pengajaran kedua system dari aspek rencana, penataan intensional orang, material, prosedur, saling ketergatungan (interdependent) dan tujuannya tidak jelas.

Daftar pustaka:

Anneahira. 2010. Pendidikan yang Baik untuk Anak. 2010.www.anneahira.com/pendidikan-untuk-anak.htm

Dauehard. 2011. Pembelajaran Hypnoteaching. www.davehard.worpress.com/pembelajran-hypnoteaching.

Enggen, P dan Kauckak, D. 1997. Educational Psychology Windows on Classroom third Edition. New Jersey : Prentice-hall.inc

Estiningsih, Dwi. 2011. Kajian Ilmiah Metode Aktivasi Otak Tengah.www.pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi anak/kajian-ilmiah-membantah-metode-aktivasi-otak-tengah/ didownload pada tanggal 2 Mei 2011.

Hartono. 2011. Aktivasi Otak Tengah. www.otaktangah.com/pengaktifan-otak-tangah/aktivasi-otak-tangah. didownload pada tanggal 1 Mei 2011.

Hamalik, Oemar. 2008.Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:Bumi Aksara.

Lie, Anita. 2011. Membincangkan Posisi Sekolah Berdasar Konsep Pemetaan. Jakarta:Tacher Guide.

Palmer, J.A (editor). 2003.50 Pemikir Pendidikan dari Piaget Sampai Masa Sekarang (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo Persada.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Jakarta: Grafindo Persada.

Zuchdi, Darmiyati. 2009. Humanisme Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.

LANDASAN PSIKOLOGIS


Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasn yang penting. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut tertuju pada pemahamna manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.

Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.

Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap – tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani. silakan diklik

A.                            PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan – pendakatan yang dimaksud adalah ( Nana Syaodih, 1998 ) :

a.          Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan – tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri – ciri khusus yang berbeda dengan ciri – ciri tahap – tahap yang lain.

b.         Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu – individu itu memiliki kesamaan – kesamaan dan perbedaan – perbedaan. Atas dasar ini lalu orang membuat kelompok – kelompok. Anak – anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, agama, status sosial ekonomi, dan sebagainya.

c.          Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual.  Melihat perkembangan seseoarang secara individual.

Menurut Crijns (tt.) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut.

1)            Umur 0 – 2 tahun disebut masa bayi

2)            Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak – kanak

3)            Umur 5 – 8 tahun disebut masa dongeng

4)            Umur 9 – 13 tahun disebut masa Robinson Crosoe ( nama seorang petualang )

5)            Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan

6)            Umur 14 – 18 tahun disebut masa puber

7)            Umur 19 – 21 tahun disebut masa adolesen

8)            Umur 21 keatas disebut masa dewasa

Robert Havighurst (1953) membagi perkembangan individu menjadi empat tahap, yaitu masa bayi dan kanak-kanak kecil (0-6 tahun), masa kanak-kanak (6-12 tahun), masa remaja atau adoselen (12-18 tahun), dan masa dewasa (18 -…tahun). Selain itu, Havighurst mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan (development task) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut:

a.       Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil (0-6 tahun):

Tugas perkembangan masa bayi dan kanak-kanaak kecil yaitu belajar berjalan, belajar makan makanan yang padat, belajar berbicara/berkata-kata, belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh, belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan  jenis kelaminnya,, mencapai stabilitas fisiologis/ jasmaniah,Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan kenyataan fisik, belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara -saudaranya, dan orang lain, belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati

b.      Tugas perkembangan Masa-masa kanak-kanak (6-12 tahun):

Tugas perkembangan masa-masa kanak-kanak yaitu belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari, pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organisme yang tumbuh, belajar bermain dengan teman-teman mainnya, belajar memahami peranan-peranan kepriaan atau kewanitaan, pengembangan kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, pengembangn konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari, pengembangn kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai, penembangn kebebasan pribadi, pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.

c.       Tugas perkembangan masa Remaja / adoselen (12-18 tahun) :

Tugas perkembangan masa Remaja / adoselen (12-18 tahun) yaitu mencapai peranan sosial dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan serta kebebasan emosional dari orang tua, memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan, mempersiapkan diri untuk berkeluarga, mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggungjawab dalam masyarakat.

d.      Tugas perkembangan pada masa Dewasa (18-…)

1.   Masa dewasa awal:

Tugas masa dewasa awal yaitu memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama, memulai berkeluarga, mulai menduduki suatu jabatan/pekerjaan

2.   Masa dewasa tengah umur:

Tugas masa dewasa tengah umur yaitu mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara yang dewasa, membantu anak belasan tahun menjadi dewasa, menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi, menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua.

e.       Tugas perkembangan usia lanjut :

Tugas perkembangan usia lanjut yaitu menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani, menyesuaikan diri pada saat pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang, dan menyesuaikan diri terhadap kematian,terutama banyak beribadah.

