agungbinmadik@yahoo.com
Vocational education as one of the aims is to prepare students to enter the workforce and creating jobs with entrepreneurship. The focus of the planning problem is the teaching factory. Formulation of the questions in this study were (1) How to identify needs and problems of teaching factory? (2) Policies teaching factory? (3) What teaching strategies factory? (4) How to formulate the development of teaching factory pattern? (5) How does a preliminary evaluation of teaching factory? This research approach is qualitative approach with case studies. Collection techniques of observation, interviews, and document study. Validity of the degree of confidence, keteralihan, dependency, and certainty. The conclusions in this study were (1) The identification of common needs and problems of each teaching unit that adopt factory production, (2) Teaching factory provides its own policy on each policy of basic production unit, part, and the general (3) strategies used in this study with SWOT analysis approach. (4) The development by improving the quality of products and services, human resource professionals, and private participation in investment (5) Evaluation conducted through the introduction of financial reporting is made of each UP, and the correction of the activities in the UP, and the SOP. Suggestions in this research is to teaching factory, should have a broad policy in managing the UP and the uniformity of the program based on the length of time, (2) For schools, the school put the factory level with the school teaching, (3) For other educational institutions, input in developing teaching factory, (4) For other researchers, as a factory Referrals about teaching, and to examine the other side.Kata Kunci : Perencanaan Teaching Factory, Nilai Entrepreneurship
Keywords: Teaching Planning Factory, The Entrepreneurship
PENDAHULUAN
Pentingnya peranan pendidikan sebagaimana dalam UUD 1945, pemerintah mengusahakan untuk menyelenggarakan suatu sistem melalui lemabaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang mampu mengatasi permasalahan negara seperti pengangguran, pengangguran tertinggi sebagaimana ada pada SMA dan SMK sebagaimana Badan Pusat Statistik (2012). Prosser dalam Adriyanto (2011:2) bahwa sekolah vokasional dapat mendapatkan pekerjaan yang ada di industri. SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tujuannya adalah menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional, menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja, dan memiliki tanggung jawab yang sangat relevan terhadap pembentukan jiwa entrepreneurship bagi lulusannya.
Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Secara kurikulum pendidikan kewirausahaan masuk dalam adaptif, artinya bahwa terdapat beberapa teori yang harus dipelajari oleh siswa, sehingga cenderung pendidikan kewirausahaan bersifat teoritis di kelas, sedangkan masyarakat masih memandang bahwa menjadi pegawai lebih nyaman dibandingkan dengan entrepreneurship. Meredith dalam Suprojo (1999), memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, berjiwa kepemimpinan, berorientasi ke depan, dan keorisinalan.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, bahwa ada keunikan nya yaitu penanaman kewirusahaan saling mengintegrasikan antara pembelajaran pendidikan kewirusahaan dengan teaching factory dan keterserapan lulusannya bekerja sesuai dengan bidang, bahkan ada yang memiliki usaha sendiri (Bimbingan Konseling SMK Negeri 6 Semarang). Hal ini karena di seklah tersebut terdapat teaching factory.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan teaching factory dalam upaya menanamkan nilai-nilai entrepreneurship di SMK Negeri 6 Semarang? Pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik sebagai berikut (1) Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan dan masalah teaching factory? (2) Kebijakan-kebijakan apa saja yang digunakan teaching factory? (3) Bagaimana strategi dalam teaching factory? (4) Bagaimana merumuskan pola pengembangan dalam teaching factory? (5) Bagaimana evaluasi pendahuluan teaching factory?
