Alhamdulillah di taraweh ketujuh di musolla rumah pak Bahrul dapat berjalan lancar. Demikian juga motasi jamaah untuk solat isya dan taraweh juga semakin tinggi. Hal ini terlihat dari adanya tambahan jamaah dari gang dua perumahan sekarwangi Sekaran Semarang.
Pada malam itu, saya menjadi Imam. Selalu ada peristiwa yang menarik di saat malam taraweh. Di malam itu, saya “goyang” dalam membaca ayat suci alquran yaitu ayat terakhir di suroh alhumazah, yang berbunyi fi amadin mumaddah. Saya membacanya tanda kata fi.
Ada pengalaman tersendiri saat saya belajar menjadi Imam hingga di hari ketujuh taraweh, yaitu Imam harus khusuk dalam solat. Pikiran dan hati harus tertuju pada Alloh. Jika tidak khusuk, maka setan akan mengganggu dengan mudah dalam solat. Hal ini, saya merasakannya, bahwa khusuk harus dibutuhkan dalam solat. Terlebih Imam, yang menjadi tumpuan oleh jamaah.
Saya sendiri hafal dan memahami makna surat yang terkandung di dalamnya. Namun, karena blank pemikiran, sehingga bacaaan ayat yang saya lafalkan pun tidak lancar (goyong). Hal ini, disebabkan kurangnya konsentrasi saya dari apa yang saya lafalkan, hati tidak memaknainya.
Dengan kejadian tersebut, saya merefleksi dalam solat tersebut. Setelah saya merenungkan, menemukan bahwa saya kurang banyak membaca taawud, surat an nas, dan surat alfalaq. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dan terlindungi dari godaan setan waktu melakukan solat.
Taraweh Hari Kedelapan : Memasukkan Surat Lain
Saat witir biasanya, saya di rokaat pertama membacakan surat yang ada di juz 30, yaitu surat an Nash, al lahab, al ikhlas, dan muawidatain. Sebagaimana urutan yang telah saya rancang di setiap rokaat solat taraweh yaitu mulai dari surat attakasur hingga allahab sehingga urut dan mudah dalam menghitung jumlah rokaat.
Namun diwitir di bulan Romadlon yang kedelapan saya memasukkan surat lainya yaitu as sajadah. Hal ini, saya lakukan agar tidak monoton jamaah dalam mendengarkan bacaan surat tersebut. Selain itu, agar saya dapaat mengasah kemampuan hafalan yang pernah saya lakukan. Alhamdulillah, lafal yang saya bacakan secara umum lancar. Hanya saja, ada ayat yang meloncat kepada surat lain, karena bunyinya hampir mirip. Dalam hati, saya merasakan ada kesalahan dalam pelafalan, sehingga saya menyelesaikan bacaan tersebut. Setelah selesai solat, saya membuka alquran dan mengecek dari lafal yang telah saya ucapkan. Ternyata benar, bahwa ada satu ayat di akhir rokaat kedua ada yang meloncat dengan surat itu.
Kejadian tersebut menjadikan saya termotivasi untuk belajar dan menghafal al quran dengan maknanya. Karena, alquran memiliki nilai seni (majaz) yang tinggi dalam setiap ayatnya. Setelah peristiwa tersebut, saya mohon ampun kepada Alloh dengan memperbanyak membaca istigfar dan memperbaikinya dengan membaca al quran.
Demikian teman-teman cerita taraweh saya di hari ketujuh dan kedelapan. Semoga cerita ini menjadi motivasi kita untuk berbuat baik. Dan, jauhkan rasa kesombongan diri kita. Saya menuliskan cerita ini sebagai doa, tidak bermaksud ria atau pun yang lainnya. Mudah-mudahan kita semua menjadi manusia pembelajar di lingkungannya. Semoga Alloh mengampuni dosa kita semua di bulan berkah. Amin
Agung Kuswantoro, warga perum sekarwangi sekaran semarang, email : agungbinmadik@gmail.com