Oleh Agung Kuswantoro
Kesan saya bertemu santri di pondok pesantren Salafiah Kauman Pemalang (12/8) begitu terasa. Peserta yang hadir adalah santri yang menjabat sebagai pengurus Pondok Pesantren. Ada Lurah, Sekretaris, Bendahara, dan Ketua Bilik (kamar). Mereka berjumlah 30 Santri (15 Santriwan dan 15 Santriwati).
Materi yang saya sampaikan tentang administrasi pondok pesantren. Namun, dalam penyampaiannya tidak semata-mata teoritis. Saya “meraciknya” dengan praktis. Termasuk dalam bahasa yang saya sampaikan sederhana dan tidak jlimet. Tujuannya agar mereka memahami.
Obrak-abrik. Mungkin istilah itu yang tepat saya gunakan selama dua jam bersama mereka agar pemikiran mereka terbuka. (Mungkin) selama ini masih “tertutup” dengan materi administrasi. Materi yang simpel, namun saya “pancing” dengan motivasi-motivasi. Bahkan saya “hipnotis” dengan permainan. Hasilnya mereka tersenyum, tertawa, dan percara diri.
Dua jam tidak terasa menyampaikan materi. Mengapa? Jawabnya, karena mereka interaktif. Banyak santri yang bertanya kepada saya. Kebanyakan bertanya tentang ketidak percayaan diri saat di masyarakat. Eksistensinya, mungkin itulah yang dirasakan oleh santri.
Dalam kesempatan itu, saya jadikan silaturahim dengan guru-guru saya di pondok Salafiah. Saya bertemu dengan Ustad Romadhon, Ustad Hamdan, Ustad Faris, dan yang lainnya. Silaturahim ini juga sebagai ajang nostalgia dengan tempat mengaji saya selama enam tahun. Saat pelaksanaan kegiatan tersebut, saya ditemani oleh sohib saya, yaitu Tasihin. Ia adalah teman saya waktu belajar di pondok Salafiah, tepatnya Diniah Wustho dan Ulya.
Optimislah santri. Kau, pasti sukses! Yakinlah. Dan percara diri. Insya Allah, Allah ada pada pihak Anda. Jadi, jangan minder. Galilah terus ilmu, mumpung di pondok. Semoga kau bisa. Amin.
Semarang, 17 Agustus 2017