Warung Orang Kampung Tersisi?

Warung Orang Kampung Tersisi?

Oleh Agung Kuswantoro

 

Sebutkan warung-warung makan yang ada di sekitar Universitas Negeri Semarang (UNNES)? Tanya saya kepada mahasiswa. Mereka menjawab Geprex, Burjo, Ngopi Kuningan, Warteg, Padang, Penyet, Warung Prasmanan, Aneka Gorengan, dan berbagai macam pilihan warung yang saya sendiri belum tentu ke tempat itu.

 

Anehnya, dari warung-warung tersebut, tidak ada warung yang dikelola oleh orang kampung. Padahal, dulu waktu saya kuliah (tahun 2002 – 2006), warung kampung, khususnya di gang Pete Raya, terkenal nasinya banyak dan murah. Pembelinya pun banyak sekali. Setiap jam makan, gang tersebut ramai, khususnya bagi para kaum Adam.

 

Namun, sekarang keberadaan mereka (warung kampung) bagai ditelan bumi. Sedikit, bahkan sudah ada yang tutup. Mereka tersaingi oleh warung-warung pendatang yang berinovasi menu-menu makanan. Justru, warung-warung pendatang berasal dari luar Semarang, bahkan keluarganya “diborong” pindah untuk mengadu nasib dengan berjualan makanan.

 

Lalu, pertanyaannya, apakah mereka tersisi dari warung pendatang? Menurut saya, iya tersisi dengan kehadiran warung pendatang. Warung kampung tidak menginovasi menu-menu makanannya. Bahkan, harga warung pendatang lebih murah dibanding warung kampung. Selain itu, warung pendatang mengonsep setiap warungnya dengan cat yang menarik atau sekedar musik-musik MP3. Jika keadaan ini berlanjut, jelas mereka akan lebih tersisi. Bahkan akan merambah ke “dunia” yang lainnya (baca:tidak hanya warung makan saja). Sudah terbukti, misal dulu mini market disetiap gang sangat ramai pembeli. Sekarang, pada tutup. Kalah bersaing dengan toko-toko retail yang menarik dalam display dan harga yang terjangkau. Kemungkinan besar, nanti kost-kostan. Kost-kostan yang dikelola oleh warga akan tergusur oleh kos-kosan yang dikelola oleh warga pendatang, dimana harga lebih murah, fasilitas lengkap, bersih, dan tempatnya strategis.

 

Lalu, muncul pertanyaan berikutnya, yaitu bagaimana agar bisa bertahan atau bersaing dengan pendatang? Jawabnya, adalah sudah saatnya berinovasi bagi warga sekitar UNNES. Apapun inovasinya, baik dalam makanan, minuman, warung (toko), dan kost-kostan. Ingat, di dunia tidak selamanya sukses terus. Demikian juga, tidak selamanya matu terus. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa eksis. Yuk, kita harus berinovasi dalam hidup. Dinosaurus saja bisa mati, padahal dulu Dinosaurus makhluk yang sangat hebat dan tidak ada yang mengalahkan. Waallahu’alam.

 

 

Semarang, 14 Agustus 2017

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: