ARSIP BERPUISI

Oleh Agung Kuswantoro

Aku adalah cinta
Jangan kau abaikanku
Pasti kau butuh aku
Simpanlah aku dihatimu

Jangan kau asal simpan
Jangan di filing cabinet
Jangan jg di atas meja
Tapi simpanlah dlm filing cabinet hatimu

Saat kau simpan aku
Taruh di laci cinta
Guide kasih sayang
Dan map rindu serindu rindunya

Jangan di laci benci
Guide marah
Dan map dendam
Karena cintaku suci

Menulis Agar Tidak Bumpet

Oleh Agung Kuswantoro

Menulis itu membebaskan. Selama ini, orang takut menulis karena bingung apa yang akan ditulis. Padahal menulis itu mengalir apa yang ada alam diri kita sendiri. Apa punlah keadaan kita, pasti dibenak pikiran ada sesuatu. Nah, sesuatu itu kita harus tulis.

Nulis itu mikir? Tidak. Tulislah apa yang ada dibenak pikiran. Nulis seperti saat Anda berbicara. Tak usah mikir mana subjek, predikat, dan objek. Atau mencari literatur yang sesuai dengan pemikiran kita.

Sudahlah yang penting nulis yang ada diotak kita. Jangan berpikir, kalau berpikir, nulis menjadi beban. Kalau kita mikir berarti menulis itu susah. Biarlah menulis itu mengalir seperti air, sehingga kita bebas apa adanya.

Menulis bisa mengosongkan yang ada di pikiran kita. Plong rasanya jika sudah menulis karena sudah berhasil ngempet yang ada di otak. Otak butuh penyegaran. Salah satu caranya dengan menulis.

Melalui menulis, orang menjadi tahu siapa kita. Bumpet yang ada di pikiran, orang akan membaca alur perjalanan wawasan orang tersebut. Menulis membebaskan itulah singkatnya. Coba, coba, dan cobalah menulis agar menemukan rasa sensasi yang berbeda.

Agung Kuswantoro, Perum Sekarwangi Gang 1 Nomor 9 RT 2 RW 1 Sekaran Gunungpati Semarang 50229

Anda Orang yang Cerdas?

Oleh Agung Kuswantoro

Setiap Rektor UNNES, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum berpidato saat wisuda mengatakan pilar utama UNNES sebagai rumah ilmu adalah mahasiswa yang cerdas dan berkarakter. Nah disinilah saya penasaran untuk mengkaji makna cerdas.

Orang cerdas, jenisnya banyak. Masyarakat mengatakan orang yang cerdas adalah yang pandai ilmu matematika, fisika, kimia, biologi, sosial, dan ilmu lainnya. Ia mendalami ilmu dan menguasainya.

Ada juga orang yang mengatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang cepat dan tepat menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi. Ada permasalahan inflasi atau pasar, ia mampu memberikan solusi cepat dan tepat melalui pendekatan ekonomi. Ia dikenal sebagai ekonom.

Ada pula, permasalahan sosial dan pembentukan karakter. Ia dikenal sebagai sosiolog atau pendidik atau guru bangsa.

Lalu, bagaimana agama Islam memaknai orang cerdas. Ahmad Ubaidillah (2016) mengatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang ketika berbuat atau bertindak senantiasa diorientasikan untuk kepentingan jangka panjang. Sebaliknya orang bodoh adalah orang yang bertindak hanya untuk jangka pendek.

Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa suatu ketika saya pernah bersama Rasulullah, lalu datang seorang laki-laki dari kaum Anshor. Dia mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu bertanya, Wahai Rasulullah, muslim manakah yang paling utama? Rosulullah menjawab, “Yaitu yang paling baik akhlaknya. Lalu muslim manakah yang paling cerdas? Rosulullah menjawabnya, “Yang paling banyak mengingat kematian, dan paling banyak persiapannya untuk kehidupan yang berikutnya (setelah kematian). Mereka itulah orang-orang yang cerdas (HR. Ibnu Majah).

Ada pula hadis lain, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata orang yang cerdas adalah orang yang menghitung (menghisab) dirinya dan beramal untuk masa setelah mati. Orang yang lemah adalah jiwanya mengikuti hawa nafsunya, dan berangan-angan kepada Allh (HR. Imam at Tar midzi, Ahmad, At-Thabarani, dan Ibnu Majah).

Kedua hadist tersebut menguatkan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang bertindak untuk jangka lama, bagaimana pendapat Ahmad Ubaidillah. Orang yang cerdas ternyata bukan orang yang sekedar orang yang pandai berhitung, berbahasa, atau menguasai teknologi. Namun orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa menyiapkan dan memperbanyak amal sholeh untuk bekal setelah kematian.

Sebaliknya, orang yang bodoh atau lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya. Ia menyangka Alloh akan mengampuni segala dosanya dan memperoleh surga, kelak di akhirat.

Dengan demikian, UNNES adalah sebuah lembaga yang tidak mementingkan urusan ilmu dunia saja. Cerdas menjadi bukti, jika UNNES juga peduli terhadap pemikiran-pemikiran jangka panjang. Jika UNNES hanya mementingkan urusan dunia, maka yang terjadi muncul lulusan atau pegawai yang tidak jujur dan tidak amanah. Mengapa demikian? Karena ia tidak memikirkan urusan kehidupan setelah hidup di dunia yaitu akhirat. Ia tidak mempertimbangkan amal sholeh. Ia fokus pada perbuatan yang ia tidak menyadarinya bahwa perbuatan tersebut salah.

Patut kita apresiasi setiap kalimat yang disampaikan oleh Rektor UNNES tersebut bahwa mahasiswa UNNES adalah cerdas. Cerdas harus diimbangi dengan perbuatan baik berupa amal untuk bekal diakhiat. Apalah gunannya kepandian ini, namun digunakan untuk perbuatan tercela.

Singkatnya, orang cerdas adalah orang yang memikirkan akhirat dan melakukan persiapan menuju tempat abadi. Sedangkan orang bodoh adalah orang yang hanya memikirkan nafsunya yang jangkanya sangat pendek.

Marilah kita menjadi pribadi yang cerdas. Cerdas secara hakiki. Perdalam keilmuan kita, bingkailah hati kita dengan kecerdasan sebagaimana yang diinginkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terlebih lembaga ini, mendukung iklim yang kondusif untuk menciptakan sumber insani yang cerdas.

Semarang, 24 Desember 2016

Efek setelah merenung pidato Rektor UNNES, Prof. Fathur Rohman, M.Hum. dan membaca opini Mengarahkan Anak Kita Menjadi Cerdas oleh Ahmad Ubaidillah. Tribun Jateng edisi 21 Desember 2016.

Kata Pengantar Tak Sekedar Mengantar: Catatan Setelah Membaca Kata Pengantar Buku Quantum Writing

Oleh Agung Kuswantoro

Judul diataslah yang menjadi kesan saat menghayati tulisan pak Hernowo pada bagian catatan baru editor dan pengantar editor di buku Quantum Wrinting. Dalam banget maknanya. Itu baru membaca halaman isinya. Belum pada isinya. Kemudian, saya menjelajahi bagian daftar isi. Kesannya adalah terkonsep. Pikiran pak Hernowo sudah mempetakan arah dari buku yang akan dibaca atau digagasnya.

Catatan editor. Betul-betul dari sang editor menuliskannya. Berasa sekali saya membacanya. Pak Hernowo membawa saya agar menulis harus mengenali diri sendiri dan menemukan diri kita sendiri. Jangan sampai menulis yang bukan gue banget. Pak Hernowo memberi contoh Natalie agar menulis mengalir bebas. Teruslah mengalir dan jangan berpikir. Pesan itu yang disampaikan. Jadi menulislah seperti aliran air yang terus mengalir.

Masuk pada pengantar. Pak Hernowo menyajikan kepada saya berupa kalimat motivasi pada halaman khusus warna hijau. Di dalam halaman-halaman tersebut tertulis kalimat motivasi seperti membaca dan menulis adalah salah satu bentuk interaksi dalam proses belajar. Selain itu, saya menemukan tokoh-tokoh baru yang berkaitan dengan tema tulisannya. Mengkorelasikan antara tema dengan tokoh, kemudian mengkajinya menurut saya bukanlah hal yang mudah.

Ya, itu tokoh yang berkaitan dengan tema tulisan. Bagaimana kalau itu tidak sama persis, namun bisa menggabungkan tokoh tersebut dari buku Stephanie Merritt. Maknanya pak Hernowo kaya raya dalam bacaan. Kemudian “memasak” nya dengan tulisan ala beliau dengan bahasa khasnya. Jero dan mudah dipahami.

Kesannya, saya masih garing bacaan. Melihat literatur pak Hernowo, terasa saya harus berlatih dan terampil membacanya terhadap literatur berbobot perlu didalami. Biasanya saya bersumber pada bagian yang relevan. Miskin teori dan tokohnya. Inilah yang harus saya dalami.

Pak Hernowo mengajarkan kepada saya dalam membuat kata pengantar, bukan sekedar mengantarkan, melainkan filosofi kuat dari buku tersebut. Disinilah kekuatan kata pengantar. Kata pengantar dalam buku tersebut tidak cukup satu halaman, namun ada 8 halaman dengan dua halaman. Kalimat motivasi, jadi total 10 halaman. Keren! Baru membaca kata pengantar saja sudah 10 halaman dengan isi yang berbobot. Apalagi membaca per bab bukunya. Wow, hebat. Terasa saya harus filosofi atau kerangka berpikir dulu, besok kalau menyusun kata pengantar di buku yang akan saya tulis.

Terima kasih pak Hernowo sudah memberikan saya ilmu menulis kata pengantar dengan baik. Jarang saya membaca pengantar buku sedalam pengantar ini. Biasanya sekedar mengenalkan per bab saja. Namun dalam kata pengantar buku ini, lebih lengkap karena terdapat beberapa konsep teori, data, dan contohnya. Semoga saya bisa menulis kata pengantar yang lebih baik di buku saya selanjutnya. Sukses selalu untuk pak Hernowo dan kita semua. Amin.

Malaikat Izroil Pun Tersenyum

Oleh Agung Kuswantoro

Setelah Malaikat Rizki datang dalam wujud 3346. Orang semua tersenyum. Bahkan sibuk dengan liburan akhir tahun dan tahun baru 2017. Sibuk mencari hotel, referensi kuliner, dan tempat liburan. Lalu, dimana Malaikat yang lainnya? Apakah wajah Malaikat Rizki itu selalu tersenyum?

Nah, disinilah letak penasaran saya. Saya mencoba membuat ciri-cirinya. Malaikat rizki datangnya bisa ditebak yaitu tanggal 9 Desember 2016. Semua atau hampir sebagian orang mengisi pulsa. Untuk mendapatkan SMS banking sehingga mengetahui nilai nominalnya. Semenjak tanggal itu pula, bagian keuangan sudah memberitahukan bahwa ia telah mentransfer uang. Begitu mudahnya Malaikat Rizki datang di kampus ini. Dan orang awam pun bisa menantinya.

Kemudian, bagaimana Malaikat Izroil atau pencabut nyawa? Mari kita lihat ciri-cirinya. Wah jujur, saya sebagai penulis belum bisa menciri-cirikan, sebagaimana Malaikat Rizki. Namun sedih pula, jika Malaikat Izroil datang tanpa kita sambut. Guru saya mengatakan, sambutlah Malaikat Izroil dengan senyuman. Malaikat Izroil datang, mari kita terima ajakannya, karena Allah sudah menantikan kita. Kita akan mendapatkan tempat yang layak disisiNya berupa Surga. Saat Malaikat Pencabut Nyawa tersebut datang kita akan disambut dengan perkataan “Silakan ambil nyawa saya, saya akan menerima perintah dari Allah bahwa masa atau waktu saya telah habis. Saya ingin pulang ke tempat saya. Saya rindu di tangan Allah. Love Allah”. Itulah kalimat singkatnya.

Dengan demikian, betapa bahagianya Malaikat Izroil pulang setelah melakukan misi tugasnya. Jadi Malaikat Izroil pun menarik untuk kita sambut. Sambutannya bukan dengan mengisi pulsa agar tertansfer 3346, melaikan dengan kegiatan amal baik berupa ibadah ataupun kegiatan yang positif untuk kemaslahatan umat. Mari kita sambut Malaikat-malaikat Allah dengan senyuman dan keikhlasan. Jangan Malaikat Rizki saja yang menjadikan kita tersenyum.