Tugas – tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap indvidu sepanjang hidupnya seperti tertera di atas, membari kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:

1)      Menentukan arah pendidikan

2)      Menentukan metode atau belajar anak – anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.

3)      Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.

4)      Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.

B.                             PSIKOLOGI BELAJAR

Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

  1. Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme berasumsi bahwa hasil dari sebuah pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dengan faktor penentunya adalah penguatan atau dorongan dari luar. Teori behaviorisme memiliki komponen yang terdiri dari rangsangan (stimulation), tanggapan (response), dan akibat (consequence). Tokoh teori ini adalah B.F.Skinner

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :

1)      Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan

2)      Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga

3)      Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu

4)      Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial

5)      Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.

6)      Untuk mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan

7)      Peserta didik cenderung pasif

8)      Kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci

  1. Kognitif

Teor belajar kognitif berasumsi bahwa belajar adlah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan untuk memproses informasi sesuai faktor kognitif berdasarkan tahapan usianya sehingga hasil belajar adalah perubahan struktur kognitif yang ada pada individu tersebut. Tokoh teori ini adalah Jerome Bruner.

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :

1)      Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.

2)      Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

3)      Tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan

4)      Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator

5)      Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-pengetahuan terpadu secara hierarkis

6)      Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik

7)      Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami dengan cara insight learning

8)      Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanan

  1. Humanisme

Teori belajar humanisme berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya, juga memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, juga memiliki keinginan untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalaman-pengalamannya. Tokoh teori ini adalah Carl Rogers

Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :

1)      Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik

2)      Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui

3)      Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial

4)      Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain

5)      Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu

6)      Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik

7)      Partisipasi peserta didik sangat dominan

8)      Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan

9)      Tujuan umum pendidikan adalah untuk memaksimalkan kemampuan diri dan pemahaman

C.                            PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengombinasikan ciri – ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu ( Hallonder, 1981 ).

Kecenderungan manusia untuk bersahabat sudah dimulai sejak permulaan dia hidup yaitu sejak masih bayi. Hampir semua bayi merespon secara positif  terhadap satu atau lebih orang dewasa. Lebih lanjut hampir semua orang tua kasih terhadap anak – anaknya, mereka selalu ingin dekat dengan anak – anaknya. Karena itu anak juga semakin dekat dengan orang tuanya. Inilah yang membuat terjadinya persahabatan atau keakraban.

Berkembangnya kasih saying ini disebabkan oleh dua hal yaitu, ( freedman, 1981 )

1.      Karena pembawaan atau genetika. Pembawaan kasih sayang ini sebagai perangkat yang penting untuk mempertahankan hidup sang bayi.

2.      Karena belajar. Mereka belajar semua aturan berperilaku. Anak – anak cinta pada orang tua, sebab orang tua memberi makan, memberi kehangatan. Sebaliknya orang tua cinta kepada anak sebab anak memberikan kebahagiaan orang tua.

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memiliki tiga kunci utama, yaitu :

1.         Kepribadian orang itu. Mungkin kita telah pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya, atau cerita – cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya.

2.         Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka kita hubungkan dengan cerita – cerita yang pernah didengar.

3.         Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada waktu itu. Maka dari kombinasi ketiga data ini akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu.

Motivasi juga merupakan satu aspek psikologi sosial, sebab tanpa motivasi tentu seseoarang akan sulit berpartisipasi di masyarakat. Sehubungan dengan hal ini, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak – anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar disekolah. Menurut Klinger ( Savage, 1991 ) faktor – faktor yang menentukan motivasi adalah:

1.         Minat dan Kebutuhan individu. Bila minat dan kebutuhan jasmani, roahani, dan sosial anak – anak dipenuhi, maka motivasi belajarnya akan muncul.

2.         Persepsi kesulitan akan tugas – tugas. Bila anak memandang akan kesulitan pelajaran tidak telalu berat, melainkan cukup menantang, maka motivasi belajar merekapun akan muncul.

3.         Harapan sukses. Harapan ini pada umumnya muncul karena anak itu sering sukses. Agar anak – anak bodoh punya juga kesempatan seperti ini, ada baiknya kalau materi pelajaran dibuat bertingkat dan model evaluasi bersifat individual.

