Jumat, 18 Mei 2012 merupakan hari kunjungan ketiga saya dan istri jenguk Pakde di rumah sakit Panti Wilasa, Citarum, Semarang. Sebenarnya scadule pada hari itu adalah pulang ke Pemalang, akan tetapi menurut saran Mamah yaitu jangan pulang Pemalang dulu karena kemarin baru pulang, uangnya disimpan buat kebutuhan yang lain. Dengan alasan tersebut dan prinsip saya akan ridho Allohi ridhol walidain (ridho Alloh, Ridho kedua orang tua). Akhirnya saya memutuskan mengubah scadule dengan jenguk Pakde.
Padahal, Malam harinya yaitu hari Kamis, 18 Mei 2012 saya sudah menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan scadule pergi ke Pemalang. Istri menyelesaikan pekerjaan rumah seperti menyuci baju, menyetrika baju, dan pekerjaan lainnya. Saya fokuskan pada pekerjaan menyelesaikan data-data tesis. Sesuai dengan rencana awal jika Jumat pulang ke Pemalang, setelah mendapat jawaban dari SMK Negeri 6 Semarang bahwa pada hari Sabtu tanggal 19 Mei 2012 Sekolah masih libur kenaikan cuti Isa Al Masih. Akhirnya saya merubah scadule untuk rencana pada hari sabtu, adalah mengambil data penelitian di SMK Negeri 6 Semarang.
Dengan ada dua scadule yang gagal, pulang Pemalang, dan mengambil data di SMK Negeri 6 Semarang. Akhirnya pada hari Jumat, saya dan Istri jenguk Pakde di Rumah Sakit. Dalam diri saya, setiap hari Jumat saya sudah menyiapkan segala sesuatu. Prinsip saya adalah hari Jumat adalah sayyidul ayyam (hari yang paling baik). Mulai malam jumatnya pun malam itu saya sudah memperbanyak ibadah dengan solat sunah rowatib, solat tasbih, baca tahlil, baca surat yasin, dan lainnya.
Jumat, jam 11.00 WIB saatnya mempersiapkan solat Jumat. Pakde selama di Rumah Sakit ditemani oleh anaknya yang bernama Yusuf. Saya berniat menghibur dia, karena dia sudah sepuluh hari di rumah sakit. Untuk menghilangkan kejenuhan dia selama di Rumah Sakit, saya ajak dia Jumatan di Masjid Agung Kauman. Dia terlihat terhibur sekali dengan Jumatan di masjid Kauman, sepanjang jalan dia menikmati pemandangan orang kepanasan berjualan di pasar Johar, sesekali dia bertanya padaku, mana pasar Yaik? Trus aku jawab itu pasar Yaik, dan beberapa pertanyaan lain.
Tiba di masjid, kita langsung mengambil air berwudhu. Dia sangat memperhatikan segala sesuatu yang ada di masjid. Misal, missal orang yang sudah berwudhu jalan menuju shof langsung menuju pintu pertama masjid yang dipandu oleh takmir. Hal ini dimaksudkan agar shof pertama penuh, setelah penuh kemudian pintu kedua dibuka, setelah penuh pintu ketiga dibuka, dan seterusnya. Tidak umumnya masjid yang lain, karena orang pertama masuk langsung dari pintu depan, kemudian sebagian orang memilih duduk di shof belakang atau yang dekat dengan pintu keluar.
Jam 11.50, takmir mengumumkan laporan keuangan, dan petugas muadhzin, Imam, dan Khotib. Yang menjadi saya terkejut, adalah khotibnya ustad Yusuf Mansur. Ustad yang setiap hari aku ikuti kajiannya di wisata hati Antv. Waktu subuh saya bersama dengan beliau, waktu duhur sekarang saya dengan beliau. Akan tetapi, yang pada waktu duhur terasa lebih dekat, karena melihat secara fisik, ucapan beliau yang meledak-ledak ketika membahas sedekah dan quantum dalam hidup dengan amalan ibadah. Saya rekam pidato beliau dalam HP yang sudah saya silent, apa yang menjadi isi khotbah sebenarnya menurut saya bukan sesuatu hal yang baru. Isinya hampir sama apa yang disampaikan oleh beliau ketika di wisata hati Antv.
Hari itu adalah pertemuan pertama saya dengan beliau secara fisik. Saya sangat terbawa akan ceramah beliau dan doa beliau. Apalagi ketika beliau menyebut doa “mudah-mudahan Alloh menyembuhkan orang yang sakit, dilancarkan segala rizkinya, sabar dalam menjalani khidupan, dan seterusnya”. Sebagai akhir dari jumatan ditutup dengan sedekah. Saya menyedahkan dari rizki yang telah diberikan Alloh kepada saya, dengan jalan menuju ke sajadah yang ada di mimbar khotib ustad Yusuf Mansur. Sambil menuju ke mimbar, saya bersolawat nabi,,”solla Alloh ala Muhammad, Solla Alloh Alaihi wasallam” berkali-kali, sambil saya iringi dengan kalimat “labbaikallaahuma labbaik, labbaik la syarika labbaib, dan seterusnya,,,ucapan ketika haji. Sambil saya berdoa semua permasalahan dalam hidup. Doa yang sering aku panjatkan saat itu adalah “semuhkan mamah saya, hajikan aku dan mamahku”. Semakin keras, semakin berkali-kali doa itu ku panjatkan, semakin mengena di hati, dan air mata yang jatuh ke pipi. saya betul membayangkan apa yang saat ini saya lakukan adalah wujud Alloh ketika kelak Alloh menghajikan saya dan mamah kelah di baitullah, bedanya apa yang sala lempar ketika di haji adalah batu, akan tetapi hari itu yang ku lempar adalah uang, orang haji berdesakan untuk mencium hajar aswad, tetapi saya berdesakan menuju mimbar, karena saya tidak mau dititipkan dengan orang lain. Saya pengin di depan mimbar.
Setelah jumatan selesai, saya langsung telepon mamah, saya bilang mah, yakin mamah pasti seha dan kelak bias naik haji dengan aku juga. Beliau bilang ya Gung. Nah, kejadian yang tidak disangka saat itu adalah Pakde diijinkan pulang dari rumah sakit, yang mungkin seharusnya hari minggu. Eh, dengan kabar yang tidak diduga, akhirnya kita memutuskan pulang saat itu juga. Dalam hati saya, memang semua hidup itu Alloh yang mengatur, segala sesuatu yang tidak disangka itu hak Alloh, tinggal kita yakin tidak dengan keberadaan Alloh. Pakde sangat suka mendengar berita tersebut. Hanya kata Alhamdullih,, Alhamdullih,,,akhirnya kita pulang bersama ke Rembang dengan penuh suka cita.