Siapa Tuhanmu, Mahasiswa?

 

Mahasiswa yang menunggu dosen pembimbingnya di depan ruang dosen. Sebut saja namanya Ratu. Saya perhatikan, dia sudah menanti kurang lebih satu jam dari jam 09.00 WIB. Berarti dia datang jam 08.00 WIB. Jam 10.00 WIB ternyata dosennya ada rapat mendadak di ruang ad hock dan tidak ada kepastian jam berapa rapat berakhir. Dia masih sabar menanti dosennya, Harapannya akan membimbingnya. Dia tidak berani menginformasikan jika dia menunggunya.

Ada juga mahasiswa yang lainnya yaitu Raja (nama samaran). Raja adalah mahasiswa yang sedang merevisi tugas terstrukturnya. Dia ketakutan dengan hasil pekerjaannya. Dalam hatinya, jangan-jangan pekerjaannya salah sehingga nilainya jelek.

Ratu dan Raja adalah bagian dari mahasiswa yang jumlahnya ribuan yang mengalami kegalauan. Jika saya memaknai dia sedang galau hati. Sebenarnya dia memiliki masalah kecil yaitu takut. Ketakutan yang berlebihan yang dialami mereka. Hal ini terlihat dari kalimat mereka seperti jangan-jangan, ah ga enak, aku takut, wah dosennya galak, dan kalimat lainnya.

Pertanyaan dalam peristiwa ini adalah mengapa mereka takut dengan dosen? Mengapa mereka takut dengan hasil pekerjaannya? Apa yang membuat mereka tidak percaya diri dengan hasilnya? Tepatkah jika kita takut pada dosen atau pekerjaan? Mengapa mereka galau hanya karena masalah yang kecil? Apakah mereka tidak mendiskusikan masalahnya pada temannya? Dan pertanyaan lainnya.

Kehilangan Tuhan

Mereka sebenarnya kehilangan Tuhan. Tuhan mereka sebenarnya ada dalam benak hati mereka. Tuhan hadir di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Dia ada di mana-mana.

Jika Tuhan ada di mana-mana dan hadir dalam keadaan apapun maka seharusnya mereka tidak gundah. Mereka harusnya mencari dulu Tuhannya. Nah, pertanyaan adalah Tuhan mereka siapa?

Sebagian besar mahasiswa (beragama Islam) yang saya tanyai menjawabnya Alloh.  Bahkan kalimat pertanyaan dianggap aneh seperti “Siapa Tuhanmu?” Ada yang menjawab “Tuhan Yang Maha Esa, Kok aneh pertanyaannya, Alloh, Ini gimana toh pertanyaannya, dan jawaban lainnya. Ketika ada yang menjawab Tuhan Yang Maha Esa, saya komentari Tuhan itu Esa, jika Islam ada Alloh, jika Kristen ada Yesus, jika Budha ada Si Dharta Gautama, dan lainnya. Orang yang beragama mengatakan Tuhan Yang Maha Esa.

Orang Islam dengan tegas menjawabnya adalah Alloh. Namun, apakah lisan mereka sesuai dengan tindakannya? Pertanyaan ini yang perlu kita kaji. Benar tidak Alloh sebagai Tuhannya yang ada dalam tindakannya. Jangan-jangan hanya penegasan secara lisan saja, tetapi belum dalam tindakan atau hatinya.

Jika mulut mereka menjawab Alloh, mengapa kita tidak takut kepada Alloh? Mengapa Ratu dan Raja tidak takut kepadanya? Seharusnya mereka takut kepada Alloh, bukan pada dosen atau hasil pekerjaannya. Bahkan mereka rela untuk mengantri berjam-jam untuk bimbingan dan cemas dengan hasil kerjaannya. Berarti mereka tuhannya dosen, referensi buku, jurnal, dan lainnya.

Apakah mereka terpikirkan bahwa waktu sekarang dhuha, sebelum bimbingan atau kuliah, atau mengumpulkan tugas kita datang dulu ke Alloh atau sebelum mereka presensi dengan dosen, mereka presensi dengan Alloh dengan solat dhuha. Kemudian mereka berdoa Ya Alloh ijinkan saya bertemu dengan dosen pembimbing dan berilah nikmat sehat kepadanya sehingga saya dapat bertemu untuk belajar ilmuMu, dan bukakanlah pikiran saya agar dapat menerima penjelasan dosen, saya pasrahkan semua hasil tugas saya kepadaMu, mudah-mudahan tugas saya bisa diterima oleh pembimbing atau dosen saya, dan seterusnya…Amin

Siapa Alloh?  

Ketakutan mereka terhadap dosen atau tugas sebenarnya dia telah mentuhankan pada yang ditakutinya. Kejadian di atas mengingatkan saya pada wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam QS al Alaq 1-5 yaitu Bacalah dengan menyebut Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajarkan manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Berdasarkan asbabul nuzulnya bahwa Nabi merasa ketakutan bertemu dengan Jibril yang membawa wahyu surat tersebut. Tubuh Nabi bergetar, detak jantung yang cepat, badannya dingin dan sebagaimana yang menggambarkan kondisi Nabi ketakutan. Akan tetapi Jibril memberikan penjelasan bahwa Dia diutus untuk menyampaikan wahyu kepadanya. Nabi sebagai manusia biasa, wajar jika merasa ketakutan sebagaimana kita menjumpai orang yang tidak dikenal kemudian orang tersebut menyuruh kita untuk melakukan sesuatu.

