Sisi “Lain” Pendidikan Finlandia: Kelemahan, Yang Dipelajari Dari Sistem Pendidikan Finlandia, dan Sistem Pendidikan Finlandia
Oleh Agung Kuswantoro
Bicara sistem pendidikan Finlandia, menurut saya itu tidak ada sisi negatifnya. Semua komponen Pendidikan, berfungsi dengan baik sesuai dengan fungsinya. Termasuk, keterlibatan komponen utama dan pendukung. Komponen utama adalah pemerintah, sedangkan komponen pendukung adalah orang tua dan swasta.
Oleh karenanya, “saking” sempurnanya sistem pendidikan Finlandia, tak menemukan sisi negatifnya. Namun, secara teori menyatakan, bahwa setiap sistem pasti memiliki sisi positif dan sisi negatifnya.
Melalui penugasan ini, saya akan memulai dari sisi negatifnya. Sisi negatifnya yaitu (1) memberikan kesempatan kepada siswa rata-rata, bahkan dibawah rata-rata, (2) lebih memfokuskan kepada pendidikan dasar, (3) tidak ada kompetisi dalam kelas/sekolahan, dan (4) menghilangkan formalitas atau hirarkhi.
Memberikan Kesempatan Kepada Siswa Rata-Rata
Adiputri (2019: 224), bahwa sistem pendidikan Finlandia lebih mengutamakan kepada siswa yang berkemampuan rata-rata. Bahkan dibawah rata-rata. Faktor utama negara Finlandia lebih mengutamakan siswa berkemampuan rata-rata, karena pemerataan kesejahteraan. Kesempatan bagi siswa yang lebih pintar, maka tidak ada prioritas dalam mendalami kelebihan kemampuannya. Bakat kemampuannya, tidak diasah di sekolahannya, sehingga tidak ada kompetisi di kelas/sekolah tersebut.
Menekankan Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar sangat dipentingkan di sistem pendidikan Finlandia. Termasuk dalam level universitas. Pada level awal/semester awal, hanya mata kuliah dasar yang diberikan oleh professor dan dosen. Selebihnya, mata kuliah seminar yang memberikan kebebasan mahasiswa memilih topik yang diminati. Atau, membuat laporan dari buku bacaan. Bisa juga, membuat laporan dari kuliah online yang pernah dilakukannya.
Tidak ada kompetisi di kelas, karena tidak ada kompetisi dalam kelas sejak sekolah dasar, mengakibatkan siswa kurang bekerja keras/ekstra keras dalam mencapai sesuatu. Akhirnya, dalam keadaan tertekan, (biasanya) orang Finlandia mudah menyerah dan kalah. Karena, mereka/orang Finlandia kurang diajarkan sikap kerja keras/ekstrakeras dalam mencapai suatu tujuan hidup. Misal, dalam bidang olahraga. Prestasi olahraga, negara Finlandia, perlu ditingkatkan.
Tidak ada formalitas/hirarkhi dalam pembelajaran. Kepala sekolah atau guru senior dapat panggil hanya namanya saja oleh siswa. Bahkan, ada beberapa anak/siswa yang memanggil nama depannya. Hal ini menurut saya, penghormatannya sangat kurang bagi seorang siswa kepada kepala sekolah, guru senior, dan orang tua dalam memanggil nama-nama mereka.
Dari kelemahan tersebut, lalu ada beberapa rekomendasi mengenai sistem pendidikan Finlandia yaitu (1) manajemen pendidikan, (2) rutinitas, dan (3) istirahat siswa.
Manajemen Pendidikan
Melalui otonomi daerah, pendidikan ala Finlandia dapat diterapkan pemerintah daerah (provinsi, kota dan kabupaten) harus mampu membuat perencanaan yang matang, mulai dari jumlah siswa sekolah di wilayahnya, berapa sekolah yang dibutuhkan, berapa jumlah guru utama dan guru pengganti yang diperlukan. Jika perhitungan di atas bisa dikalkulasikan/dihitung, maka bisa memperkirakan jumlah sekolah negeri dan swasta yang dibutuhkan.
Dengan perhitungan yang cermat, maka kurikulum dapat disiapkan dan disusun sesuai dengan kebutuhan. Misal, daerah pantai akan mempelajari kurikulum tentang maritim/laut bagi sekolah yang dekat dengan laut. Demikian juga, daerah pertanian dan perkebunan akan mempelajari tentang pertanian dan perkebunan bagi sekolahan tersebut.
Mengenal Rutinitas
Siswa sekolah hendaknya mengenal rutinitas dengan menghargai waktu. Anak-anak yang masih kecil/siswa sekolah dasar diperkenalkan dengan jadwal yang teratur. Disiplin mulai dari waktu belajar, makan, bermain, dan berekreasi.
