Air, Angin, Dan Hujan

Air, Angin, Dan Hujan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Akhir-akhir ini cuaca kita sering hujan. Padahal, sudah memasuki bulan Maret. Konon, dulu saat bulan yang berakhiran “ber” itu pertanda musim hujan. Tetapi sekarang, tidak. Sebagai orang muslim, apa pun keadaannya tetap bersyukur diiberi musim panas dan hujan. Jangan mudah terbawa oleh keadaan. Karena, berakibat pada hati tidak tenang, mulut mudah mengumpat dan bertindak tanpa ada dasar. Emosi.

 

Jangan sampai ketika hujan, mulut mengatakan “Aduh udan, daganganku ora payu, “Petaka hujan, meriyang iki awak”. “Walah, hujan, sepi iki toko.” Dan, kalimat yang serupa lainnya. Itu semua, pertanda belum bersyukur atas nikmat Allah. Kita masih menutupi nikmat Allah. Bahasa Alquran itu kafir. Kafir itu tertutup imannya. Sudah tidak zamannya, sekarang mencari orang kafir. Karena orang kafir sudah mati. Tetapi, yang perlu kita waspadai adalah warisan sifatnya yaitu tertutup atas iman kepada Allah.

 

Kafir itu tertutup imannya. Ucapan di atas sebagai contohnya. Bukan saya mengatakan dia kafir, tetapi sifatnya telah menutupi keimanannya. Lalu, bagaimana? Rubah menjadi kalimat positif yaitu Alhamdulillah hujan. Tanaman menjadi subur. Alhamdulillah hujan, udara menjadi segar. Alhamdulillah hujan, Allah menyuruh kita untuk istirahat. Kalimat pertamanya dimulai dengan Alhamdulillah, sebagai wujud syukur terhadap nikmat Allah.

 

Lantas, bagaimana Allah memandang hujan itu sendiri? Air dianugerahkan Allah bagi seluruh makhluk hidup untuk mendukung kehidupan mereka. Air mengalir ke seluruh penjuru dunia. Melalui laut dan sungai, serta melalui mata air yang terpendam di perut bumi. Sementara ilmuwan menyatakan bahwa ada sekitar empat miliyar liter air dibawa oleh awan setiap tahunnya dari lautan ke daratan dan yang turun dalam bentuk hujan. Demikian Allah mengaturnya.

 

Dalam dunia spiritual, ajaran agama Allah dinamai syari’at yang secara harfiah berarti sumber air. Ia adalah tuntunan Illahi yang disampaikan oleh para rasul dan hamba-hambaNya yang terpilih, lalu mereka jelaskan dan peragakan untuk ditiru. Air hujan ruhani adalah wahyu. Ilham, pengalaman spiritual yang diperoleh oleh siapa saja dan sebanyak yang dikehendaki-Nya tidak ubahnya dengan air hujan yang tercurah dalam kadar dan tempat yang dikehendaki-Nya serta sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

 

Hujan seringkali didahului oleh angin dan disertai oleh Guntur dan kilat. Angin menurut Al-qur’an membawa berita gembira tentang turunnya hujan (baca QS. ar-Rum[30]:46).

 

Peranan kehangatan matahari serta angin yang melahirkan hujan – dalam dunia fisik – terlihat dengan nyata. Dalam dunia spiritual ketiga hal itu pun dapat terjadi. Mari, kita simak ayat berikut ini (baca QS. adh-Dhuha [93]).

 

Dengan tuntunan Illahi yang simbolnya adalah berupa cahaya matahari yang dengan mengamati dan menghayatinya, jiwa terdorong kepada kebajikan bagaikan angin yang memiliki kekuatan untuk mendorong awan yang berasal dari butir-butir air terangkat menuju suatu wilayah yang sangat tinggi. Angin yang mendorong itu saja – yakni pengamalan tuntunan Illahi itu saja – sebelum turunnya hujan, sudah  menggembirakan seseorang. Persis seperti angin sebelum turunnya hujan yang dinantikan.

 

QS, al-Baqarah [2]: 19

 

menguraikan keadaan orang-orang munafik dengan gambaran berikut ini:

 

 

“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat dengan jari-jari mereka ke dalam telinga mereka, karena (mendengar suara) petir.

 

Maksudnya antara lain, adalah orang-orang munafik mengabaikan hujan, yakni petunjuk Illahi yang turun dari langit tanpa usaha mereka. Padahal hujan, yakni hujan yang menumbuh suburkan hati mereka. Padahal hujan, yakni petunjuk itu, mampu menumbuh kembangkan tumbuh-tumbuhan. Mereka mencurahkan seluruh perhatian kepada hal-hal sampingan. Bukankah hujan sebelum tercurah dari langit didahului oleh guruh dan gelapnya awan? Bukankah ketika itu sinar matahari tertutupi oleh gelapnya awan dan cahaya bulan serta bintang-bintang pun terhalangi olehnya? Mereka tidak menyambut kedatangan air yang tercurah itu, tetapi sibuk dengan kegelapan, guruh, dan kilat yang hanya berlalu sekejap dan demikian cepat itu.

 

Dapat juga dikatakan bahwa ayat-ayat Alqur’an diibaratkan dengan hujan yang lebat, apa yang dialami dan dirasakan oleh orang-orang munafik diibaratkan dengan aneka kegelapan, sebagaimana yang dialami pejalan diwaktu malam yang diliputi oleh awan tebal sehingga menutupi cahaya bintang dan bulan. Guruh adalah kecaman dan peringatan-peringatan keras Alquran. Kilat adalah cahaya petunjuk Alqur’an yang dapat ditemukan dicelah peringatan-peringatan itu.

 

Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. Tetapi, tiada yang memahaminya kecuali orang yang berpengetahuan. Memang, perumpamaan-perumpamaan dalam ayat yang tertulis (Alquran) mempunyai makna-makna yang dalam, bukan sebatas pda pengertian kata-katanya. Masing-masing orang sesuai kemampuan ilmiahnya dan dzauqnya – yakni kesadaran ruhaninya – dapat menimba dari perumpamaan-perumpamaan yang boleh jadi berbeda, bahkan lebih dalam dari orang lain. Ini juga berarti bahwa perumpamaan yang dipaparkan disini, bukan sekedar perumpamaan yang bertujuan sebagai hiasan kata-kata, tetapi ia mengandung makna serta pembuktian yang sangat jelas. Mungkin kita mempelajari dan menimba maknanya? Semoga demikian. Wa Allah A’lam

 

Orang yang sudah memahami apa itu hujan, dan manfaatnya itu mendekatkan kepada ilmu pengetahuan dan iman. Orang yang beriman selalu menjaga hatinya. Bahkan, selalu membuka hatinya.

 

Ibarat diruang yang gelap gulita, ia akan membutuhkan cahaya. Gelap diumpamakan kafir, cahaya itu iman. Ia akan mencari Allah dalam kegelapan. Nur yang dicari, yaitu Allah. Saat ia gelap ia berdoa, agar tidak termasuk kafir/kufrun. Semoga kita bisa menjadi hamba yang bersyukur, bukan kufur nikmat. Menikmati setiap peristiwa berupa musim hujan dan panas. Semoga kita menjadi orang yang beriman. Amin.

 

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: