Ustad dan Ustadah
Oleh Agung Kuswantoro
Hampir 2 pekan saya mondar-mandir Semarang-Solo karena tugas dinas dan Diklat AA. Posisi saya sebagai guru digantikan oleh Ustadah Arin, Ustad Belardo, dan Ustadah Lu’lu’.
Mencari guru pengganti itu tidak asal. Kami kader terlebih dahulu. Jadi, mereka memiliki bekal dalam mengajar.
Kajian ini memang masih baru. Akan berumur 1 tahun, nanti bulan Ramadhan. Jika saya kelola sendiri bersama istri, jelas (mungkin) sudah tutup karena alasan macam-macam. Namun, apapun kondisinya kami berusaha mempertahankannya.
Ustad dan Ustadah menjadi faktor penting dalam pembelajaran. Kami berusaha meningkatkan kualitas Ustad dan Ustadah.
Tidak hanya meningkatkan jumlah Ustad dan Ustadah saja. Kualitas dalam pembelajaran juga, kami perhatikan. Dalam mengelola kelas, misalnya.
Namanya saja, santri anak. Ada yang “ngambek” waktu mengaji dikarenakan tidak naik tingkat/pindah materi.
Ada yang menangis dalam rebutan meja. Ada yang jengkel tidak mau mengaji dengan orang tertentu. Itulah, beberapa contoh nyata yang ada dalam kelas kami.
Kejadian-kejadian seperti itu perlu kita kelola dengan baik. Prinsipnya, kami tidak boleh memarahi. Kami mengajarkan akhlak yang santun.
Pergi ke Masjid untuk mengaji itu sudah kebahagiaan kami. Terlebih datang dengan orang tuanya. Atau, pulang dijemput.
Orang tua yang menanyakan kepada kami mengenai perkembangan mengaji/belajar agama Islamnya, sampai mana. Orang tua menanyakan mengenai kebutuhan apa yang dibutuhkan dalam pembelajaran, karena ia ingin bersedekah.
Orang tua datang ke Masjid hanya melihat perkembangan anaknya dan menitipkan kepada kami agar anaknya diberi ilmu agama/mengaji.
Itu wujud perhatian mereka terhadap perkembangan putra/putrinya dan kami. Kami sangat senang dengan kepedulian mereka.
Lalu, kami mengajak sholat Asar secara berjamaah. Temuan kami, ternyata ada beberapa santri belum/tidak melakukan sholat Asar.
Tugas kami selanjutnya mengantarkan mereka kepada materi. Akhlak, Akidah, dan Ibadah menjadi fokus kami dalam menyampaikan materi.
Disinilah peran Ustad dan Ustadah begitu vital. Kehadiran mereka sangat dibutuhkan. Prinsipnya, tiap hari anak belajar. Kelas kosong sebisa mungkin, tidak ada karena tiap kelas ada Ustad dan Ustadahnya.
Semarang, 17 Jumadas Tasaniah 1440