Petugas taraweh malam kedua puluh empat dimusolla Pak Bahrul yaitu Pak Bahrul sebagai bilal, Pak Dian sebagai khutbah kultum, dan saya sebagai imam.
Alhamdulillah pada malam itu berjalan dengan lancar, meskipun secara jadual tidak ada. Hanya dengan cara penunjukan secara langsung dan sukarela dari jamaah.
Pada malam itu, saya sempat khawatir dengan cuaca yang gerimis saat solat Isya. Atas ijin Alloh SWT, hingga selesai solat witir tidak terjadi hujan, sebagaimana malam awal Romadlon.
Pak Dian menyampaikan materi tentang bahagia. Beliau menceritakan tentang anak muda yang bekerja ekstra. Ia selalu pulang malam.
Suatu saat, dia kecelakaan. Dia di rawat di rumah sakit. Di rumah sakit, ada seorang paruh baya yang menanyakan kepadanya. Mengapa kamu di rawat di rumah sakit?
Jawab pemuda anak tersebut, saya kecelakaan, Pak. Kemudian orang tua baya tersebut bertanya lagi, hanya kecelakaan? Tidak mungkin, jika tidak hanya kecelakaan, karena diraut wajahmu terlihat kecapaian.
Ia bertanya lagi : apa yang kamu cari di dunia ini? Jawab anak muda itu, saya ingin bahagia seperti pimpinan saya di kantor. Dia punya mobil, rumah, tanah, dan lainnya.
Orang tua tersebut, mengatakan : apakah sudah pernah lihat keseharian pimpinanmu di rumah?
Anak muda menjawab: belum.
Orang tua tersebut berkata: Saya pernah melihat kesehariannya. Sebenarnya, ia memiliki banyak masalah, baik harta dan keluarganya. Bahkan, ia sekarang dalam kasus perceraian dengan istrinya.
Anak muda tersebut terdiam dengan cerita dari orang paruh baya mengenai keseharian pimpinan tersebut.
Dari cerita di atas, kita dapat mengambil benang merah, bahwa kebahagiaan seseorang tidak dengan uang atau diturunkan. Penilian sesorang tentang bahagia bersifat subjektif. Bahagia yang menentukan kita sendiri. Ia dapat diraih, jika kita dapat membuka hati. Ia dekat, jika kita mau mendapatkannya. Ia tidak membutuhkan materi yang berlimpah.
Demikian teman-teman cerita taraweh saya di malam ke-24. Semoga cerita ini menjadi motivasi kita untuk berbuat baik. Dan, jauhkan rasa kesombongan diri kita. Saya menuliskan cerita ini sebagai doa, tidak bermaksud ria atau pun yang lainnya. Mudah-mudahan kita semua menjadi manusia pembejar di lingkungannya. Semoga Alloh mengampuni dosa kita semua di bulan berkah. Amin
Agung Kuswantoro, warga perum sekarwangi sekaran semarang, email : agungbinmadik@gmail.com