Demikian juga Nabi, perasaan tersebut manusiawi sehingga Jibril memberikan pengertian dengan cara memeluknya dan mengatakan Iqra (bacalah) tetapi Nabi menjawabnya “Saya tidak bisa membaca”. Mufassirin mengatakan bahwa Nabi itu Ummi yaitu orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Secara bahasa ummi itu ketidaktahuaan lebih banyak dibanding dengan jahlun (bodoh).

Yang menarik adalah kata yang kedua yaitu Nama Tuhanmu. Sebuah jawaban atas kata perintah (amar) yaitu iqro. Sederhana pertanyaannya adalah “Apa yang dibaca? Jawabnya Nama TuhanMu. Ayat tersebut tidak secara langsung menyebutkan bahwa Tuhanmu adalah Alloh.

Dalam Al quran ada beberapa istilah nama Tuhan yaitu ilah dan Rob.  Jika Rob menunjukkan arti umum karena sebelum nabi ada tuhan yang lain yaitu berhala suku quraisy. Sehingga dalam ayat di atas Rob yang seperti apa? Yaitu yang menciptakan manusia dari segumpalan darah.

Penegasan Tuhan disampaikan juga dalam ayat berikutnya yaitu Yang Maha Mulia, yang mengajarkan manusia dengan pena dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui.

Maksud dari Tuhan di ayat di atas adalah Alloh. Alloh tidak mengenalkan Dzatnya atau dirinya Alloh melainkan melalui ayat atau tanda-tandanya karena Dialah yang mengatur semua yang ada di bumi dan di langit.

Banyak sekali firman Alloh yang mengajak dan menuntut manusia memperhatikan dan mengenalkan sekelilingnya. Di sana terdapat banyak ayat yakni tanda tentang wujud keesaan Alloh. Seperti firman Alloh “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Alloh turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya terdapat ayat-ayat bagi kaum yang berakal (QS al Baqoroh 164).

Boleh jadi kita merasa ajakan di atas sangat luas, maka tempat lain Alloh berfirman dan di bumi itu terdapat ayat-ayat bagi orang yang hendak yakin, dan demikian juga dalam diri kamu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Inti ayat-ayat di atas adalah Alloh itu ad dhohir dan bathin. Dhohir yaitu Nampak jelas melalui ayat-ayatNya di alam raya. Dia menunjukkan kerajaan dan kekuasaanNya dengan manyadarkan kita dalil-dalil wujudNya terbentang di mana-mana.

Demikian juga mahasiswa harus cerdas jika hanya ada permasalahan bimbingan atau tugas mata kuliah jangan berputus asa karena Alloh ada secara dhohir dalam kampus melalui malaikatNya dengan cara menghadirkan dosen lain untuk sharing mengenai materinya atau bertemu teman membahas materi tugas yang diberikan dosen atau menemukan buku referensi yang sedang dibutuhkan. Bukan ketidak adanya dosen yang dituju menjadikan dia tidak berhasil, melainkan Alloh dengan sifat “Maha Tampak” menggantikan dengan lainnya melalui malaikat yang berwujud manusia.

Alloh juga al Bathin yaitu Yang tersebunyi hakekat, bukan karena tidak jelas, tetapi justru karena Dia semakin jelas sehingga mata dan pikiran silau bahkan tumpul, tak mampu memandangNya. Misal matahari tidak beredar, maka kita dapat menduga cahaya yang terlihat di bumi bersumber dari benda. Kita tidak akan menduga bahwa dia adalah akibat cahaya matahari. Tetapi karena matahari menghilang dari ufuk dan terbenam maka ketika itu sadar bahwa penyebabnya adalah matahari, dan matahari ada wujudnya.

Misal mahasiswa sedang menunggu dosen dan tidak ada kepastian untuk bertemu atau susah mencari buku, maka temui Alloh melalui sholat dhuha atau ambil wudhu mendoakan bahwa dosen yang akan ditemui ada atau dipermudah dalam pertemuannya. Dalam keyakinan dia bahwa Alloh itu ada di sajadah sholah dhuha atau donya sehingga apabila tiba-tiba dosen ada di meja tugasnya itu menunjukkan keberadaan Alloh ada melalui kehadiran dosen. Itu  makna al bathin yang sederhana.

Alloh yang ad Dhohir dan al Bathin itu ada dalam benak mahasiswa tidak ada istilah galau atau bingung karena Alloh ada di mana-mana. Tugas kita adalah mencarinya melalui ayat-ayatNya dengan melihat kesuksesan teman, kepandaian orang lain, solat sunah, dhuha, sedekah, dan perbuatan baik lainnya. Dengan demikian istilah takut itu tepat ditujukan kepada Alloh, bukan kepada ciptaanNya. Dosen, kampus, buku referensi, jurnal, dan lainnya itu hanya sebagain kecil dari yang ada di ad dhohirNya. Mereka bukan tuhan.

Bahkan kita jika menemui ad DhohirNya, maka akan menemukan al bathinNya melalui ayat-ayat yang di lingkungan kampus dengan mengambil hikmah atau pelajaran di setiap peristiwa. Mari kita berlomba-lomba mencari pintu Alloh dengan jalan masing-masing. Insya Alloh, Alloh yang akan menyambut kedatangan kita. Bukankah Alloh akan mendatangi hamba dengan berlari jika hamba datang dengan merangkak? Mengapa kita tidak mencarinya?  Wa’aallohu ‘alam

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: