Tata dan Pak Sukardi
Oleh Agung Kuswantoro
Tata adalah putri dari Pak Sukardi. Tata, seorang difabel. Pak Sukardi, pekerja keras yang terampil mendesain logo dan gambar. Judul diatas adalah “simbol” kekompakan antara anak dan orangtua/Bapak.
Tidak semua seorang Bapak bisa seperti Pak Sukardi. Dan, tidak semua anak bernasib seperti Tata. Pak Sukardi sangat sabar dan telaten dalam mendampingi dan mendidik Tata.
Saya menjadi saksi atas pekerjaan ‘mulia’ yang dilakukan oleh Pak Sukardi. Sejak usia 3 tahunan hingga sekarang (12 tahun), Tata sudah banyak perkembangannya.
Dulu, suka/sering berteriak tanpa sebab. Sekarang, sudah stabil kondisinya. Dulu, suka mencoret-coret/menggambar di tembok/dinding. Sekarang sudah suka menggambar di kertas.
Tidak hanya itu, dalam perkembangan lainnya seperti akademik, sosial, bahasa, dan komunikasi verbal sudah lebih baik. Ia memahami lawan dan kawan bicaranya. Ia juga bisa mulai ‘jeli’ dan kritis atas suatu peristiwa.
Perubahan pada diri Tata, pastinya salah satunya karena “gaya” pola pengasuhan Pak Sukardi. Sekolahnya saja, khusus dengan guru yang mengangani. Namanya, saja difabel. Ada yang berbeda dengan “wajar” atau layaknya orang lain, maka perlakuannya juga berbeda.
Menurut saya, apa yang telah dilakukan oleh Pak Sukardi, itu benar. Sehingga ia/Pak Sukardi konsen pada pengasuhan Tata. Hidupnya sebagian besar diabdikan kepadanya. Ia memilih jalan hidupnya, itu. Saya yakin, dalam pilihan hidupnya, ada sebuah “harapan” yang panjang. Ada sebuah “cita-cita” untuk putri satu-satunya diantara anak-anaknya. Pak Sukardi punya harapan besar, kelak Tata akan bisa mandiri, sesuai dengan perkembangan umurnya. Misal, Insya Allah, Tata akan menikah, Mba Tata akan punya keturunan. Dan, fase kehidupan seterusnya.
Dibalik kasih sayang seorang Bapak kepada anak tersimpanlah sebuah ladang pahala yang besar. Membimbing, menuntun, mengarahkan, mensabari diri sendiri, dan mengantarkan anak difabel itu tidaklah mudah. Dalam ketidakmudahan, ada sebuah surga yang menantinya.
Saya sendiri sebagai laki-laki dan Bapak dari anak-anak saya, belum tentu setelaten dan sesabar Pak Sukardi. Oleh karenanya, saya salut dengannya. Saya banyak belajar darinya. Karena Pak Sukardi pula, tulisan saya bisa diketik, dan terbaca oleh banyak orang. Karena, Pak Sukardi pula, cover buku saya bisa menarik untuk dilihat orang lain.
Selain itu, Pak Sukardi menekuni usaha desain online sebagai freelancer. Ia memiliki rencana ingin membuat buku bertema desain grafis, setelah ‘mimpi’ 100 logo menang kontes di logomyway.com. Saat ini, baru 40 logo yang ia menangkan.
Artinya, disela-sela kesibukannya mengasuh Tata, ia sempat bekerja. Biasanya kerjanya malam hari. Bahkan, tengah malam. Tengah malam dipilih olehnya untuk bekerja, karena pagi dan siang hari, ia fokus mengasuh Tata.
Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah sudah bersyukur? Apakah sudah menyisihkan waktu untuk mendidik anak? Dan, sudahkah mengarahkan dan mendampingi dalam berperilaku anak yang baik? Yuk, saatnya untuk mendekat ke anak kita. Kapan lagi, kalau tidak sekarang?
Stasiun Tegal, 27 Februari 2020
Catatan: Tulisan ini sudah seizin Pak Sukardi.