Satu Pohon, Cabangnya Banyak
Oleh Agung Kuswantoro
Melihat pohon binahong di depan rumah yang pernah saya tanam, terasa tenang dan adem. Pohonnya hanya satu, tapi cabangnya banyak. Sahingga, meneduhi rumah saya saat panas dan menangkal air hujan saat musim hujan. Merawatnya pun tak susah, cukup menyiraminya setiap hari. Hanya membutuhkan waktu 3 bulan, sudah berbiji. Bijinya jatuh ke tanah, dapat meneruskan generasi binahong berikutnya.
Filosofi inilah yang ingin saya tumbuhkan dalam kajian yang saya himpun. Cukuplah menanam satu orang dengan ilmu. Insya Allah, hasilnya akan berdampak untuk masyarakat. Tidak butuh 10 orang yang mengaji, tetapi minimal satu, tapi “netes”. Ia paham akan ilmu-ilmu dalam kajian dan memiliki akhlak yang mulia. Itu saja yang saya harapkan.
Ini mirip seperti ungkapan Bung Karno yaitu “beri saya satu pemuda, maka dunia akan berguncang”. Kalimatnya, cukup satu pemuda. Bukan dua atau tiga orang, tapi satu orang. Meskipun, satu orang tetapi memberikan dampak yang luar biasa yaitu memberikan pengaruh yang banyak.
Orang pasti mati. Demikian juga, saya juga pasti akan mati. Minimal ada satu “santri” atau orang yang mau mengaji. Dulu, ada mahasiswa mengaji (nama kajian) dan Madrasah Istiqlal (nama madrasah) karena faktor “tertentu” saya tutup hingga sekarang. Alhamdulillah, ada santri yang mengaji. Cukup ada satu santri yang “netes” seperti satu pemuda ala Soekarno atau satu pohon “binahong”, saya sudah sangat bangga seperti pohon binahong tersebut. aamiin.
Semarang, 15 Oktober 2017