Kepemimpinan juga dibutuhkan dalam pendidikan, baik di kalangan para pendidik, dikalangan anak – anak, maupun dalam proses pendidikan itu sendiri. Sebab tanpa kepemimpinan yang baik, segala kegiatan pendidikan tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan lancar. Dalam proses belajar mengajar misalnya, guru adalah pemimpin kelas dan beberapa anak juga menjadi pemimpin kelompok belajar masing – masing. Dapat dipahami bahwa baik buruknya proses belajar, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya. Di sini juga terkandung makna bahwa tugas guru untuk membina anak – anak agar menjadi pemimpin – pemimpin yang baik.

Daftar Pustaka

Anni, Catharina, Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press.

Bayu, Aditya, dkk. 2009. Landasan Psikologis Pendidikan. Bandung : Makalah UPI Bandung.

Desmita, El Idhani. 2005. Psikologi Perkembangan Bandung Rosdakarya.

Made Pidarta, 2000. Landasan kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

Umar, Tirtarahardja, dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Dikti.

Ini materi manajemen kearsipan tanggal 21 Mei 2011

silakan didownload  di sini ya…..
untuk materi pengamanan dan pemeliharaan arsip

Mimpi Punya LPK Agungbae

Usaha Pendidikan yang saya dirikan saya namakan LPK AGUNGBAE. LPK melayani pendidikan komputer untuk semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan berbagai profesi. Jenis pendidikan yang diselenggarakan dapat terlihat dari jenis produk yang ada, masing-masing produk disajikan sesuai dengan tingkat pendidikan dan intelektual dari peserta didik yang tercermin dari produk-produk seperti Agungbae Kids, Program Regular, dan Program Profesi. Rencananya LPK yang saya dirikan ada di Jalan Teuku Umar, Jatingaleh, Semarang.

Urutan langkah strategis yang saya lakukan terhadap usaha pendidikan tersebut adalah sebagai berikut visi, misi, tujuan, strategi, dan usaha.

Visi LPK Agungbae yaitu menjadikan teknologi komputer bagian dalam kehidupan masyarakat mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa dan multiprofesi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang efektif dan efesien yang sesuai dengan tuntutan zaman di era globalisasi.

Misi LPK Agungbae yaitu :

  1. Menyelenggarakan pendidikan komputer di masyarakat sesuai dengan tuntutan zaman melalui teknologi komputer sesuai dengan program-program yang dibutuhkan masyarakat pada era globalisasi,
  2. Mengenalkan dan memahami mengenai teknologi komputer pada semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan multidisiplin profesi,
  3. Menjadikan teknologi komputer sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari dalam melakukan pekerjaan yang efektif dan efesien.

Tujuan LPK Agungbae yaitu :

  1. Menghasilkan manusia yang melek terhadap teknologi komputer yang sesuai dengan tuntutan zaman di era globalisasi,
  2. Meningkatkan pemahaman teknologi komputer pada semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan multiprofesi,
  3. Meningkatkan keterampilan dalam menggunakan program komputer pada kehidupan  sehari-hari sebagai solusi menyelesaikan pekerjaan,
  4. Membiasakan teknologi komputer sebagai bagian dalam kehidupan masyarakat yang membantu dalam menyelesaikan pekerjaan yang efektif dan efesien,

Beberapa strategi yang digunakan dalam mengenalkan LPK Agungbae. Pertama, membuat produk-produk berupa Agungbae Kids, Program Profesi, Program Regular, dan Program Profesi seperti program windows, networking (jaringan komputer), web design, design grafis, AutoCAD, teknisi komputer, internet, MYOB, SPSS, dan lainnya. Kedua, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan terkait dengan mata pelajaran Teknologi Ilmu dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran termasuk dalam masukan kurikulum mata pelajaran TIK dan menjadikan LPK sebagai mitra dalam organisasi sehingga LPK dapat dijadikan Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan Teknologi Iinformasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru TIK. Ketiga, biaya yang relatif diterima oleh masyarakat umum seperti siswa, guru, dan pekerja kantor sehingga menarik kalangan masyarakat. Keempat, membuat jadual kursus tiap beberapa bulan, menentukan jumlah pertemuan tiap program, dan diiklan pada beberapa media sehingga memudahkan bagi orang yang membutuhkan serta membuat brosur dan presentasi di instansi-instansi dan sekolahan. Kelima, meningkatkan akreditasi LPK menjadi lebih baik. Keenam, menjadikan LPK berprestasi dibidang Teknologi Informasi di Jawa Tengah.

