Pada malam itu Pak, Bahrul bertugas sebagai bilal, Pal Wisnu bertugas sebagai khotib kultum, das saya bertugas sebagai imam.
Terasa berat memang pada akhir bulan Romadlon untuk beribadah. Banyak tantang di sana-sini. Semakin mendekati idul fitri, semakin banyak kebutuhan yang harus dipersiapkan. Terlebih dengan diskon di pusat perbelanjaan yang menggiurkan.
Hal ini juga terasa di lingkungan saya, pada malam itu, jamaah yang taraweh mulai berkurang. Sehingga, saya yang biasanya bertempat di atas, menjadi turun (bawah teras). Hal ini dilakukan agar dekat dengan jamaah.
Pada malam itu Pak Wisnu menyampaikan materi tentang ciri-ciri orang yang dirindukan surga, yaitu gemar membaca al quran, menjaga lisan, senang bersedekah, dan manjaga ibadah puasa. Ada yang menarik dalam penyampaiannya. Beliau membuat “kocokan” seperti arisan yang di masukkan ke dalam botol. Kemudian, mengeluarkan tiap kertas yang sudah kocok dan dibacakan yang termasuk ciri yang dirindukan surga.
Jika kita tidak serius mengikutinya, sebenarnya hal tersebut adalah jebakan. Karena, orang yang menganggapnya adalah hadiah. Terlebih, sebelumnya beliau menceritakan ucapan terima kasih atas kunjungan jamaah waktu buka puasa bersama di rumahnya. Ternyata, yang ada dalam kocokan tersebut adalah ciri-ciri yang dirindukan surge.
Demikian teman-teman cerita taraweh saya di hari malam kedua puluh lima di musolla Pak Bahrul. Semoga cerita ini menjadi motivasi kita untuk berbuat baik. Dan, jauhkan rasa kesombongan diri kita. Saya menuliskan cerita ini sebagai doa, tidak bermaksud ria atau pun yang lainnya. Mudah-mudahan kita semua menjadi manusia pembelajar di lingkungan kita. Semoga Alloh mengampuni dosa kita semua di bulan yang penuh berkah. Amin
Agung Kuswantoro, warga Perum Sekarwangi Sekaran Semarang, email : agungbinmadik@gmail.com