Renald Kasali Pun Belajar darinya

Oleh Agung Kuswantoro

Point yang saya dapatkan dari artikel yang direkomedasikan oleh Pak Hernowo adalah metakognisi. Apa itu metakognisi? Metakognisi adalah ilmu nonkognisi yang tidak diajarkan dibangku kuliah. Memang kita membutuhkan ilmu matematika, ekonomi, fisika, kimia, dan ilmu yang lainnya. Namun tanpa ilmu nonkognisi ilmu-ilmu tersebut mubadir.

Bu Susi mengalami itu. Waktu muda Susi dihabiskan di laut untuk mencari ikan dan mengirim ikan. Ia menangkap ikan di pesisir pantai laut Pangandaran yang panas. Lalu, ia menyewa mobil pick-up untuk mengangkut ikan ke Jakarta dari Pangandaran. Kemudian, dilelang di sana. Pengalaman ini ia lakukan bertahun-tahun. Hingga akhirnya ia memahami dunia perikanan dan logistiknya. Ia mengekspor ikan-ikan dengan pesawat carterannya. Ikan yang ia bawa selalu segar dan masih hidup, sehingga muncullah bisnis pesawat yang ia miliki untuk mengirimkan ikan segarnya ke beberapa negara.

Inilah yang dimaksud metakognisi. Susi dapat itu. Ilmu ini muncul karena faktor pembentuk yang lahir seperti ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi handal. Kemampuan bergerak, self discipline, focus, menahan diri, responsif, mampu mencari pintu untuk pembaharuan, dan kehidupan yang produktif. Itu kuncinya.

Artikel ini memberikan pelajaran kepada saya, bahwa ilmu harus ditunjang dengan praktek. Praktek tak harus seindah rencana. Saat ada permasalahan di praktek, itulah pentingnya ilmu. Di dalamnya akan muncul nilai-nilai kognisi sebagaimana di atas.

Kita harus optimis dan produktif dalam menjalani kehidupan ini. Toh, akhirnya anak-anak kita belajar dari diri kita dan lingkungan sendiri. So, akhirnya perkuat metakognisi di lingkungan sekitar kita. Jangan beranggapan non kognisi itu tidak penting. Biasanya kognisi berujung pada ijasah, teori, dan stereotyping. Akan tetapi, studi baru mengatakan non kognisi tidak kalah penting dariui kognisi. Lihatlah Bu Susi!

Semarang, 13 Desember 2016

Marketing Sekolah Unggul

Oleh Agung Kuswantoro

Marketing atau pemasaran apakah hanya untuk perusahaan? Ataukah marketing tidak diperlukan untuk sekolah? Jamal Ma’mur Asmani (2015) menjawabnya sekolah membutuhkan marketing strategi jitu agar mampu menerapkan jiwa kompetisi dan sportivitas untuk melahirkan sekolah unggulan.

Konsep inti marketing adalah menggali kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan sebagai dasar untuk menciptakan produk yang mempunyai nilai, biaya, kepuasan pelanggan, sehingga bisa dipertukarkan dengan sukses (hal : 9).

Unsur-unsur marketing adalah meliputi pemasar, barang, dan jasa, serta proses pertukaran. Pemasar adalah organisasi yang memiliki tujuan tertentu. Barang dan jasa sebagai proses dalam pasar. Pasar mempunyai kapasitas pertukaran (daya beli) untuk bisa memperoleh barang yang diminta. Sedangkan proses pertukaran merupakan kegiatan dua pihak yang masing-masing memerlukan pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan.

Bicara marketing saat ini tidak lepas dari globalisasi. Untuk bisa bertahan (survive), suatu organisasi harus memhami globalisme. Kennedy dan Cohen mengatakan globalisme merupakan kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia itu satu. Selain globalisasi, marketing juga harus memperhatikan kecepatan gerak. Kecepatan gerak harus ditunjang oleh kegiatan penelitian dan pengembangan Research And Development (RAD) yang berkelanjutan.

