Saling Belajar

Saling Belajar
Oleh Agung Kuswantoro

Beberapa hari ini, saya sering melihat ada seorang jamaah di masjid melakukan sholat usai sholat Subuh. Awal kali saya melihatnya, saya hanya memperhatikan gerakannya saja. Misal, sholat usai sholat subuh yang ia kerjakan: ada dua rokaat dengan dua rukuk dan empat sujud.

Suatu ketika—pada waktu yang tepat—saya mengajak berdiskusi dengannya. Kebetulan, saya dapat amanah dari pengurus masjid menjadi imam sholat Subuh di masjid tersebut.

Saya duduk rapi, setelah mengimami dan berdoa. Saya segera duduk di barisan makmum mendekati Bapak tersebut yang sedang melakukan sholat usai sholat Subuh.

Singkat cerita, Bapak tersebut telah salam. Artinya, sholat selesai. Saya bertanya kepada Bapak tersebut dengan kalimat: “Mohon maaf Bapak, Bapak barusan sholat apa? Dijawab olehnya, “Sholat sunah”.

Lalu saya berkata kepadanya: “Apa betul, itu sholat sunah?”. Dia menjawab, “Saya lupa, Mas”. Akhirnya, saya memberikan keterangan dari kitab/buku yang pernah saya baca, dimana ada penjelasan, bahwa ada waktu haram untuk melakukan sholat itu. Salah satunya adalah waktu usai sholat Subuh.

Saya memberikan keterangan tersebut, karena Bapak tersebut menjawab lupa atas yang ia lakukan. Yaitu, sholat yang ia lakukan usai sholat Subuh.

Jika Bapak tersebut bisa memberikan keterangan dengan detail dan lengkap atas apa yang telah dilakukannya, maka saya tidak memberikan keterangan di atas mengenai waktu haram.

Bertanya kepada seseorang harus penuh kehati-hatian. Jangan sampai menyinggung perasaannya. Walaupun yang ditanyakan adalah sebuah kebenaran atas suatu amalan/pekerjaan. Suatu kebenaran harus diterapkan pada kondisi yang tepat, sehingga kebenaran bisa diterima dengan baik.

Penyampaian kebenaran harus sesuai kondisi masyarakat sekitar. Jangan terlalu frontal. Sampaikanlah kebenaran dengan pelan-pelan di masyarakat. Kuncinya, Andalah yang melakukan tindakan kebenaran dulu. Kurangi bicara. Banyak bertindak dari sebuah kebenaran. Lakukanlah kebenaran tersebut. Biar masyarakat melihat kebenaran akan amalan/pekerjaan yang Anda lakukan.

Semoga apa yang saya lakukan itu adalah sebuah kebenaran yang bisa diterima oleh Bapak tersebut. Kebenaran yang paling benar adalah kebenaran dalam ajaran al-Qur’an. Mari beribadah berdasarkan ilmu. Jangan asal melakukan sesuatu dengan asal melakukan. Ingat setiap pekerjaan/ibadah itu punya dasar hukumnya. Jangan apa yang Anda lakukan itu, jika ditanya dengan jawaban lupa. []

Semarang, 6 November 2020.
Ditulis di Rumah Jam 04.45 – 05.00 WIB.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: