Gambaran materi besok.
“Menjaga” Spirit Literasi
Oleh Agung Kuswantoro





“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal tanah; bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia” (al-‘Alaq 1-3).
Ketiga ayat diatas adalah sebuah ayat yang memerintahkan agar manusia untuk berliterasi. Literasi yang paling awal atau termudah adalah membaca.
Ada beberapa tahapan dalam literasi yaitu membaca, kemudian menulis. Bukan, menulis yang awal, tetapi membacalah yang awal.
Muncul pertanyaan dari ayat tersebut di atas yaitu: “Apa yang saya baca?”. Pertanyaan tersebut muncul, karena yang bersangkutan belum bisa membaca. Atau, belum memahami yang akan dibaca. Ada istilah “ma ana bi qori? La adri”. Maksudnya adalah: “Apa yang saya baca? Saya tidak tahu.”
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa untuk masuk tahap membaca saja, bukanlah hal yang mudah. Artinya” harus ada kesadaran mencari ilmu atau informasi melalui membaca. Dengan membaca, akan menjadi tahu.
Rendahnya, minat baca disebabkan oleh banyaknya jenis hiburan, tayangan TV dan internet yang mengalihkan perhatian anak dari suka membaca (Sinaga, 2018). Selain itu, ada faktor generasi serba instan, penggunaan gadget; dan pengaruh sosial media yang menjadi faktor rendahnya minat baca juga (Deepublish, 2021).
Ada beberapa trik agar minat baca bertumbuh, yaitu:
- Bentuklah komunitas literasi. Biasakan untuk bertukar informasi buku sebagai hadiah. Atau menulis satu tema yang harus “disetorkan” dalam komunitas tersebut selama waktu tertentu. Dengan adanya kewajiban “setor” tulisan, maka seseorang akan membaca banyak referensi.
- “Ngemil” membaca. Membaca itu, tidak harus banyak halaman atau satu buku “habis”. Cukup beberapa halaman saja, kemudian dipahami/dipikir, lalu “diolah” menjadi sebuah tulisan. Dalam mengolah menjadi sebuah tulisan, jika rujukan/referensinya berkurang, maka “menambah” bacaan dari referensi lainnya.
- Membuat event/kegiatan berupa bedah buku atau “mendongeng” dari buku tiap 3 atau 6 bulan sekali dari buku atau tema yang sedang trend. Tujuannya: mendapatkan informasi dari rasa keingintahuan yang segera didapat.
- Perbanyak “taman baca” di lingkungan. Misal: Per RT, ada satu “taman baca” dengan memanfaatkan pemberdayaan PKK/Karangtaruna sebagai pengelola.
- Bangun “pojok literasi” di setiap tempat. Ada ruang di suatu tempat yang menyediakan bacaan/buku. “Pojok” atau ruang tersebut strategis dengan buku yang uptodate, sehingga menarik orang untuk membaca.
- Buku-buku harus uptodate sesuai dengan tema kekinian yang didukung oleh pemerintah atau pihak terkait. Pengadaan buku sangat penting agar buku yang disajikan sesuai dengan perkembangan zaman.
- Perlu meluangkan waktu untuk membaca di lingkungan keluarga. Misal” habis Maghrib agar orang tua mendampingi anaknya untuk membaca buku atau kitab suci.
- Perlu dukungan semua pihak, misal sekolah/pendidikan agar selalu memberikan umpan balik dari setiap tugas yang diberikan kepada siswa atas referensi yang digunakan. Misal: meresume suatu materi atau meringkas suatu tema dari buku.
- Perlu kerjasama antara pemerintah dan penerbit buku agar masyarakat mudah mencari buku sebagai referensi yang dibutuhkan. Bisa juga, kerjasama dalam pendanaan buku penerbitan agar masyarakat mudah dalam mendapatkan bahan bacaan.
- Memaksa diri untuk membaca tiap hari minimal 30 menit. Setelah membaca, buatlah catatan “kecil” agar ilmu/informasi yang didapat lebih “mengena” berupa tulisan. Pesan dari yang dibaca menjadikan tidak lupa dengan cara menulis.
Cobalah lakukan dari kesepuluh tips di atas, agar kita bisa “menjaga” spirit literasi. Ingat literasi/membaca adalah bagian dari ibadah agar pandai/berilmu. Dengan membaca, minimal jadi paham/mengetahui. Lalu, dalam membaca itu, jangan hanya sekali, tapi minimal dua kali. Renungkanlah dari apa ysng sudah dibaca, lalu tulislah. Insya Allah dengan cara seperti ini, kita akan menjadi pribadi yang berilmu. Amin. []
Semarang, 9 April 2022
Ditulis di Rumah, jam 21.30 – 22.30 WIB.
Materi rencana akan disampaikan di Hotel Alana Solo saat diskusi dengan “wakil” rakyat/Komisi D Kota Semarang, tanggal 10 April 2022 jam 09.00 – 12.00 WIB