Sasaran Agungbae Kids merupakan pendidikan komputer bagi anak-anak usia 6-12 tahun atau SD. Hal ini diharapkan anak-anak mengenal dan menyukai komputer. Sasaran program regular merupakan pendidikan komputer yang diperuntukkan bagi siswa usia 13-19 tahun (siswa SMP-SMA). Adapun materi pendidikan komputer dalam produk ini disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan pada tingkatan tersebut. Sasaran program profesi merupakan pendidikan komputer  yang dikembangkan untuk mencetak tenaga kerja siap pakai pada bidang tertentu yang di dalamnya terkandung penggunaan teknologi komputer sebagai alat bantu. Pendidikan ini dapat diikuti oleh peserta lulusan setingkat SMU atau bagi para peserta umum yang telah bekerja atau suatu instansi perusahaan, di mana para karyawannya untuk meningkatkan kemampuan serta keahlian sesuai dengan bidangnya. Beberapa program profesi ini antara lain sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Beberapa usaha untuk menunjang program-program tersebut. Pertama, membuat kurikulum, silabi, dan rencana pembelajaran yang harus dicapai setiap program. Program windows dan office kompetensinya adalah windows, ms. word, ms. excel, ms. access, ms. power point, dan internet. Program internet kompetensinya adalah browsing, search engine, e-mail, chatting, dan setting personal web. Program teknisi komputer kompetensinya adalah merakit komputer, install hard disk, install CD Rom, dan install aplikasi. Program MYOB kompetensinya adalah general ledger, special journal, rekonsiliasi bank, dan financial report. Program desain grafis kompetensinya adalah adobe photoshop, corel draw, dan page maker. Program web desain kompetensinya adalah coreldraw, photoshop, flash, swish, html, dreamweaver, php, dan mysql. Program SPSS kompetensinya adalah metode penilaian, penyiapan olah data, statistik, analisa cluster, regresi, dan analisis factor. Program AutoCAD kompetensinya adalah membuat obyek efek dan dimensi, layer & type grafis, block and hacth, dan obyek 3 dimensi. Untuk lebih jelasnya dapat ditnjukkan pada tabel berikut :

Tebel Produk-produk LPK Agungbae

No

Produk

Sasaran

Usia

Target Materi

1 Agungbae Kids Anak-anak 6-12 tahun Menyenangi program komputer
2 Regular Siswa SMP dan SMA 13-19 tahun Disesuaikan dengan program sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah.
3 Profesi Lulusan SMA/ SMK/ sederajat/ pekerja 20-ke atas program windows, networking (jaringan komputer), web design, design grafis, AutoCAD, teknisi komputer, internet, MYOB, SPSS, dan lainnya.

Kedua, menjaga sarana dan prasarana labolatorium komputer yang representatif, dan selalu mengup to date beberapa program-program teknologi komputer sesuai dengan pengguna komputer. Ketiga, meningkatkan kompetensi para pengajar dalam program-program tersebut, karena teknologi komputer bersifat dinamis, yang berubah sangat cepat sesuai dengan tuntutan zaman yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia yang praktis, efesien dan efektif, bekerja sama dengan guru sekolah dalam membuat media pembelajaran berbasis e learning dan berbasis Teknologi Ilmu dan Komunikasi (TIK). Keempat, menambah fasilitas Wifi untuk hot spot area.

 

 

 

Analisis SWOT

Kekuatan

Memiliki Labolatorium komputer lengkap,

Memiliki banyak mahasiswa,

Pengajar yang professional,

Pemimpin dan tim karyawan yang bersemangat,

Dukungan yang kuat dari Dinas Pendidikan dan para instansi swasta,

Moral staf yang baik,

Teknologi komputer dengan program-progamnya yang selalu up to date,

Memiliki banyak produk yang ditawarkan

Pendidikan komputer untuk semua kalangan dan profesi,

Staf pengajar yang masih muda

Kelemahan

Beberapa produk (program) kelas sedikit peminat,

Beberapa komputer ada yang loading lama,

Anggaran yang minim,

Prestasi mahasiswa yang kurang,

Dosen senior yang kurang professional,

Gedung yang umurnya tua menjadikan kurang menarik,

Program-program komputer menggunakan program yang tidak orisinal seperti office,

Tempat yang kurang strategis

Kesempatan

Kesempatan meningkatkan keahlian staf pengajar dan karyawan,

Mengembangkan kerja sama terhadap sekolah dan perusahaan dalam meningkat keterampilan teknologi komputer,

Ekspansi (perluasan) mitra dalam program profesi, sehingga lulusannya dapat mudah bekerja dan diminati perusahaan,