Tawaran marketing unggul untuk memajukan sekolah menurut Jamal Ma’mur Asmuni (2015) dalam buku ini ada lima. Pertama, menciptakan perbedaan. Sekolah harus mampu melihat sisi yang berbeda dari sekolah lain. Misal, sekolah mengunggulkan potensi lokalnya. Ada sebuah sekolah di Pati, Jawa Tengah mampu mengantarkan siswanya meraih prestasi di tingkat nasional dan internasional karena siswa meneliti batu kapur yang berlokasi di daerah tempat tinggalnya. Ia memanfaatkan potensi lokalnya sebagai objek penelitiannya. Ia cerdas mengoptimalkan potensi lokal, dimana orang mengatakan sebagai kelemahannya. Disinilah letak perbedaan sekolah tersebut.
Kedua, melahirkan keunggulan. Menurut Sudarwan Denim, keunggulan sekolah bisa dibagi menjadi keunggulan akademik dan ekstrakurikuler. Keunggulan akademik dibuktikan dengan nilai yang dicapai anak didiknya. Sedangkan, keunggulan ekstrakurikuler dibuktikan dengan berbagai keterampilan yang dikuasai oleh anak didiknya.

Ketiga, menguatkan solidaritas internal. Terwujudnya perbedaan dan keunggulan tidak terlepas dari kerjasama yang solid seluruh elemen sekolah, mulai dari pimpinan hingga bawahan. Sehingga tercipta satu visi, misi, dan aksi yang konsisten dan berkelanjutan.

Keempat, mengasah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan menangkap dan menemukan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya. Apabila sekolah mampu mengambangkan kreativitas, eksistensi dan reputasinya akan tetap terjaga.

Kelima, mengedepankan inovasi. Inovasi menjadi bukti kesungguhan sekolah dalam mengelola kualitasnya, pasti akan melakukan inovasi. Syarat utama inovasi adalah memiliki mental cendekiawan, yaitu tidak pernah merasa puas terhadap prestasi yang diraih. Sekolah akan selalu melihat lembaga yang berada di atasnya, sehingga tertantang untuk melakukan pembaharuan secara kontinu.

Itulah lima strategi marketing sekolah. Pekerjaan marketing bukanlah hal mudah. Marketing dibutuhkan agar sekolah tetap hidup, bertahan, dan maju. Dibutuhkan sumberdaya yang mumpuni baik manusia maupun pendukungnya. Sekolah yang mampu melakukan marketing, pasti ia memiliki keunggulan yang berbeda dengan sekolah lainnya. Sekolah tersebut pandai memanfaatkan sumber daya di sekitarnya dengan mengoptimalkan semua unsur elemen yang ada di sekolah tersebut mulai dari atasan hingga bawahan.

Agung Kuswantoro, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Judul Buku : Manajemen Efektif Marketing Sekolah
Penulis : Jamal Ma’mur Asmani
Peresensi : Agung Kuswantoro
Penerbit : Diva, Press
Tahun : 2015
Hal : 240 hlmn
ISBN : 978 602 255 850 7
Editor : Kurniawan Dinihari

Lelaki Sejati Adil terhadap Ibu dan Istri

Oleh Agung Kuswantoro

Anda seorang laki-laki? Kalau Anda seorang lelaki berbuat adillah kepada ibu dan istri. Dua wanita yang sangat luar biasa posisinya. Dua makhluk ciptaan Allah yang mempu mengantarkan kesuksesan Anda. Anda tak akan bisa berdiri tegak dihadapan para audience yang siap mendengarkan nasehat Anda. Anda tak akan bisa memiliki pembaca atas karya Anda, tanpa kehadiran kedua makhluk tersebut.

Mengapa saya berani mengatakan seperti itu? Karena seorang lelaki mendapatkan kasih sayang dari mereka. Saat lelaki tersebut kecil, ia dibesarkan dan mendapatkan kasih sayang oleh ibunya. Saat ia besar, ia dikuatkan dan di-support oleh istrinya. Lantas, apakah lelaki tersebut akan pilih kasih kepada kedua wanita tersebut?