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan merupakan bagian dari manajemen. Tidak ada proses dalam manajemen yang dilakukan tanpa melalui perencanaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Hanafi, 2003:6) yang mendefinisikan manajemen sebagai proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi. Handoko (2003:77) menyatakan bahwa perencanaan adalah proses dasar di manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, karena dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut (Sagala, 2009:113) perencanaan strategis di sekolah mencakup lima langkah yaitu: (1) perumusan misi (2) asesmen lingkungan eksternal (3) asesmen organisasi (4) perumusan tujuan khusus dan (5) penentuan strategi. Beberapa elemen penting dalam teaching factory yang perlu dikembangkan yaitu standar kompetensi, siswa, media belajar, perlengkapan dan peralatan, pengajar, penilaian prestasi belajar, dan pengakuan kompetensi (Zaman, 2010:11). Guruvalah (2010:2) Unit produksi dan jasa merupakan suatu aktivitas bisnis dilakukan secara berkesinambungan dalam mengelola sumber daya sekolah sehingga dapat menghasilkan produk dan jasa yang mendatangkan keuntungan. Teaching factory hanya melibatkan indvidu sekolah yang berkompeten, sedangkan unit produksi, tidak memperhatikan kompetensinya (Bambang dan Suci 2006:8).
Menurut para ahli kewirausahaan, ada banyak nilai-nilai kewirausahaan yang mestinya dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah yang lain. Namun, di dalam pengembangan model naskah akademik ini dipilih beberapa nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Beberapa nilai-nilai kewirausahaan beserta deskripsinya yang akan diintegrasikan melalui pendidikan kewirausahaan yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, resa ingin tahu, komunikatif, dan motivasi kuat untuk sukses (Kementerian Pendidikan Nasinal (2011:10-11).
METODE RISET
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Rancangan penelitian (1) peneliti melakukan studi eksplorasi dan dokumentasi perencanaan teaching factory yang meliputi visi, misi, tujuan, kebijakan, program, strategi, dan evaluasi pendahuluan (2) pengumpulan data awal guna memfokuskan masalah penelitian, (3) penjadualan penelitian dengan sekolah (4) pemodifikasian rancangan penelitian dan peneliti pengembangan masalah, (5) peneliti melakukan pengumpulan data dan pengelompokannya (6) peneliti melakukan kegiatan analisis data yang telah diperoleh dari hasil penelitian.
Data utama diperoleh dari ketua teaching factory dan manager on duty, DUDI, siswa, dan guru. Sedangkan data pendukung adalah dokumen-dokumen yang ada pada unit produksi dan teaching factory (Moleong,). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara observasi, wawancara, dan studi dokumen. Observasi ini dapat dilakukan pada ruang garmen, labolatorium boga, lapangan gebyar karya, salon kecantikan, dan lobby hotel Rumpita. Sasaran wawancara dalam penelitian ini adalah ketua teaching factory, manager on duty, siswa, guru, dan DUDI. Dokumen dalam penelitian ini dokumen mengenai teaching factory berupa produk dan jasa, data yang diperoleh di surat kabar, website mengenai teaching factory.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan , (kebergantungan dan kepastian. Triangulasi metode digunakan sebagai upaya untuk mengecek keabsahan data melalui pengecekan kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan data sesuai dengan metode yang absah. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono: 2009) mengatakan bahwa teknik analisis data dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu reduksi data, data display, dan tahap verifikasi.
HASIL DAN TEMUAN
Teaching factory yang ada pada SMK Negeri 6 Semarang memiliki pengelola tersendiri. Pengelola terdiri dari kepala sekolah, ketua teaching factory, bendahara, dan sekretaris. Ketua teaching factory memiliki kewenangan terhadap empat unit produksi yaitu unit produksi perhotelan, jasa boga, busana butik, dan kecantikan. Perencanaan teaching factory yang ada di SMK Negeri 6 Semarang berupa visi, misi, tujuan, dan program-program. Perencanaan teaching factory diwujudkan dalam perencanaan pada tiap-tiap unit produksi. Masing-masing unit produksi memiliki perencanaan tersendiri yang berbeda dengan unit produksi antar satu dengan yang lainnya. Visi teaching factory adalah mewujudkan SMK Negeri 6 Semarang sebagai pencipta sumber daya manusia profesional melalui teaching factory dalam bidang tata boga, tata busana, tata kecantikan, dan akomodasi perhotelan. Misi teaching factory adalah membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri sesuai bidang yang ada di unit produksi, menyiapkan tenaga terampil dibidang tata kecantikan, busana, tata boga dan akomodasi hotel, dan menyiapkan wirausahawan. Program kerja teaching factory SMK Negeri 6 Semarang adalah membuat struktur organisasi, menyusun program kerja tahunan, rapat sosialisasi program kerja teaching factory kepada unit produksi keahlian, mengarahkan dan membimbing pelaksanaan kegiatan kegiatan unit produksi, promosi, rapat koordinasi, malaksanakan kegiatan kewirausahaan, membuat kerja sama dengan industri dan sekolah lain, melaksanakan pembinaan, memeriksa pembukuan dan administrasi unit produksi program keahlian, malaksanakan studi banding, dan membuat laporan akhir semester.