Program-program tertentu dapat dijual/ dipasarkan sebagai produk unggulan,

Ancaman

Terkena sanksi terhadap program-program komputer yang tidak orisinal,

Kehilangan pengajar senior yang berpengalaman,

Kehilangan beberapa program kelas yang sedikit peminat,

Munculnya LPK lain di tempat yang sama,

Persaingan harga dari LPK yang relatif murah,

LPK yang lain mengeluarkan produk program yang lebih inovatif

Perencanaan pendidikan dalam system pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 sangat baik. Pendidikan nasional dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik dalam bentuk sekolah maupun dalam bentuk kelompok belajar. Kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program pengelolaan pendidikan. Penyelenggaraan Sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Pendidikan Sekolah. Sedangkan jenjang pendidikan terbagi atas jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

Struktur pendidikan dasar (primary basic education) berbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lainnya. Dijelaskan pula, pendidikan dasar tersebut diperuntukkan dan diwajibkan bagi setiap Warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Artinya pemerintah bertanggung jawab terhadap pendidikan dasar dan berdosa jika terdapat warganya yang tidak mendapatkan pendidikan dasar.

Struktur sistem pendidikan lanjutan setelah pendidikan dasar adalah pendidikan menengah (secondary education). Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menegah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berupa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Menengah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan bentuk lainnya.

Struktur pendidikan setelah pendidikan menengah adalah pendidikan tinggi (tertiary education). Pendidikan tinggi berupa akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Adanya variasi tehnical dan vocational education pada jenjang kedua, dan variasi adanya institute, universitas, akademik, politeknik, dan lainnya dengan variasi masa studi empat tahun untuk institut dan universitas, dan tiga tahun untuk akademik. Jika digambarkan keterkaitan struktur system pendidikan dan struktur kependudukan berdasarkan kelompok usia sebagai berikut :

Primary basic education

Secondary education

Tertiary education

Universitas, Institut,  Sekolah Tinggi, Akademik, politeknik

sederajat

SMA, MA, SMK, MAK, sederajat

SD, MI, SMP, MTs, sederajat

Usia 16- 18 tahun

Usia 7- 15 tahun

Usia 19- 25 tahun

Tak hanya struktur jenjang pendidikan saja dalam Sisdiknas, bahkan jenis program pendidikan diatur pendidikan umum, kejuruan, luar biasa, kedinasan, dan keagamaan. Program pendidikan informal, non formal, usia dini, kedinasan, keagamaan, jarak jauh, pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus juga direncanakan dalam Undang-Undang. Hal ini dilakukan sebagai wujud terciptanya tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun, struktur perencanaan pendidikan tersebut di atas, menunjukkan bahwa belum adanya integrasi yang baik antar lembaga/ departemen seperti adanya sekolah kedinasan dan sekolah keagamaan yang masing-masing dikelola oleh lembaga yang terkait yaitu departemen dan non departemen. Oleh karena itu, adanya peran ganda dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara keilmuan Perguruan Tinggi jurusan sosial politik akan sama dengan pendidikan kedinasan seperti IPDN. Hal ini, tentu akan berakibat pada kelulusannya dalam mencari pekerjaan, atau diskriminasi lulusannya. Seperti CPNS di Departemen Dalam Negeri yang cenderung memilih lulusan IPDN daripada lulusan jurusan Sospol dari Perguruan Tinggi. Seharusnya semua penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, sehingga akan mempermudah dalam mengevaluasi penyelenggaraan jika terdapat kesalahan dan mempermudah dalam birokrasi pendidikan tanpa harus melibatkan lembaga lain. Selain itu, kurang tersentuhnya pendidikan pendidikan informal dan nonformal, sehingga banyak anak yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah dan anak jalanan yang putus sekolah. Seharusnya pemerintah membuat perencanaan pendidikan yang lebih matang dalam pendidikan informal dan nonformal dan bekerja sama dengan pihak swasta untuk menyelesaikan masalah pendidikan ini. Karena bagaimanapun, maju dan mundurnya suatu bangsa tergantung pada pendidikan dan anak bangsa merupakan asset bangsa yang sangat berharga.

penilaian kinerja

Definisi Penilaian Kinerja

Penilaian Kinerja (performance appraisal) adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama waktu tertentu. Umpan balik kinerja (performance feedback) memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik karyawan bekerja apabila dibandingkan dengan standar organisasi. Penilaian kinerja menjadi basis bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, peltihan transfer, dan kondisi kepegawaian lainnya (Simamora, 2004:338). selanjutnya

kisi-kisi mid kesekretarisan

ini ya kisi-kisinya,,,belajar yang rajin