Belajar Memahami Teori Administrasi (1)
Oleh Agung Kuswantoro
Sebelum membuat proposal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, alangkah baiknya, saya mendalami lagi tentang prodi/bidang saya. Prodi saya adalah pendidikan ekonomi, konsentrasi administrasi perkantoran. Hingga saat ini, ada beberapa temuan yang saya temui, yaitu :
- Angkatan saya, pada ijazah tertulis prodi pendidikan ekonomi, konsentrasi administrasi perkantoran, saat akan mendaftar PLPG atau PPG, sistem dari Jakarta menolaknya, karena yang tertulis pada prodi adalah pendidikan ekonomi. Orang mengira prodi administrasi perkantoran berbeda dengan pendidikan ekonomi.
- Saat melanjutkan studi strata dua dan tiga, lulusan pendidikan ekonomi administrasi perkantoran. Ada beberapa alumni “galau” dalam mengambil prodi pada strata dua dan tiga. Karena, mau mengambil prodi apa? Dampaknya adalah pada linieritasnya. Hal ini sangat penting, terlebih berprofesi sebagai dosen.
Dari beberapa senior saya, saat strata dua, ada yang mengambil ilmu komunikasi, manajemen pendidikan, dan evaluasi pendidikan. Saat strata tiga, ada yang mengambil manajemen pendidikan pendidikan dan manajemen.
Menelisik alumni prodi administrasi perkantoran di luar UNNES seperti prof. Dr. Muhyadi (UNY) dimana tiganya adalah bidang kependidikan di UNJ. Prof. Dr. Tjutju Yuniarsih, SE, M.Pd (UPI) dimana strata dua dan tiganya mengambil Administrasi Pendidikan di UPI.
Berdasarkan Farieda Ali (2015) bahwa teori administrasi ternyata bermacam-macam. Ada teori administrasi klasik, administrasi modern, administrasi publik, dan administrasi negara. Yang menariknya adalah adanya kerangka konsep dan redefinisi administrasi.
Setelah saya pelajari, saya menangkapnya bahwa pendidikan administrasi perkantoran masuk dalam ranah “redefinisi administrasi”. Dimana, administrasi sebagai fokus kajian. Beberapa objek fokus kajian administrasi meliputi bidang pendidikan, pemerintahan, publik, kesehatan, perbankan, pajak, dan bisnis.
Istilah administrasi perkantoran diperkenalkan oleh The Liang Gie dengan buku yang sama, yaitu “Administrasi Perkantoran Modern”, pada tahun 1960-an. Ia merumuskan, bahwa administrasi dibagi menjadi 8 unsur yaitu manajemen, organisasi, komunikasi, kepegawaian, keuangan, perbekalan, tata usaha, dan hubungan masyarakat.
Saat administrasi perkantoran menjadi fokus kajian maka ada beberapa materi kajian yang dipelajarinya. Nah, disinilah letak kekuatan administrasi perkantorannya. Pertanyaannya, pendidikan administrasi perkantorannya ada dimana? Karena, ada kata “pendidikannya”. Apakah itu suatu fokus kajian baru lagi? Dimana, berbeda dengan administrasi perkantoran yang dikemukakan oleh Liang Gie? Disinilah yang harus kita kaji, karena sangat penting untuk masa dengan kita.
Secara filsafat, menurut saya administrasi perkantoran lebih pada administrasi. Ontologi, aksiologi, dan epistemologinya sangat jelas. Secara teori lebih cenderung ke teori administrasi new klasik. Dimana penekanannya pada perilaku manusia dalam mengambil keputusan teori ini dipelopori oleh Taylor.
Agar administrasi bergerak, maka harus ada manajemen. Dalam teori administrasi, bahwa penggerak administrasi berupa “manajemen, organisasi, dan kepemimpinan”. Ketiganya harus ada keteraturan.
Ada yang berpendapat administrasi itu abstrak. Untuk menjadi konkrit dibutuhkan ketiga elemen tersebut. keteraturan yang dimaksudkan adalah ketiga elemen harus terukur dan jelas. Tidak boleh fungsinya mendadak atau asal menunjuk.
Misal, saat terjadi kecelakaan. Orang berkumpul, ada yang menolong ini, menolong sana, telpon sini, telpon sana, dan aktifitas lainnya. Ada orang, ada kerja sama, dan ada tujuan juga. Namun, itu bukanlah administrasi karena tidak teratur.
Kembali pada permasalahn utama. Dimanakah posisi pendidikan administrasi perkantoran? Apakah sama dengan administrasi perkantoran? Ataukah pendidikan ekonomi? Atau pula, ada pada ranah manajemen? Inilah menariknya, saya pun ingin mengetahuinya. Syukur-syukur, bisa membuat pohon keilamuannya. Mohon saran dan masukan kepada para ahli. Terima kasih.
Semarang, 15 Januari 2018