Khusnudon dan Iblis

Adam ketika di surga segala kebutuhannya terpenuhi mulai dari sandang, pangan, dan papan. Bahkan pasangan atau teman pun diciptakan yaitu siti Hawa. Alloh hanya meminta untuk tidak mendekati pohon ini (dalam Al Quran). Dalam naskah tersebut tertulis “pohon ini” artinya, jika adam dan Alloh itu dekat. Tanpa harus berkata keras-keras. Ini mengindikasikan jika kita beribadah maka Alloh akan mendekat, sampai pada kebutuhan-kebutuhannya.Demikian juga manusia jika ingin beribadah maka harus terpenuhi semua kebutuhannya maka Alloh akan dekat.

Di surga Adam dan Hawa hidup serba terpenuhi. Suatu saat Alloh menyuruh Iblis untuk sujud kepada Adam. Tetapi perintah Alloh itu dibantahnya karena merasa Iblin lebih tinggi dari Adam. Adam terbuat dari api, sedangkan Adam dari tanah. Nilai yang terkandung adalah Iblis memiliki sifat yang jelek yaitu sombong dengan kata-kata “lebih baik” yang lengkapnya “aku lebih baik dari adam”. Jika di dunia ini ada orang yang mengatakan “saya lebih baik dari” maka dalam dirinya terdapat sifat Iblis.

Permintaan Alloh, Adam untuk menjauhi buah ini. Akhirnya Adam melanggarnya dengan memakan buah khuldi. Dalam Alquran tidak disebutkan nama buah, hanya saja para mufassirin mengartikan buah khuldi. Ketika adam makan buah, maka pakaian adam dan hawa seketika itu juga lepas. Kemudian, mereka mengambil daun di surga untuk menutupi tubuhnya. Kemudian Alloh berkata “Kamu telah memakan buah itu”. Jika diperhatikan “buah itu”, itu artinya Alloh marah dan jauh dari Adam, dan Alloh mengatakan itu sambil berteriak. Telanjangnya mereka mengartikan bahwa sesungguhnya jika manusia salah itu akan mendapatkan hukuman dan jauh dari Alloh serta fasilatas Alloh yang diberikanNya. Alloh menerima tobat mereka tetapi hukuman tetap berjalan. Sebagaimana doa adam “robbana dolamna anfu sana wa ila tagfirlana lana ku nanna minal khosirin”.

Ketika mereka saat turun ke bumi, mereka memohan ampunan alloh, tetapi tidak secara langsung Alloh menerimanya. Alloh mendidik kita bahwa jika punya kesalahan ya hukuman tetep berjalan, ampunan maka akan mendapatkan. Biarlah hukuman itu sebagai efek social di masyarakat Adam ata orang bersalah merasakannya. Kita harus khusnudon kepada mereka dalam memberikan jawaban kepada orang bersalah, jika tidak khusnudon maka sifat “lebih baik dari” akan muncul dalam diri dia.

Sebagiamana kisah seorang gadis cantik yang akan menikah dihadapkan pada tiga pendeta. Pendeta pertama sangat kaya, pendeta kedua penyair atau pujangga, pendeta ketiga pintar. Pada saat pemilihan calon suami yang akan dipilihnya, tiba-tiba gadis itu meninggal. Sebagaimana tradisi orang Hindu, jika ada yang meninggal gadis tersebut dibakar dan abunya di bawa ke sungai Gangga. Di sungai Gangga, pendeta pertama membuatkannya peti dari emas. Pendeta kedua, memuji-muji nama baik gadis itu. Pendeta ketiga, meninggalkan sungai Gangga menuju suatu tempat untuk menghilangkan memory dengan dia. Suatu ketika pendeta ketiga bertamu di suatu rumah. Dalam rumah tersebut menjumpai seorang ayah yang memukul anaknya karena berbuat salah, bahkan membunuhnya dan membakarnya. Dalam benak pikiran pendeta ketiga mengatakan bahwa anak tersebut mendapatkan hukuman yang berlebihan, masa hanya dengan memiliki kesalahan satu saja dihukum dengan dibunuh. Kemudian ibunya mendatangi ayah dan memberikan sebuah kitab dan menunjukkan halaman tertentu, serta membacakannya dihadapan abu anaknya. Ternyata anaknya hidup kembali.

Dengan kejadian tersebut. Pendeta ketiga, pada malam harinya mencuri kitab tersebut dan membacakannya dihadapan abu gadis yang telah meninggal. Yah, hiduplah gadis yang telah meninggal tersebut. Tibalah waktunya gadis untuk menentukan pendamping hidupnya di antara ketiga pendeta. Secara mengejutkan gadis tersebut memilih pendeta kedua, karena dia sebagai suami yang menerima kebaikan dia meskipun dia jelek. Dia tidak memilih pendeta pertama karena bersifat ke”bapak”an. Tugas bapak adalah menyempurnakan tugas anak, terbukti setelah meninggal dia hanya membuat peti emas. Sedangkan pendeta ketiga lebih bersifat teman karena dia selalu berjuang demi apa pun tetapi masih mengharapkan sesuatu.

Dari cerita ketiga pendeta, dalam kehidupan maka kita harus bijak menjadikan seseorang itu sebagai bapak, suami, dan teman. Sikap khusnudon dan meminimalisir kesalahan harus dijaga. Memang manusia tidak dapat mengatakan dirinya suci dan bebas dari kesalahan. Adanya kesalahan menjadikan sikap lebih baik. Iblis selama ini hanya punya satu kesalahan yaitu tidak mau sujud kepada Adam. Mungkin kita sebagai manusia memiliki kesalahan yang lebih dari Iblis yang memiliki kesalahan satu. Oleh karena itu selalu berbuat baik dan berpikir positif jika orang punya kesalahan karena menurut Nabi jika ingin mendapatkan berita kesalahan orang lain lebih baik tanya kepada yang bersangkutan sehingga kita memperoleh jawaban yang fair.

Terinpirasi oleh khutbah jumat DR Zaim Mubarok, FBS Unnes (1 Februari 2013)

3 Komentar (+add yours?)

  1. tasihin
    Feb 19, 2013 @ 01:09:48

    baik komentarnya nt

    Balas

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: