Universitas Romadlon

Hampir satu pekan Idul Fitri 1435 H. Kenangan masih membekas di hati, terutama saat khotib Solat Id di masjid agung Pemalang.
Saya sangat tesentuh hatinya dengan cara dan isi penyampaian materinya. Tiap lafal, kata, kalimat, paragraph dan ucapannya saya dengarkan dengan pikiran dan hati. Hanya saja, waktu itu, saya tidak membawa bolpoitn dan buku kecil, sehingga saya tidak bisa menuliskan isi khotbah secara detail. Kurang lebih isinya sebagai berikut :
Di penghujung akhir bulan Romadlon. Ada pemuda yang sedang berdoa dengan khusuk di sudud masjid. Ia terlihat menetaskan air mata. Karena ditinggal bulan yang penuh dengan ajaran yang mulia. Di bulan itu, ada kompetensi yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Seperti puasa, zakat, sedekah, solat lail, itikaf, dan lainnya.
Kampus Romadlon telah mengajarkan kepada manusia untuk berhubungan dengan manusia dan Alloh secara baik. Hubungan manusia dengan manusia baik ditandai dengan silaturarohim yang menjunjung nilai-nilai sosial. Ia mau memaafkan kesalahan sesama, dengan tulus. Ia menerima keadaan seseorang, meskipun telah menyakitinya. Kesalahan terhadap manusailah yang susah dibanding melakukan kesalahan kepada Alloh.
Melakukan kesalahan kepada Alloh, dapat dihilangkan dengan meninggalkan perbuatan maksiat, tidak menjalani perbuatan tersebut (maksiat), dan meminta ampun (istigfar) kepadaNya, dan bertaubat untuk tidka mengulangi perbuatan tersebut.
Melakukan kesalahan kepada manusia dibutuhkan hati yang besar. Hati yang lapang untuk menerima apapun keadaan dia. Hati yang bersih untuk berpikir untuk menerima keadaan seseorang yang telah menyakiti dirinya. Dibutuhkan jiwa kesatria dan iman yang kuat untuk menerimanya. Kampus Romadlon-lah yang mengajarkan kompetensi itu selama satu bulan.
Jika ibadah selama satu bulan di kampus tersebut baik, maka ibadah di bulan sebelas berikutnya akan baik. Jika hubungan sesama Alloh baik, maka hubungan dengan manusia pasti baik. Solat dia mampu khusuk, tidak ria. Ibadahnya semata-mata karena Alloh, bukan karena manusia.
Sekarang, kampus tersebut sudah meluluskan muttaqin. Dengan indikator kelulusan Alloh yang menentukannya, menjadikan kita sebagai manusia berdoa ada di dalamnya.
Kampus yang mendidik seorang beriman menjadi bertakwa. Sekarang telah meninggalkan kita semua. Sekarang ada kampus baru, yaitu kampus Syawal. Kampus dengan kompetensi yang sederhana di dalamnnya ada puasa sunah enam hari. Mampukah kita melakukannya, sebagaimana kompetensi yang telah dilakukan pada kampus Romadlon?
Ataukan kita akan menambahkan kompetensi-kompetensi sebagaimana di kampus Romadlon yang ada tadarus, itikaf, solat lail, zakat, sedekah, dan lainnya di kampus syawal atau di kampus lainnya.
Pastinya, kita sendiri yang akan mengetahui dan melakukan setiap kompetensi di kampus Romadlon. Karena kompetensi tersebut erat kaitannya dengan hati. Sehingga, tempat berlabuhnya hanya Alloh. Nilai kemampuan dari setiap kompetensinya pun yang menilai Dia. Ikhlas atau pun tidaknya, hanyalah Dia yang mengetahuinya. Dia yang bisa mengangkat kita semua menjadi hamba yang muttaqin, solat khusuk, sedekah ikhlas, ibadah dengan hati yang jernih, tanpa ada rasa penilaian dari manusia. Hanya Alloh yang menjadi tujuan hidupnya.
Demikian kisah saya waktu solat Id di kampung halaman. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan, karena saya menulisnya berdasarkan ingatan saya yang saya rekam dipikiran. Menulisanya pun, setelah enam enam hari berikutnya. Jadi mohon maaf, jika ada kesalahan dalam penulisan ini. Namun, tulisan ini, semata-mata karena saya ingin menjadi bagian orang yang muttaqin dan mampu menerapkan kompetensi di kurrikulum kampus Romadlon. Doakan juga, saya bisa belajar seperti Bapak Khotib yang pandai dan melakukan tiap ucapannya. Amin..

Agung Kuswantoro, jalan RE Maartadinata 84 Pelutan Pemalang, email agungbinmadik@gmail.com