ZIARAH

ZIARAH
Oleh Agung Kuswantoro

“Berlomba saling memperbanyak telah melengahkan kamu, kamu menziarahi kubur-kubur/ sampai-sampai kamu menziarahi kubur-kubur leluhur kamu” (QS. At-Takatsur [102]: 12).

Alhamdulillah, atas izin Allah kita dalam keadaan sehat walafiat, sehingga dapat melaksanakan ibadah di hari Jumat ini. Tepat, besok kita akan menyelenggarakan puncak Dies ke-54 UNNES di Auditorium, kampus Sekaran.

Sekadar mengenang, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 271 tahun 1965 bahwa mengesahkan pendirian Institut Negara di Semarang sebagaimana Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 40 tahun 1965 tanggal 8 Maret 1965.
Institut tersebut bernama IKIP Semarang. Institut tersebut terdiri dari Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Sastra Seni, dan Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta. Surat Keputusan Presiden tersebut, mulai berlaku pada hari ditetapkan dan mempunyai daya surut sampai tanggal 30 Maret 1965. Sehingga, tiap 30 Maret itulah Dies UNNES kita selenggarakan.

Ada budaya yang sangat baik di lingkungan kita saat Dies, yaitu ziarah kubur. Pimpinan dan para pejabat lembaga berziarah ke makam leluhur, seperti Almarhum Bapak Mochtar (Ketua Presidium IKIP Semarang 1965-1966), Almarhum Mayjen Moenadi (Ketua Presidium IKIP Semarang 1966-1967), Almarhum Prof Drs Wuryanto (Rektor IKIP Semarang 1967-1977), Almarhum Drs Hari Mulyono (Rektor IKIP Semarang 1977-1986), dan Almarhum Prof Dr Retmono (Rektor IKIP Semarang 1986-1994). Selain itu, pimpinan kita berziarah ke makam leluhur yang memiliki jasa dalam membesarkan nama UNNES.

Lalu, muncul pertanyaan yaitu “Apa itu ziarah kubur?” Kata ziarah berasal dari bahasa Arab, yang memiliki arti kunjungan singkat. Ziarah kubur mengisyaratkan kunjungan ke tempat pemakaman, tetapi tidak berlama-lama.

“Mengapa berkunjungnya singkat?” Dahulu pada masa Jahiliyah, masyarakat Mekkah dan sekitarnya sering kali berkunjung ke kubur, antara lain untuk membangga-banggakan leluhur mereka dan membanding-bandingkannya dengan leluhur mereka sekaligus berdoa kepada leluhur yang telah dikubur itu.

Alqur’an mengecam mereka, sebagaimana ayat di atas “Berlomba saling memperbanyak telah melengahkan kamu, kamu menziarahi kubur-kubur/atau sampai-sampai kamu menziarahi kubur-kubur leluhur kamu (QS. At-Takatsur [102]: 12).

Akibat sikap mereka yang buruk itu, Rasulullah melarang untuk menziarahi kubur, tetapi setelah berlalu sekian lama dan setelah sahabat-sahabat Rasul itu menyadari keburukan tradisi Jahiliyah, maka beliau mengizinkan, bahkan beliau sendiri berziarah ke kubur. Dalam konteks itu, Nabi Muhammad SAW mengatakan “Aku tadinya melarang kalian menziarahi kubur, tapi kini silakan ziarahilah. (HR. at-Tirmidzy).

Nabi Muhammad SAW menganjurkan itu, agar peziarah mengingat kematian, mengingat bahwa makhluk diciptakan untuk punah, bukan untuk kekal hidup di dunia. Lalu, penziarah agar merenungkan apa yang telah dilakukan oleh yang telah wafat itu. Apabila almarhum memiliki amal baik baik, agar kita meneladani dan mendoakan. Apabila almarhum memiliki amal buruk, agar kita dapat mengambil hikmah atas kejadian yang dialamainya.

Kita dianjurkan berziarah, karena tidak sedikit orang yang lengah, seakan-akan kematian hanya dialami orang lain, bukan kita. Sebagaimana ayat berikut “Apakah jika engkau wafat, wahai Nabi Muhammad, mereka yang kekal? Begitu kecaman Allah kepada yang lengah (QS. al-Anbiya’ [21]: 34).

Yang wafat/meninggal dunia pada hakikatnya benar-benar telah meninggalkan dunia, walau badannya berada di liang kubur, karena substansi manusia adalah ruhnya. Sedangkan, badannya hanya tempat/wadah. Lalu, ruh digunakan untuk mencapai tujuannya.

Ibaratnya, petani bukan cangkulnya. Penulis, bukan penanya. Ruh yang telah meninggalkan badan. Sekarang, ruh di satu alam yang bukan alam duniawi. Bukan juga, alam ukhrawi.

Ruh berada di Alam Barzah. Alam Barzah sebagai alam pemisah antara dunia untuk kemudian, jika kiamat tiba, semua digiring ke Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan kegiatannya masing-masing selama berada di dunia.

Tanah yang menampung jazad/fisik, bukan untuk kepentingan yang wafat. Tetapi untuk orang yang masih hidup, agar mereka terhindar dari aroma jazad yang membusuk dan menjadi renungan bagi orang yang masih hidup. Serta, menjadi simbol tempat pertemuan oleh yang berada di dunia.

Melapangkan kubur, bukanlah memperluas dan memperindah makam. Karena itu, tidak ada gunanya buat yang wafat. Istana yang luas dan indah menjadi sempit, jika jiwa tak tenang hatinya. Sebaliknya, gubuk yang sempit, terasa lapang bagi yang hatinya tenang.

Berdoalah agar Allah melapangkan kubur seseorang. Memohon agar yang wafat memperoleh ketengangan dan kelapangan di tempat yang kini ia berada, yakni di Alam Barzah.

Area kuburan digunakan oleh yang hidup untuk berziarah (berkunjung sejenak), sebagaimana makna harfiah ziarah. Karena itu, yang penting adalah memberi tanda pengenal tentang siapa yang dimakamkan di sana dan tidak perlu mewah, cukup jika bersih dan tidak menyulitkan atau membebani peziarah.

Sekali lagi, ziarah kubur dianjurkan kapan saja, sebelum atau sesudah Ramadhan, pada Hari Raya atau hari biasa, malam atau siang hari.

Ada yang lebih penting dari ziarah kubur, yaitu ziarah pemikiran atas orang yang telah wafat. Levelnya lebih tinggi dari ziarah kubur. Orang yang berziarah akan belajar melalui pikiran-pikiran Almarhum. “Melalui apa?”. Karya! Karya dari Almarhum. Mari, kita tingkatkan ilmu dan iman kita, agar orang tak sekadar ziarah secara fisik di kuburan, namun juga dapat berziarah atas pemikiran kita kelak.

Dari penjelasan di atas, ada beberapa simpulan
1. Besok adalah dies natalis UNNES yang ke-54, mari kita bersyukur dengan menghadiri acara dies di Auditorium UNNES. Berdoa agar UNNES selalu diberi keberkahan dan kesalamatan.

2. Pertahankan budaya ziarah kubur kepada leluhur di lembaga ini. Karena, beliaulah, lembaga ini bisa berkembang hingga sekarang. Doakan selalu agar ia selalu dalam lindungan Allah.

3. Tingkatkan iman dan ilmu, agar kelak saat kita meninggal dunia tidak cukup diziarahi kubur (ziarah fisik), namun juga diziarahi pemikiran atas ide/gagasan yang pernah kita perbuat untuk sesama. Sehingga, pikiran/ide tersebut masih digunakan walaupun ia sudah wafat. Caranya dengan cara berkarya, menulis, atau pun perbuatan positif lainnya. Waallahu ‘alam.

Semarang, 22 Rojab 1440

PERNAH BERJUANG INI: MADRASAH DINIYAH “AQIDATUL AWWAM” (SEKOLAH ARAB)

WhatsApp Image 2019-01-08 at 21.23.55.jpeg

Tetap Semangat

Tetap Semangat
Oleh Agung Kuswantoro

IMG20190318162425.jpg

Pembelajaran semester II, kurang satu bulan lagi. Alhamdulillah, kami selalu mejaga semangat untuk berbagi mengaji.

Mengatur waktu antara kerja, kuliah, dan mengajar di Madrasah bukanlah hal yang mudah. Kami harus mengatur secara profesional terkait pembelajaran.

Dalam pembelajaran, kami tidak asal. Semua dengan perencanaan. Materi bisa tersampaikan, jika ada guru/ustad yang kompeten. Tiap beberapa bulan sekali, kami mengadakan evaluasi terkait pembelajaran.

Sore tadi, setelah hujan, kami belajar ngaji bersama dengan para santri. Terlihat, ustadah Nisa sedang mengkaji huruf “Za”. Zazizubaz zuzam minal muzni mazizam zaniza.

Ustad Belardo belajar bersama mengenai mahroj huruf “kaf” dan praktik secara langsung pada surat Almaun dengan juz amma berwarna/bertajwid.

Sedangkan ustadah Lu’lu’ mengenalkan huruf dengan kartu. Ada pula, santri yang mewarnai huruf Hijaiyyah.

Alhamdulillah, apa pun kondisinya kami masih bisa menjaga istiqomah untuk mengaji. Hasilnya, walaupun hujan, para santri tetap mengaji.

Saya menanyakan kepada santri mengenai pembelajaran di Madrasah. Alhamdulillah mereka menikmati/senang.

Raihan, santri kelas D mengatakan materi yang di Madrasah lebih detail dibanding di sekolah, seperti kajian tajwid. Ada hukum bilagunnah. Sedangkan di Sekolah tidak ada materi itu.

Beda pula dengan komentar Nanda, ia mengatakan bahwa mengaji disini bisa mengenal banyak teman dan materi mudah dipahami. Awalnya, ia belum memahami mengatakan huruf ‘ain. Sekaang, ia sudah bisa membedakan antara alif dan ‘ain.

Demikianlah, cerita sore bercuaca mendung. Alhamdulillah, masih mendengar ayat-ayat Alqur’an dikumandangkan di Masjid ini. Waallahu’alam.

Semarang, 10 Rajab 1440

Mujizat Alqur’an (3)

Mujizat Alqur’an (3)
Oleh Agung Kuswantoro

Mujizat turun sesuai dengan kondisi masyarakat waktu itu. Masyarakat Nabi Musa terkenal dengan sihirnya. Sehingga, ia mendapatkan mujizat berupa tongkat berubah menjadi ular.

Umat nabi Ibrohim terkenal dengan penyembah berhala. Sehingga, Nabi Ibrohim dibakar dengan api tidak ‘mempan’.

Selain mujizat turun sesuai dengan umatnya, mujizat juga sebagai pembuktian akan kenabian. Oleh karenanya, muzijat turun sekaligus menyakinkan akan sebuah kenabian. Karena, mereka/orang musyrik meragukan akan kenabian dari suatu nabi. Wallahu ‘alam.

Semarang, 11 Rojab 1440

Mendoakan

Mendoakan
Oleh Agung Kuswantoro

Jumat (15 Maret 2019) di masjid Al Noor dan masjid Lindwood terjadi penembakan yang membabi buta. Kita sholat Jumat di masjid ini (Nurul Iman), Alhamdulillah berjalan lancar.

Namun, saudara kita di New Zealand (kedua masjid) ada yang meninggal dunia berjumlah 49 orang. Mereka meninggal ditembak saat sholat Jumat.

Sebagai bentuk saudara muslim, kita hendaknya mendoakan agar jenazah diterima oleh Allah. Insyallah, mereka mati syahid. Tak cukup berdoa, sholat ghoiblah. Biar meresakan apa yang dirasakan olehnya. Terlebih, keluarga yang ditinggalkannya.

Mari, jaga kesatuan sesama muslim. Ramaikan masjid untuk beribadah. Di luar negeri, mau sholat saja merasa was-was. Kita seharusnya, lebih giat pergi ke Masjid.

Jaga persatuan. Jangan sampai, beda ‘pilihan’ atau beda pendapat menjadikan ‘malas’ pergi ke Masjid. Malu, dengan suadara kita yang disana mau beribadah saja, merasa ketakutan. Waallahu ‘alam.

Semarang, 10 Rojab 1440

Mengecek

Mengecek
Oleh Agung Kuswantoro

Alhamdulillah, kita sudah memasuki tanggal 9 Rojab. Kurang 51 hari lagi menuju Ramadhan.

Mari, kita mengecek persiapan batin kita. Ada beberapa pertanyaan seperti berikut:

“Apakah puasa tahun kemarin terlaksana semua?”Jika tidak, sudahkah kita mengqodho/menggantikan dihari lain?”.

Ingatkan istri, saudara perempuan kita terkait hal itu. Karena, mereka ada fase khaid. Dimana, ada “tamu” tiap bulannya.

