Iman Kepada Kitab (9): Alqur’an
Oleh Agung Kuswantoro
Cara mengimani Alqur’an yang berikutnya
- mendadabbur/menghayati. Ini adalah tahapan setelah membaca. Seorang muslim dan mukmin tidak sekadar membaca saja, tetapi mengkaji, memahami, dan mempelajari dari pesan tiap ayat Alqur’an.
Dibutuhkan ilmu dalam menghayati, sebagaimana materi yang dulu yaitu ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam mempelajari makna (isi/pesan) dari suatu ayat Alqur’an.
Contoh lainnya, ada ayat “kutiba alaikumuussyiyam”. Artinya, diwajibkan atas kamu berpuasa. Dalam memahami ayat ini dibutuhkan beberapa ilmu. Ilmu tajwid, “kutiba” memakai huruf kaf, bukan huru qof. “Qutiba”, itu salah.
Ilmu bahasa arab. Itu dalam bentuk pasif yaitu mabni majhul, dimana fi’il yang fa’ilnya tidak disebutkan. Jika fi’il madli, maka huruf awal dibaca dhommah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh. Bermakna “di”. Menjadi ayat tersebut bermakna diwajibkan.
Lalu, muncul ilmu fiqih. Siapa yang diwajibkan berpuasa? Jawabnya, orang yang mukallaf. Yaitu, orang dewasa dan berakal. Dikuatkan dengan ilmu tauhid. Mukallaf tersebut beriman. Karena, ada orang dewasa tidak berpuasa. Atau, ada orang islam tetapi tidak berpuasa.
Kurang lebih seperti itu dalam mentadabbur suatu ayat. Wallahu ‘alam.
Bersambung.
Semarang, 29 Jumadil Akhir 1440