Allah Menjadi Tempat Bertanya
Oleh Agung Kuswantoro
Saat kita bingung, kepada siapa kita akan bertanya? Hampir dipastikan jawabannya kepada orang terdekat, seperti sahabat, Bapak/Ibu, teman, pasangan hidup, guru/ustad, dan orang yang dikasihi lainnya. Namun, saat saya membaca surat Al Kahfi ayat ke-19 ada yang menarik.
Sahabat Kahfi – sahabat yang ditidurkan oleh Allah di Gua – terbangun dari tidurnya. Kemudian, diantara mereka bertanya, “Sudah berapa lamakah kamu berada disini (gua)?” diantara mereka menjawab, “Kita berada disini sehari atau setengah hari”, berkata (teman yang lain): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada disini”. Maka menyerulah diantara mereka untuk pergi ke kota dengan membawa uang perak.
Uang perak sebagai tanda waktu kapan ia tertidur hingga terbangunnya. Biasanya, setiap kepemimpinan atau beberapa pemimpin mengeluarkan jenis-jenis uang baru pada periode kepemimpinannya. Misal, pada era Jokowi mengenalkan uang dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, dan seratus ribu yang terbaru.
Sangat tepat, jika salah satu diantaranya (Sahabat Alkahfi) untuk keluar dari Gua untuk mengetahui berapa lama ia tertidur di dalam Gua. Ternyata mereka tertidur selama 309 tahun. Wow lama sekali.
Dalam lanjutan ayat tersebut, mereka diperintahkan untuk membeli makanan yang halal, dan baik, serta berkata yang lemah lembut. Allah memang membimbing dan memberi petunjuk bagi yang dekat pada-Nya. Sampai masalah makanan saja untuk membeli makanan yang halal dan baik. Tidak semua makanan, mereka makan. Biasanya orang habis tidur (atau bangun tiur) dalam keadaan lapar. Apalagi tidurnya bertahun-tahun. Jelas lapar. Namun, Allah memberikan pelajaran kepada kita yaitu sabar dalam mencari makan.
Tidak cukup dalam masalah makanan, tutur kata pun harus dijaga. Allah mengatakan dengan kalimat “lemah lembut” atau “walyatalattof”. Bicara saja lemah lembut, padahal posisi lapar. Bayangkan orang lapar, biasanya emosi, perkataannya keras – kadang kotor -, bahkan saat makan lupa tidak berdoa.
Pembelajaran dari satu ayat ini adalah (1) jika punya pertanyaan atau masalah bertanyalah langsung kepada Allah, jangan ke manusia, nanti banyak kecewanya, (2) carilah makanan yang halal dalam kondisi apa pun, meskipun terdesak. Apalagi kita sebagai suami dalam mencari nafkah. Uang yang diperoleh benar-benar halal, (3) tetap berkata lemah lembut dalam keadaan susah. Akhlak haru dijaga dalam kondisi apa pun. Senang dan susah, perkataan seseorang harus diperhatikan. Waallahu’alam.
Semarang, 20 Juli 2017