Lalu, bisa juga saudara laki-laki atau siapa pun yang pernah tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dikarenakan sakit atau dalam perjalanan.

Mumpung masih ada waktu untuk mengqodho puasa. Tujuannya agar kita pantas masuk bulan Ramadhan. Waallahu ‘alam.

Semarang, 9 Rojab 1440

Mujizat Alqur’an (2)

Mukjizat Alqur’an (2)
Oleh Agung Kuswantoro

Menurut Shihab (2014:27) kata mukjizat berasal dari kata a’jaza yang artinya melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelaku yang melemahkan disebut mu’jiz. Sedangkan, kemampuan melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkam lawan disebut mu’jizat. Ada tambahan huruf ta marbutoh pada akhir kata, yang berarti bermakna mubalaghoh (superlatif).

Menurut KBBI mujizat diartikan kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan untuk akal manusia.

Para pakar mengatakan mujizat bertujuan untuk membuktikan kenabian. Berarti ada yang meragukan kenabiannya, sehingga turunlah mujizat. Wallahu ‘alam.

Semarang, 9 Rojab 1440

Mukjizat Alqur’an (1)

Mukjizat Alqur’an (1)
Oleh Agung Kuswantoro

Khusus bab iman kepada kitab Allah, ada yang perlu kami bahas lebih mendalam pada kitab yang bernama Alqur’an.

Fokus kajian mengenai Alqur’an adalah kemukjizatannya.

Kita mengetahui bahwa Alqur’an adalah diantara sekian mukjizat yang diterima oleh Nabi Muhammad. Satu-satunya mukjizat yang bersifat nonfisik.

Kebanyakan mukjizat bersifat fisik. Seperti, Nabi Ibrohim dibakar api tidak ‘mempan’, tongkat nabi Musa bisa berubah menjadi ular, kapal besar Nabi Nuh, dan mukjizat lainnya.

Jadi, bisa dikatakan mukjizat yang berupa tulisan atau buku/kitab adalah Alqur’an. Hingga, sekarang umatnya masih bisa merasakan mukjizat Nabi Muhammad. Dengan catatan, bagi yang membacanya. Waallahu ‘alam.

Semarang, 7 Rojab 1440

Iman Kepada Kitab (10): Alqur’an

Iman Kepada Kitab (10): Alqur’an
Oleh Agung Kuswantoro

Cara mengimani Alqur’an berikutnya

3. Mengamalkan. Melakukan atas apa yang ia telah dibaca dan dipahami.

Berarti tahapannya yaitu membaca, lalu memahaminya. Bukan, paham dulu, baru membaca. Iqro/bacalah dulu, baru bertanya “ma “ana biaqori/apa yang saya baca?”

Misal, ada kalimat “segala puji milik Allah”. Pahamilah, apakah memuji kepada sesama manusia itu termasuk pujian yang dimaksud?

Lalu, saat kita dapat nikmat, siapa yang akan kita puji pertama kali?

Pertanyaan tersebut, wajib kita renungkan dan pikirkan. Jika jawabnya, Allah yang pertama kali kita puji. Maka, seringlah berkata “Alhamdulillahirobbil ‘alamin”. Itulah contoh sederhana mengamalkan Alqur’an. Itu baru, satu ayat.

Mari pelajari ayat-ayat yang lainnya. Waallahu ‘alam.

Semarang, 6 Rojab 1440

Pantaskah Kita Masuk Bulan Ramadhan?

Pantaskah Kita Masuk Bulan Ramadhan?
Oleh Agung Kuswantoro

60 hari lagi bulan Ramadhan menghampiri hambanya. Ramadhan pasti akan datang.

Pertanyaan, “apakah kita bisa menjadi tamunya (baca:menikmati bulan Ramadhan)?”

Jawabnya, belum tentu. Bisa jadi, waktu hidup di dunia yang pendek/meninggal. Atau, pas bulan Ramadhan terkena sakit. Sehingga, tidak bisa berpuasa.

Memantaskanlah mulai dari sekarang. Perbanyak zikir, puasa, sholat sunah, dan amal Sholeh lainnya.

Kencangkan jamaah di Masjid, silaturahmi sesama tetangga, dan perbanyak baca Alqur’an. Cobalah lakukan agar menjadi hamba yang pantas masuk bulan Ramadhan. Wallahu ‘alam.

Semarang, 1 Rojab 1440

Previous Older Entries