Ngaji Tauhid (1): Gambaran Umum
Oleh Agung Kuswantoro
Mengapa, saat sholat berjamaah Masjid sepi? Mengapa saat sholat tiba, masyarakat sekitar tidak bergegas ke Masjid? Mengapa tidak ada imam Masjid yang datang, padahal waktu sudah tiba untuk sholat? Mengapa, belum ada yang mengadzani, padahal waktu sholat sudah lebih? Dan, mengapa Masjid digunakan untuk sholat wajib saja?
Pertanyaan tersebut, banyangan saya terhadap kondisi masyarakat Jahiliyah. Waktu itu, Nabi Muhammad SAW sedang berdakwah/berjuang demi agama Allah.
Masjidil Haram sudah ada. Mungkin, gambarannya sebagaimana di atas. Masjid sepi, meskipun waktu sholat tiba. Bisa juga, Masjidl Haram tidak ada adzan dan tidak ada aktivitas sholat berjamaah, waktu itu.
Mengapa itu terjadi? Masyarakatnya masih menyembah berhala. Di kanan-kiri (luar Masjid) sudah terpajang berhala-berhala yang tinggi.
Keadaan tersebut (mungkin) sama dengan sekarang – Masjid ada, tegak berdiri. Namun, kanan-kirinya berupa berhala masa kini. Bisa juga berhala berwujud urusan dunia. Atau, benda dunia seperti HP, Android, pekerjaan, jabatan, dan lainnya.
Sehingga, permasalahan tauhid menjadi sangat urgen/penting bagi suatu masyarakat. Bisa dikatakan sama seperti masyarakat Jahiliyah. Untuk itu, perlu ‘pelurusan’ ajaran-ajaran Allah.
Dibutuhkan Nabi – saat itu Nabi Muhammad – yang menggerakkan untuk meluruskan akidah/tauhid/ketuhanan yang benar. Dulu, orang yang menggerakkan untuk meluruskan agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW.
Berarti, di masyarakat saat ini, adalah kiai/ustad/tokoh masyarakat di daerah Masjid/masyarakat tersebut.
Orang penggerak ini (kiai/ustad) harus “getol” ke Masjid. Terlebih, masalah sholat. Ingat, masih peristiwa peletakan Hajar Aswad waktu banjir bandang? Siapakah orang yang pertama kali datang ke Masjid?
Jawabnya, Nabi Muhammad SAW. Padahal, usia beliau 35 tahun. Biasanya, usia 35 tahun, seorang laki-laki sedang mengejar karir. Ia sibuk. Segala kenaikan pangkat/jabatan, ingin ia raihnya. Mumpung masih muda.
Namun, sosok Nabi Muhammad SAW saat usia 35 tahun itu berbeda. Urusan dunia beres. Karir OK. Akhirat juga OK. Urusan dunia dan akhirat, sama-sama dikejar.
Kata kuncinya, Kiai/Ustad harus “getol” dulu ke Masjid. Jika belum “getol”, mari refleksikan apa yang sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ia/Kiai/Ustad penggerak harus stand by dulu di Masjid saat sholat. Maksimal, Ia berada/sampai di Masjid saat akan waktu iqomah.
Jangan sampai tidak ada Imamnya. Atau, Jamaah “keteteran” menunggu Imam. Jika, Jamaah menunggu Imam, jelas yang resah/gundah hatinya adalah Jamaah/Makmum.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW itu ternyata, datang dulu ke Masjid. Ia datang lebih dulu, sebagaimana peristiwa peletakan Hajar Aswad.
Bersambung
Semarang, 13 Desember 2018