Jawabnya, TIDAK. Lelaki sejati akan pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pinjam istilah nahwunya, mutadhol hal. Menurut pemahaman penulis bahwa seorang lelaki akan bertanggung jawab kepada mereka. Tanggung jawab sebagai anak dan istri. Tanggung jawab kepada anak berupa mendoakan ibunya. Tanggung jawab kepada istri berupa mencari nafkah. Sederhananya seperti itu.

Lelaki bijak tak akan pilih kasih terhadap kedua wanita tersebut. Ia berpendapat mereka adalah makhluk mulia yang harus dihormati. Surganya ada padanya. Ia tak akan mencari surga dimanapun, karena di rumah ada surga. Keduanya telah memberikan amalan yang sangat luar biasa kepadanya. Waktu kecil ia mendapatkan didikan (pembelajaran) darinya. Saat dewasa, ia akan menghormatinya. Saat ia berumah tangga, ia akan menirukan perbuatan yang baik. Istri menjadi “madrasah” dan “model guru” bagi anaknya. Anak akan meniru perilaku dan akhlak ibunya (istri bagi lelaki). Lelaki bangga terhadap istrinya karena telah memberikan cintanya yang tulus kepada dirinya (suaminya dan anaknya).

Lelaki tersebut pasti ADIL. Adil terhadap keduanya. Cinta tak bisa dibagi. Mungkin perasaan saja yang mengatakan seperti itu. Bahkan cintanya seorang lelaki terhadap ibunya lebih tinggi dibanding istrinya. Ada yang mengatakan tanggung jawab ia lebih didahulukan kepada ibunya daripada istri. Saya rasa tidak. Tetapi cintanya sama.

Bicara adil, maka sesungguhnya bicara nilai atau value. Terlebih permasalahan ini. Adil tidak harus sama. Ilustrasinya dua anak kembar yang sama perilakunya. Mirip semuanya secara fisik. Saya yakin ibunya pasti akan memperlakukan adil pada kedua anak kembar tersebut. Namun, yang namanya adil itu letaknya di hati. Saya yakin ibu tersebut akan berat atau lebih cinta pada salah satu diantara dua anak tersebut.

Demikian juga sang lelaki. Ia pasti akan menempatkan satu diantara kedua wanita hebat tersebut. Namun sesungguhnya ia akan mengatakan “Ya Allah tunjukkanlah saya menjadi orang yang mampu memberikan kasih sayang kepada dua wanita terhebat. Sesungguhnya pemilik hati ini adalah Engkau. Mantapkanlah karunia cinta ini agar tidak goyah. Biarlah Engkau yang menilai akan cinta ini, bukan manusia yang menilai. Jika manusia yang menilai, pasti akan berpihak pada salah satu diantara kedua wanita hebat itu”. Amin.

Semarang, 5 Desember 2016

Lulusan SMP Raih Gelar Honoris Causa UNDIP

Oleh Agung Kuswantoro

Siapa orang yang tidak kenal dengan sosok Susi Pudjiastuti? Ia adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. Ia dikenal sangat tomboy dalam berpenampilan. Tegas dalam bersikap. Tidak takut dengan dampak atas yang dilakukannya. Ia menghancurkan kapal-kapal dari negara lain yang mencuri ikan di perairan Republik Indonesia. Ia bernyali besar. Ia sangat loyal pada negara ini.

Tulisan ini tidak mengkaji detail diri beliau. Namun beberapa point yang saya dapat dari berita Tribun Jateng edisi 4 Desember 2016. Ia memperoleh gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Diponegoro (Undip). Rektor Undip, Prof. Dr. Yos Johan Utama mengatakan anugerah ini atas dasar keilmuan dan tindakan nyata yang dilakukan oleh Susi dengan bukti konsistensi dalam penegakan kedaulatan.

Gelar Honoris Causa atau gelar kehormatan adalah gelar kesarjanaan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi yang memenuhi syarat kepada seseorang, tanpa orang tersebut perlu untuk mengikuti dan lulus dari pendidikan yang sesuai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan tersebut (wikipedia). Dapat dikatakan bahwa gelar honoris causa diperoleh tanpa kuliah di perguruan tinggi. Bayangkan coba, Susi yang hanya lulusan SMP bisa memperoleh gelar tersebut.

