Terlambat Mengagumi Sosok Prof. Imam Suprayogo
Oleh Agung Kuswantoro
Akhir tahun 2016, saya bergabung dalam komunitas Sahabat Pena Nusantara (SPN). Komunitas ini berisikan “pendekar” menulis. Saya yang awalnya, hanya menyukai dunia baca-tulis, kemudian, mengenal sosok M. Husnaini melalui karya bukunya dan tulisan dari Koran menjadikan saya mengikuti jejak dan pemikirannya. Sehingga, pada suatu “titik” dimana saya diberi kesempatan bergabung di komunitas SPN.
Salah satu sosok yang “masbuq” atau terlambat saya kagumi adalah Prof. Dr. Imam Suprayogo, M.Si. Ia adalah mantan Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (1997-2013). Ia sangat produktif menulis seusai sholat subuh berjamaah di masjid, dan membaca al qur’an. Menulis setiap hari, tanpa jeda sehari pun, hingga pada tahun 2009 – tepatnya 22 Juni 2009 – mendapatkan rekor MURI karena konsisten menulis di blog selama setahun, tanpa jeda. Kemudian, pada 15 Juni 2011 kembali meraih rekor MURI karena konsisten menulis setiap hari selama tiga tahun. Luar biasa!
Buku saat ini yang saya baca berjudul Masyarakat Tanpa Rangking dengan Penyunting M. Husnaini. Tulisannya, sangat berisi, bergizi, enak dibaca, renyah, gurih, empuk, dan menusuk. Tema-tema dalam yang ditulis ada pada lingkungan sekitar mulai dari kepemimpinan, masyarakat, pendidikan, Perguruan Tinggi, sosial, dan lainnya.
Makjleb. Saya membacanya. Biasanya , professor mengulasnya dengan bahasa “langit” atau tinggi dalam penyampaiannya. Namun, saya membaca buku ini terasa ringan. Padahal itu masalah bangsa. Misal kepemimpinan atau Pilkada. Ia menyajikannya sangat detail dan selalu ada hikmah dan apa yang terlihat di mata kita. Jadi tidak asal melihat suatu kejadian, tetapi ada value yang harus diambil dalam kehidupan ini agar selamat dunia ahirat.
Tulisan-tulisannya memberikan petunjuk kepada saya – pembaca – agar tidak melakukan yang tidak baik, dimana contoh-contoh itu ada disekitar kita. Kita disuruh untuk semangat dalam menjalani kehidupan. Jangan pesimis dalam hidup ini. Beliau yang Rektor saja, bisa menghasilkan tulisan tiap hari. Bayangkan tiap hari, untuk sekelas rektor. Lha kita, belum jadi rektor saja, sudah sok sibuk. Ditanya mana tulisanmu? Jawabnya saya sudah mengajar puluhan tahun. Lha, mana karyanya? Ini penting sekali buat pembelajaran kita semua.
Mohon maaf tulisan ini tidak untuk menyindir atau ngerasani orang, tetapi untuk memotivasi diri saya sendiri agar selalu produktif. Produktif harus dijaga, salah satunya dengan “berkumpul dengan orang sholeh”. Dengan menjaga lingkungan yang baik, produktifitas hidup akan meningkat pula. Wa’allahu’alam.
Semarang, 17 April 2017