Visi unit produksi perhotelan adalah mewujudkan SMK Negeri 6 Semarang sebagai pencipta sumber daya manusia profesional di bidang akomodasi perhotelan yang berkompeten untuk menuju era globalisasi. Misinya adalah mewujudkan tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri serta menyiapkan tenaga profesional di bidang akomodasi perhotelan, menjadikan SMK Negeri 6 Semarang yang mandiri, menghasilkan wirausawahan dan sebagai sumber pusat informasi perhotelan. Program keahlian hotel dan restoran bertujuan untuk melaksanakan pekerjaan dilingkup front office sebagai reception, reservation, telephone operator dan porter, melaksanakan pekerjaan dilingkup housekeeping sebagai public area attendant, room attendant, order taker, linen dan uniform attendant dan laundry attendant, mengolah dan menyajikan makanan kontinental yang terdiri dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup, mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk pauk dan makanan penutup, melayani makan dan minim baik di restoran maupun di kamar tamu, dan lainnya.
Visi Unit Produksi Jasa Boga adalah mewujudkan tamatan program keahlian tata boga sebagai pencipta sumber daya manusia yang mampu menghadapi era global. Misinya adalah membentuk tamatan yang berkepribadian unggul, kreatif, dan inovatif, mendidik dan menyiapkan wirausahawan yang disiplin, tangguh, dan mandiri, mempersiapkan tenaga kerja terampil di bidang tata boga. Program keahlian tata boga bertujuan untuk mengelola dan menyajikan makanan kontinental yang terdiri dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup, mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk pauk dan makanan penutup, melayani makan dan minum baik di restoran maupun di kamar tamu serta menata meja makan dan meja prasmanan, mengolah dan menyajikan aneka minuman non alkohol, mengorganisir operasi pelayanan makan dan minum di restoran.
Visi program studi busana adalah memujudkan SMK Negeri 6 Semarang sebagai pencipta sumber daya manusaia profesional di bidang tata busana yang bertakwa untuk menuju era globalisasi. Misinya adalah membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga terampil di bidang tata busana, menyiapkan wirausahawan, dan menjadikan SMK Negeri 6 Semarang yang mandiri dan sebagai sumber informasi tata busana. Program Keahlian tata busana bertujuan untuk mengukur, membuat pola, menjahit, dan meyelesaikan busana, memilih bahan tekstil dan bahan pembantu secara tepat, menggambar bermacam – macam busana sesuai kesempatan, menghias busana sesuai desain, dan mengelola usaha dibidang busana. Fasilitas Program Keahlian tata busana adalah ruang praktik, mesin jahit manual dan otomatis, mesin obras, mesin lubang kancing, mesin industri, gunting pemotong listrik, alat pembuat pola, desain dan sarana pelatihan di sekolah berupa sanggar busana.