Dampak berita tersebut bagi saya adalah seseorang dalam bekerja harus total. Biasanya seseorang akan bekerja jika ada UANG-nya saja. Susi sangat tulus dan cinta terhadap pekerjaannya. Bayangkan, ia hanya lulusan SMP. Kuliah saja tidak. Namun kecintaannya dengan dunia “laut dan ikan” menjadikannya menjadi orang yang sukses. Ia sangat fokus dibidang tersebut. Bayangkan hanya lulusan SMP, ia memperoleh gelar HC – sebutan gelar honoris causa. Bahkan ia telah memberikan kuliah di Universitas Harvard, Boston, Amerika Serikat (Tempo: 16 Maret 2016).

Lulusan SMP mampu memberikan kuliah di Universitas luar negeri. Lulusan SMP mampu bereputasi internasional. Lulusan SMP mampu menyejahterakan masyarakat di sekitar lingkungannya. Lulusan SMP memiliki tekad menjaga kedaulatan negara. Lulusan SMP memiliki karakter kuat untuk menjadi pengusaha sukses.

Hebat. Kita saja yang sarjana belum tentu seperti beliau. Kita belum tentu memberikan sumbangsih kepada negara. Kita belum memberikan kuliah di universitas luar negeri, apalagi sekelas UNiversitas Boston, Amerika Serikat. Kita belum memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sekitar. Kita belum menjadi pengusaha yang sukses.

Malu. Kita harus malu atas sikap kita. Kita mungkin selama ini menganggap lemah orang lain atas pendidikan yang rendah. Namun dengan pendidikan rendahnya mampu memberikan perbuatan NYATA untuk negara ini. Ia cinta akan kedaulatan negara ini. Sudah puluhan kapal ia bom dan hancurkan karena mencuri ikan di daerah perairan Republik Indonesia.

Marilah menjadi pribadi yang sederhana. Yang sedikit bicara, tapi banyak bekerja untuk memberikan sumbangan untuk negara. Negara butuh kita. Lakukan aksi yang sederhana di lingkungan kita. Fokus pada aksi tersebut. Pasti akan memberikan dampak untuk masyarakat. Ayo masyarakat menunggu kita. Tirulah Susi, hanya lulusan SMP namun ia memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia.

Semarang, 7 Desember 2016

Mengistiqomahkan Kajian Fiqih Subuh

Oleh Agung Kuswantoro

Tantangan buat saya membuat kajian fiqih subuh hari. Pengalaman tiga kajian yang pernah saya dirikan dengan pasang surutnya kajian tersebut. Mulai dari memulai, bertambah anggota kajian, hingga sepi tidak ada yang datang – waktu kajian menjadi bekal untuk saya.

Lebih berat jelas kajian subuh ini. Secara waktu dilakukan pada subuh. Logikanya, sholat lima waktu yang tersedikit jamaahnya adalah subuh. Berarti peserta kajian jelas sedikit.

Namun, saya harus optimis. Allah yang mengatur semua. Target saya, saat saya menjadi imam, pasti ada makmum. Berarti ada peserta. Siapa dia? Baik itu warga kampung atau mahasiswa atau warga perumahan. Jika itu warga perumahan dan mahasiswa saya sangat optimis karena mereka memahami gaya pengajaran saya. Namun untuk orang kampung saya agak pelan-pelan dalam menyampaikan. Target untuk jamaah untuk orang kampung sederhana, yaitu mau mengaji saja sudah senang saya. Karena selama ini tidak ada kajian atau materi agama di masjid tersebut.

Masjid tersebut, selama ini memiliki kegiatan tahlilan, mujahadah, dan arak-arakan jika ada hari besar Islam. Namun untuk kajian berupa materi belum ada.

Doa dan harapan saya, semoga kajian ini bisa istiqomah. Targetnya, bukan banyaknya peserta kajian, namun mempraktekkan apa yang telah dikaji. Materi kajian sederhana, yaitu sholat. Kitab yang saya gunakan adalah fiqih. Semoga Allah mempermudah kajian yang waktu singkat ini (15-20 menit) dan mengistiqomahkan kajian ini. Amin.

Semarang, 5 Desember 2016

Previous Older Entries