Mengistirahatkan Otak
Guna mendapatkan hasil belajar yang baik, siswa harus menyeimbangkan/mengistirahatkan otak dengan membiasakan berolahraga dan berinteraksi dengan teman-teman di luar belajar nonformal. Jika kegiatan belajar dan interaksi sosial (berolahraga dan bertemu teman) berjalan seimbang, maka akan diperlukan waktu istirahat yang cukup sesuai dengan kebutuhan siswa/anak seimbang. Tidak ada “melulu” les matematika, piano, musik, atau menggambar.
Dengan demikian, sekolah di Finlandia itu sangat baik. Tidak ada istilah sekolah favorit dan kelas terbaik. Karena pendidikan di Finlandia itu sudah baik.
Sisi Positif/Kelebihan Pendidikan Finlandia
Federick (2020) salah satu kelebihan sistem pendidikan Finlandia dilihat dari (1) filsafat, (2) kurikulum sekolah, (3) proses belajar.
Filsafat
Filsafat pendidikan di Finlandia adalah filsafat pragmatisme yang menyangkut hanya kehidupan duniawi saja. Pendidikan agama diberikan kepada setiap orang tua. Sekolah hanya mengajarkan etika, disiplin, dan nilai-nilai kebaikan saja.
Filsafat fragmatisme itu kurang cocok/tidak cocok jika diterapkan di Indonesia. Karena, sila ke-1 dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara Indonesia masih mengakui Tuhan sebagai dalam kehidupan bernegara.
Kurikulum Sekolah
Pemerintah Finlandia melakukan desentralisasi pendidikan dan menyelenggarakan sejumlah kebijakan utama dalam pendidikan seperti kurikulum pusat yang dapat dirubah dengan sangat fleksibel. Dewan/Kementerian Pendidikan Nasional menyusun kurikulum inti, pedoman kualifikasi, menentukan tujuan, dan indikator penilaian.
Kurikulum inti ditangani Oleh tripartite komite pelatihan (pemerintah, industri, dan pendidikan kepelatihan). Profesi guru adalah profesi tertinggi kedudukannya. Pemerintah Finlandia menetapkan standar tinggi untuk profesi guru. Guru harus bergelar Magister. Proses seleksi tenaga pengajar/guru itu, sangat ketat. Hanya, mereka yang menempati 10 teratas lulusan perguruan tinggi yang diterima sebagai guru. Mereka yang lulus, baru masuk tahap seleksi yang ketat sebelum siap dalam proses pengajaran. Karena, Finlandia beranggapan, bahwa guru adalah modal utama untuk “berproduksi” dan berprestasi.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran terpenting di Finlandia yaitu mendiagnosis/menganalisis hambatan yang dihadapi siswa sejak awal. Biasanya, menganalisis atau mengevaluasi diakhir pembelajaran. Namun, di Finlandia, bahwa menganalisis/mengevaluasi hambatan belajar sejak awal itu, sangat diperlukan. Hal ini, agar siswa dapat belajar dengan mudah.
Guru dalam pembelajaran di satu kelas berjumlah tiga orang. Guru mengajar hanya 4 jam setiap hari. Lalu, 2 jam untuk pengembangan diri dalam seminggu. Kebanyakan waktu untuk guru digunakan untuk siswa yang berkebutuhan khusus. Jika ada siswa yang berkebutuhan khusus, maka dilakukan pembelajaran secara individu. Terpisah dari teman yang lainnya. Pendidikan di Finlandia menjamin, bahwa tidak ada siswa yang tertinggal dalam pembelajarannya.
Sekolahan memiliki guru kelas, psikolog, konselor pendidikan dan kepala sekolah. Guru kelas tidak merasa sendiri dalam mengatasi permasalahan siswanya. Ada tim sekolah yang siap untuk berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan siswa yang bermasalah. Mereka yaitu psikolog dan konselor sekolah. Saya menyebutnya tim. Tim ini akan membahas kesulitan atau kekerasan dalam berteman. []
Semarang, 26 Desember 2020
Ditulis di Rumah jam 20.00 – 21.30 WIB.
Sumber Pustaka:
Adiputri. D. Ratih. 2019. Sistem Pendidikan Finlandia. Catatan dan pengalaman seorang Ibu. Jakarta: Keputakaan Populer Gramedia.
Federick, Ashok. 2020. Finland Education System. International Journal of Science and Society. Vol. 2. Issue 2. 2020. Page: 21-22.
Untuk lebih jelasnya, baca makalah/draf buku saya yang bertema manajemen pendidikan. Atau, kontak: 08179599354/Agung Kuswantoro