Visi unit produksi jasa kecantikan yaitu mewujudkan SMK Negeri 6 Searang sebagai pencip sumber daya manusia profesional di bidang tata kecantikan yang bertaqwa untuk menuju era globalisasi. Misi unit produksi jasa kecantikan adalah membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri serta menyiapkan tenaga terampil di bidang tata kecantikan, menyiapkan wirausahawan, menjadikan SMK 6 Semarang yang mandiri, dan sebagai sumber informasi tata kecantikan. Program keahlian tata kecantikan terbagi menjadi dua program studi yaitu kecantikan kulit dan rambut. Kecantikan kulit bertujuan untuk menerapkan pengetahuan anatomi dan fisiologi kecantikan, menentukan kosmetika kecantikan, merawat kulit wajah, merias wajah, merawat tangan dan kaki, dan lainnya. Kecantikan rambut bertujuan untuk menerapkan pengetahuan anatomi dan fisiologi kecantikan, menentukan kosmetika kecantikan, mencuci rambut, merawat kulit kepala dan rambut, mengeringkan rambut dengan alat pengering, memangkas rambut, dan lainnya. Program kerja tahunan unit produksi kecantikan yaitu membuat struktur organisasi, menyusun program kerja tahunan, rapat koordinasi dan sosialisasi program kerja, pengarahan dan pembimbingan kegiatan unit produksi, promosi, dan repat koordinasi. Membuat struktur organisasi bertujuan untuk membagi tugas sesuai kedudukan masing-masing. Tujuan menyusun program kerja tahunan adalah sebagai acuan pelaksanaan unit produksi. Tujuan rapat koordinasi dan sosialisasi program kerja adalah menyampaikan program kerja kepada semua warga SMK. Tujuan pengarahan dan pembimbingan adalah agar kegiatan unit produksi terkoordinasi, tujuan promosi adalah mengenalkan produk unit produksi kecantikan. Rapat koordinasi bertujuan utnuk mengevaluasi kegiatan kerja.
Kebijakan dalam teaching factory adalah kebijakan yang ada pada pokok, umum, dan bagian. Kebijakan pokok berupa tiap unit produksi membuat laporan keuangan setiap bulan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen yang ada pada unit produksi, yang ditandatangani oleh ketua unit produksi dengan sepengetahuan kepala sekolah. Kebijakan yang secara umum adalah kebijakan mengenai ketentuan siswa dalam praktek di teaching factory, bahwa siswa kelas X belum memasuki tempat teaching factory. Sedangkan siswa kelas XI, memasuki teaching factory dan siswa kelas XII, tidak masuk secara penuh praktek di teching factory.
Kekuatan teaching factory SMK Negeri 6 Semarang adalah peralatan yang lengkap pada masing-masing unit produksi yaitu perhotelan, jasa boga, busana butik, dan kecantikan. Peralatan tersebut sangat menunjang dalam memproduksi dan melayani pelanggan baik berupa produk maupun jasa. Kekukuatan lainnya adalah selain siswa memiliki kreativitas yang tinggi dan siswa juga memiliki pangsa pasar tersendiri. Siswa menjual produknya sendiri ke pelanggan baik teman atau pun tetangga rumah. Selain itu, sekolah memiliki koneksi yang banyak dengan DUDI.
Kelemahan teaching factory adalah Sumber Daya Manusia yang mengelolanya. Tidak adanya pengelola yang secara penuh mengurusi teaching factory, belum profesionalnya pengelolaan teaching factory. Pengelolaan teaching factory, masih sama halnya dengan pengelolaan unit produksi.
Peluang teaching factory adalah pemasaran yang lebih luas, mengingat tempat teaching factory dekat dengan perkotaan diharapkan dapat menjual lebih banyak produk dan jasa. Pemasaran yang luas, mengingat palanggan unit produksi dan jasa yang ada di teaching factory sudah banyak baik instansi pemerintah, swasta, dan beberapa tetangga sekolah. Peluang lain adalah jika ada moment tertentu, membuat proposal yang akan diajukan, sebagaimana Semarang Night Carnival (SNC) .
Ancaman teaching factory terletak pada sumber daya manusianya dalam mengelola unit produksi, sehingga berpengaruh pada produksi dan jasa yang dihasilkan. Selama ini yang terjadi seperti itu, teaching factory menolak beberapa tawaran yang diberikan pelanggan karena unit produksi kekurangan tenaga. Tantangan lain adalah pemasaran yang global melalui website.
