Terinspirasi Oleh Zaprulkhan
Oleh Agung Kuswantoro
Mengenal sosok Zaprulkhan itu menyenangkan. Saya termasuk orang yang terlambat mengenal sosoknya. Ia sosok yang kuat dengan bacaan bukunya.
Pernah, ada orang yang menyebutnya “predator buku”. Tidak “kutu” buku lagi. Buku-buku yang tebal dengan tema-tema berbobot dengan “lahap” dan cepat. Ia “lahap” dengan nikmat.
Perbuatan yang seperti itu, ditunjukkan dengan karya-karyanya. Ada buku tentang “Hikmah”, tetapi buku yang ditulisnya mengenai “Hikmah” itu berbeda “rasanya”. Mulai dari bahasa dan isi/maknanya lebih dalam.
Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami. Isinya jelas lebih menyeluruh. Pendekatan filsafat dan sufinya kuat. Maklum, ia menggeluti bidang filsafat dan sufistik. Jika berbicara filsafat dan sufistik, ia-lah ahlinya. Saya selalu mengikuti tulisan-tulisannya.
Ada yang sangat membekas dalam ingatan, saat ia memposting tulisan tentang “Rajawali” dan dialog antara “Keramik dan Patung”.
Isinya bagus sekali. Sesuai dengan realita kehidupan. Ia mengemasnya dengan bahasa sederhana, namun penuh makna. Saking, penasaran saya padanya, saya pergi ke Gramedia mencari bukunya. Alhamdulillah, saya menemukan bukunya bertema Hikmah.
Tiap malam, saya mencicil membaca satu bab dan menghayatinya. Setiap hari Sabtu – Ahad, saya sampaikan kepada para Jamaah Subuh saat kultum. Menurut saya, hikmah-hikmah kehidupan yang tertulis dalam buku tersebut itu sangat bagus.
Saya juga pernah menulis tentang Hikmah Kehidupan yang diterbitkan oleh Quanta. Namun, (saya) mengakui tidak sebagus miliknya (Zaprulkhan). Saya ingin belajar darinya. Minimal “predator” buku, bukan “kutu” buku. Salam buat pak Zaprulkhan. Doakan saya bisa menjadi orang yang berilmu.
Semarang, 26 Oktober 2018