Evaluasi Diri
Oleh Agung Kuswantoro
Tidak perlu kita sesali atas apa yang kita lakukan. Tetapi, evaluasi diri sangat dibutuhkan. Evaluasi diri berbeda dengan penyesalan. Meskipun keduanya dilakukan setelah kejadian telah usai.
Evaluasi diri mengarah pada perbaikan atas kesalahan atau ketidaktepatan dari tindakan kita. Penyesalan mengarah pada kesalahan atas perbuatan yang kita lakukan. Evaluasi belum tentu “salah” terhadap apa yang telah dilakukan. Tetapi, penyesalan cenderung telah melakukan kesalahan.
Yang kita bahas adalah evaluasi diri. Saya mencoba mengevaluasi diri dari apa yang telah dilakukan, khususnya di masyarakat. Evaluasi diri ini ibarat “rem” kehidupan. Saya butuh masukan atau komentar atas tindakan saya. Pastinya, orang yang saya ajak memberi komentar, bukan orang “asal-asalan”. Ia punya kompetensi yang mumpuni di bidangnya. Jika mengenai masyarakat, maka Kiai yang tepat menurut saya yang akan memberikan nasihat kepada saya. Jika mengenai ilmu, maka “guru” yang cocok menurut saya yang akan memberikan petuah ilmunya kepada saya.
Jadi, saat mengevaluasi diri dibutuhkan guru atau “sosok” yang menurut saya paham akan masalah tersebut. Bisa juga berasal dari orang tua atau tokoh masyarakat. Pastinya, orangnya “pas” atas keilmuannya. Kemudian, akhlak yang bersangktan juga menjadi “point” dalam menemukan “sosok” yang akan mengevaluasi diri. Tujuannya, agar saya diluruskan lagi akan kehidupan saya. Mungkin ada yang tidak tepat, saat sata berperilaku atau tindakan saya (mungkin) merugikan orang lain. Itulah pentingnya evaluasi diri.
Perjalanan Semarang ke Bali, di pesawat jam 06.00 WIB, 22 Mei 2017