Pengembangan teaching factory dilakukan melalui menjaga kualitas produk dan jasa yang dihasilkan, pengembangan sumber daya yang profesional, pengembangan lain adalah dibutuhkan partisipatif dalam masyarakat dalam pengelolaan modal. Modal yang selama ini adalah berasal dari bantuan pemerintah. Pengembangan lain pemasaran melalui outlet-outlet.
Evaluasi pendahuluan teaching factory dalam hal ini adalah evaluasi dalam perencanaan berupa laporan keuangan yang dibuatkan pada akhirnya bulan yang dibuat oleh masing-masing unit produksi, membuat beberapa koreksi dari tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk mendukung pengawasan unit produksi kecantikan memiliki SOP) sesuai dengan kebutuhan yang di unit produksi
Visi SMK Negeri 6 Semarang juga dijabarkan melalui misi sekolah yang sesuai dengan visi sekolah. Visi teaching factory menunjukkan sangat sederhana dan simpel yaitu mewujudkan sumber daya manusia yang profesional pada bidang keahlian yang dimiliki yaitu tata boga, tata busana, tata kecantikan, dan akomodasi perhotelan. Visi tersebut kurang kompleks dalam penjabarannya, karena visi sekolah adalah menjadi sekolah yang bertaraf internasional yang dilandasi beriman, bertakwa dan berbudaya Indonesia. Teaching factory yang merupakan milik sekolah, maka teaching factory harus mampu menjabarkan visi yang lebih detail berdasarkan pada kemampuan dan potensi teaching factory.
Misi teaching factory masih bersifat lebih luas dibanding dengan misi sekolah, dengan adanya tambahan kepribadian unggul dan mampu mengembangkan diri. Sifat profesional yang ada pada visi teaching factory dijabarkan dengan pribadi unggul dan pengembangan diri. Misi tersebut sudah ada penekanan pada mutu lulusan yang diharapkan oleh siswa. Hal ini juga sejalan dengan misi yang ada pada unit produksi jasa akomodasi perhotelan yang hampir sama dengan teaching factory. Akan tetapi, berbeda dengan unit produksi jasa boga, dalam misinya adanya tambahan karakter menyiapkan wirausahawan.
Dari keempat unit produksi adanya kesamaan dalam visi dan misi, akan tetapi pada unit produksi jasa boga, busana, dan kecantikan memunculkan karakter wirausaha. Hal ini juga ditunjang oleh beberapa program dari sekolah dengan mengadakan workshop entrepreneurship dan praktek-praktek di unit produksi yang menanamkan sikap-sikap wirausaha. Program kerja unit produksi akomodasi hotel dalam kewirausahaan diajarkan bagaimana cara bersikap berwirausaha melalui pekerjaan front office sebagai reception, reservation, telephone operator dan porter. Dalam hal ini siswa diajarkan untuk kerja keras yang diwujudkan dengan perilaku yang bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi hambatan yang dihadapi ketika siswa praktek sebagai reception.
Dari keempat tujuan unit produksi diperoleh bahwa ada kesamaan dalam pencapaian tujuan, yaitu tujuan menggambarkan tingkat mutu yang perlu dicapai, terpacu pada visi dan misi unit produksi, teaching factory, dan sekolah, terpacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah sesuai dengan program studi masing-masing. Hal ini terlihat pada tujuan pada masing-masing unit produksi yang bersifat khusus dan spesifik
Dengan adanya kebijakan bagian yang terlalu luas pada unit produksi, menjadikan teaching factory tidak dapat memberikan kontribusi yang lebih pada unit produksi. Di mana unit produksi, bagian dari teaching factory. Ada kelebihan ketika teaching factory memberikan kebijakan bagian yang lebih pada unit produksi. Unit produksi mengelola secara optimal, tanpa adanya campur tangan kepada teaching factory. Unit produksi dapat memanfaaatkan semua sumber daya yang ada pada unit produksi seperti guru, siswa, peralatan, dan pemasaran yang digunakan oleh unit produksi tersebut.
