Allah Maha Penyayang, Orang Gila Pun Masih Hidup
Oleh Agung Kuswantoro
Melihat orang gila dipinggir jalan, saya langsung bersyukur kepada Allah, dan kagum terhadap Allah. Betapa sayang Allah pada makhluknya. Logika manusia mengatakan bahwa, ciptaan yang “tidak baik”, maka dihilangkan. Tetapi, beda dengan kasus ini, justru Allah tetap ciptaan tersebut ada. Padahal, Allah sangat kuasa, dengan mudahnya Allah akan menghilangkan, jika Allah menghendaki. Lalu kenapa orang gila itu hidup?
Seharusnya, jika tidak ada “manfaat” atau “nilainya”, ya jangan diciptakan. Bahkan, kalau itu menyengsarakan, akan menjadi beban bagi orang gila itu. Sudah hidup itu susah. Gila lagi! Ampun deh!
Disinilah sifat Rohman Allah. Allah pasti menjamin rizkinya. Allah pasti memberikan kehidupan baginya. Ia tetap hidup. Susah ia merasakan. Senang pun dirasakan. Ia tetap makhluk Allah. Tetap hidup. Tidak boleh dibunuh atau membunuhnya. Allah sudah menjamin kebutuhannya hingga mati.
Justru kita, harus belajar dari orang gila. Pasrahnya total. Tidak takut mati. Tidak takut panas. Dan tidak takut hidupnya susah. Ia totalitas kepada Allah. Ibadahnya pun sesuai dengan kemampuannya. Prinsip hidupnya sangat bagus.
Nah, kita? Uang saja kita masih ngitang–ngitung agar untung. Tanah kita ngukar–ngukur agar dapat laba. Emas kita ngelas–ngelus agar mengkilap. Pasrahnya, kapan?
Orang gila saja bisa pasrah. Taruh contohnya, ayam yang tidak gila – itu saja rejekinya- sudah dijamin oleh Allah. Lalu, sampai kapan kita bermental seperti ini? Yuk, kita belajar pasrah dari orang gila dan ayam. Yakin saja. Bukannya Allah Maha Penyanyang pada Makhluknya? Waallahu’alam.
Semarang, 5 Oktober 2017