Dijajah “Ora Kepenak”

Kata siapa diri kita sudah merdeka? Apa buktinya? Apa hanya karena ucapan kita di depan orang banyak dengan perkataan “merdeka”? Atau merdeka, hanya karena kebutuhan kita telah terpenuhi?.

Ya, pertanyaan di atas merupakan awal pemikiran saya memaknai merdeka. Merdeka dapat dimaknai bebas, tanpa intervensi, tidak ada yang mengganggu, dan lainnya. Makna tersebut saya menyepakatinya, namun dalam praktiknya merdeka tersebut tidak sepenuhnya.

Diri seseorang merasa merdeka saat ia merasa bebas dari kehidupan orang lain atau tidak ada campur tangan orang lain terhadap masalah kita atau tidak ada orang yang mengganggu dengan urusannya. Namun kita tidak menyadari bahwa sebenarnya diri kita sedang dijajah. Dijajah oleh siapa? Dijajah oleh rasa “Ora Kepenak” (tidak enak).

Ia (ora kepenak) adalah penjajah yang melekat dalam diri seseorang. Ia muncul saat kita akan membuat keputusan. Ia biasanya bersama dengan orang yang memiliki pangkat atau pernah berjasa pada seseorang.

Misal, orang yang pernah kuliah di biayai oleh X, maka orang tersebut tidak bisa jauh dari X. Ia merasa berterima kasih pada si X. Dirinya merasa berhutang pada si X, saat ditanya, mengapa kamu tidak bekerja di lembaga yang lebih besar dan mampu menjadikan kamu lebih dewasa di lembaga tersebut? Maka jawaban dia adalah “ora kepenak” meninggalkan perusahaan X yang telah menyekolahkan saya.

Itulah contoh sederhana dalam diri kita tentang penjajah “ora kepenak”. Lalu bagaimana mengusir penjajah tersebut?

Menurut saya, cara mengusir penjajah tersebut adalah jalin komunikasi yang baik terhadap seseorang yang memiliki “ora kepenak” tersebut. Ciri khas rasa “ora kepenak” biasanya melekat pada diri pimpinan, orang yang dituakan, orang yang berjasa dalam hidup, atau orang yang memberikan bantuan kepada kita, dan lainnya. Intinya orang tersebut telah memberikan sesuatu kepada kita.

Melalui komunikasi yang baik tentang keinginan kita terhadap seseorang yang di-ora kepenaki maka sesungguhnya kita sedang berjuang meraih kemerdekaan. Bukan berarti, jika kita jauh dari dia kita telah merdeka, namun hubungan sosial yang baik harus kita jaga dengannya. Karena kemerdekaan yang hakiki adalah kemerdekaan yang melibatkan semua pihak.

Jika kita keluar dari rasa “ora kepenak” maka kita akan lebih berekspresi. Disitulah kemerdekaan akan diperoleh. Saat ia mengutarakan keinginannya pada seseorang yang di-ora kepenaki, sebenarnya ia sedang berjuang memerdekakan dirinya. Ia sedang perang mengusir penjajah “ora kepenak”. Disinilah letak perjuangan yang sebenarnya yaitu membebaskan belenggu yang ada di diri sendiri. Marilah kita berjuang memerdekakan diri sendiri dengan menghilangkan kata “ora kepenak” dengan menjalin komunikasi yang baik terhadap seseorang yang di-ora kepenaki. Karena sifat “ora kepenak” adalah penjajah pada diri sendiri. Jika kita sudah lepas dari belenggu “ora kepenak” maka kita akan bebas berekspresi. Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya. Praktikkan!!

 

Semarang, 18 Agustus 2015

Agung Kuswantoro

Tebar Kebaikan