Kekuatan teaching factory adalah sarana dan prasarana yang lengkap. Teaching factory memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya yaitu lokasi sekolah strategis. Teaching factory juga memanfaatkan kemampuan siswa yang dimiliki dengan memasarkan produk. Kemampuan yang digunakan adalah dengan pemasaran yang sederhana, yaitu door to door, pemasaran yang secara langsung dengan menawarkan kepada orang yang di sekitar kampus, tamu hotel, dan beberapa ke instansi pemerintah atau swasta.
Kelemahan yang ada di teaching factory adalah sumber daya manusia sebagai pengelola, secara struktur organisasi bahwa dalam teaching factory terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris serta didukung oleh unit-unit yang berjumlah empat (akomodasi hotel, kecantikan, busana, dan tata boga). Teaching factory membutuhkan pengelola yang full time, karena selama ini ketua teaching factory adalah guru yang sudah tersertifikasi di mana beban mengajar adalah 24 jam. Kelemahan lain adalah teaching factory belum memiliki outlet-outlet sebagai mana dalam sebuah perusahaan yang menjual produk dan jasa yang akan dilayani. Selama ini, teaching factory hanya menjualkan secara door to door. Artinya bahwa penjualan dilakukan dengan secara langsung.
Peluang teaching factory adalah adanya kerja sama dengan luar negeri seperti Malaysia dan Singapura, maka hal ini dapat memberikan bagi teacing factory dalam memperluas atau mengembangkan teaching factory di berbagai dunia industri dan dunia usaha yang diluar negeri.
Ancamannya adalah ketika teaching factory menolak akan pesanan berupa produk dan jasa dari pelanggan. Ancaman ini dapat dihindari dengan adanya pengelola yang lebih full time. Pengelola yang full time dapat mengurangi dan menghindari dari penolakan order.
Pengembangan yang paling utama adalah pada pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia menjadi focus utama dalam teaching factory karena teaching factory membutuhkan pengelola yang full time. Kendala yang selama ini adalah menolak tawaran dari pelanggan, karena tenaga yang terbatas. Mengingat beban kinerja guru yang tinggi, maka dibutuhkan sumber daya manusia dari luar, yaitu dengan merekrut tenaga dari luar sekolah. Hal ini digunakan agar sekolah dapat memproduksi dan melayani jasa dari pelanggan.
Evaluasi pendahuluan dilakukan dengan menanyakan pada unit produksi dan jasa mengenai order dari masing-masing unit produksi dan jasa. Setiap unit produksi dan jasa memiliki kegiatan dan program tersendiri. Dari kegiatan dan program tersebut, teaching factory mengecek setiap kegiatan dan program yang akan dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan. Karena antar unit produksi dan jasa memiliki kegiatan dan program yang berbeda-beda. Sehingga berpengaruh pada omzet teaching factory, ketika teaching factory omzet menurun, maka teaching factory mengkajinya. Sebagaian besar permasalahan omzet menurun adalah ketika memasuki bulan Juni, Juli, dan Agustus. Hal ini diakibatkan oleh karena siswa tidak beraktivitas atau tidak memproduksi dan melayani jasa yang ada di teaching factory. Hal ini dapat dihindari dengan cara mengangkat pegawai baru dari luar sekolah. Karena sebuah factory atau perusahaan jika tidak memproduksi akan barang, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak beroperasi.
SIMPULAN
Simpulan dalam Penelitian ini adalah (1) Adanya kesamaan identifikasi kebutuhan dan masalah dari masing-masing unit produksi yang mengadopsi dari teaching factory, (2) Kebijakan pokoknya yaitu tiap unit produksi wajib melaporkan kegiatan, program dan keuangan kepada teaching factory tiap akhir bulan. Kebijakan umum yaitu siswa kelas X mendapatkan pengenalan kewirausahaan, kelas XI terlibat secara langsung di teaching factory dan siswa memasarkan produk dan jasa dari yang telah dibuat, kelas XII keterlibatan praktek di teaching factory berkurang karena fokus pada UN. Kebijakan bagian teaching factory adalah tiap unit produksi diberi kewanangan dalam merumuskan identifikasi kebutuhan dan masalah, (3) Strategi yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan analisis SWOTnya yaitu sarana dan prasarana yang memadai, produk dan jasa yang dihasilkan sudah dikenal orang, kreativitas siswa yang tinggi, siswa memiliki pangsa pasar tersendiri, letak yang strategis, DUDI yang kuat, dan kepemimpinan kepala sekolah. Kelemahannya adalah sumber daya manusia terutama pengelolanya, belum memiliki outlet-outlet, pemasaran masih sederhana. Peluangnya adalah adanya kerjasama dengan beberapa DUDI di luar negeri, ekspansi pasar pada instansi pemerintah dan swasta, dan memanfaatkan moment-moment tertentu. Ancamannya adalah penolakan order yang akan mengakibatkan pada menurunnya kepercayaan pelanggan, (4) Pengembangannya melalui peningkatan kualitas produk dan jasa melalui pengakuan Kementerian terkait. SDM yang professional, dan partisipasi swasta dalam memberikan modal, sehingga tidak hanya bergantung pada pemerintah. Pengembangan lokasi melalui outlet-outlet sebagai upaya meningkatkan pemasaran, (5) Evaluasi pendahuluan teaching factory dilakukan melalui pelaporan keuangan yang dibuat oleh masing-masing unit produksi, dan koreksi terhadap kegitan yang telah dilakukan pada moment tertentu. Selain itu, adanya SOP pada setiap langkah kerja di unit produksi dijadikan sebagai evaluasi pendahuluan.
Saran dalam penelitian ini adalah (1) Bagi teaching factory, perlu adanya keseragaman dalam membuat program-program kegiatan yang berdasarkan waktu seperti program jangka panjang, menengah, dan pendek. Karena tidak semua unit produksi dan jasa memiliki program berdasarkan waktu. Selain itu teaching factory, seharusnya memiliki kebijakan yang luas dalam mengelola di UP (2) Bagi sekolah, seharusnya sekolah menempatkan teaching factory sejajar dengan sekolah, bukan teaching factory berada di bawah sekolah. Hal ini menjadikan teaching factory dalam memberikan keputusan terutama dalam koordinasi harus melibatkan kepala sekolah, sehingga menjadikan ketidaknyamanan dalam membuat keputusan bagi pengelola teaching factory, (3) Bagi sekolah lain, sebagai bahan referensi dalam mengembangkan teaching factory dan kewirausahaan (4) Bagi peneliti lain, dibutuhkan penelitian lanjutan yang mengkaji tentang pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan teaching factory atau model permodalan yang ada di teaching factory, dan lainnya.
Daftar Pustaka
Adriyanto, M. 2011. 16 Prinsip Pendidikan Vokasional dari Prosser. Yogyakarta: UNY. didownload pada www.1ptk.blogspot.com pada tanggal 3 Agustus 2012
Bambang dan Suci. 2006. Manajemen Unit Produksi dan Jasa. didownload tanggal 12 Januari 2012.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)Menurut Pendidikan Tinggi yang Ditamatkan 2010-2011. http://www.bps.go.id.
Bimbingan K. 2012. Data Prosentase Keterserapan Tamatan Tahun 2009/ 2010 sampai 2010/2011. BK SMK Negeri 6 Semarang.
Guruvalah. 2010. Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan.www.dc96.4shared.com/doc. 23 Maret 2012.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen.Yogyakarta : UGM Press
Hanafi, M. 2003. Manajemen.Yogyakarta : YKPN
Hasibuan, M. SP. 2001. Manajemen.Jakarta :BumiAksara.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Bahan Pelatihan Pengutan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan nilai-nilai Budaya .Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.
Moleong, L. J. 2010. Metodelogi Penelitian. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
SMK Negeri 6 Semarang. 2012. Visi dan misi SMK Negeri 6 Semarang. http://smkn6smg.sch.id/
Sagala, 2009. Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitas. Bandung : CV Alfabeta.
Suprojo, P. 1999. Pengembangan Budaya Kewirausahaan melalui Matakuliah Keahlian. IKIP Yogyakarta pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara.