Albarzanji (26): Tahun Duka/Kesedihan

Albarzanji (26): Tahun Duka/Kesedihan
Oleh Agung Kuswantoro

Semenjak meninggal dunia (wafat) kedua orang yang mencintai dan dicintai yaitu Abu Tholib (paman) dan Khodijah (istri), kondisi Nabi Muhammad SAW menjadi ‘lemah’. Termasuk, golongan orang Muslim. Karena, keduanya adalah orang yang berpengaruh dalam berdakwah.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh orang Quraisy untuk melemahkan (melukai) Nabi Muhammad SAW dan umat Islam.

“Melemahnya” Nabi Muhammad SAW dan golongan Islam mengakibatka, mereka hijrah ke Thoif. Tujuan ke Thoif untuk berdakwah kepada Bani Tsaqif. Tetapi, sambutan Bani Tsaqif tidak baik. Bani Tsaqif menganiaya para golongan Islam dan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Nabi Muhammad SAW terluka hingga berdarah pada giginya.

Luka Nabi Muhammad SAW pada tubuhnya, menjadikan Malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menghancurkan Bani Tsaqif. Karena, mereka telah ‘keras’ hatinya.

Tawaran Malaikat penjaga gunung kepada Nabi Muhammad SAW untuk menghancurkan Bani Tsaqif ditentangnya. Nabi Muhammad SAW mengatakan “Sesungguhnya, saya masih berpegang harapan agar Allah SWT mengeluarkan generasi berikutnya mau beriman kepada-Nya”.

Itulah sosok Nabi Muhammad SAW yang tidak ada rasa “sakit hati” sedikitpun terhadap orang yang telah melukainya. Rasa membalas dendam kepada yang melukainya, tidak ada sama sekali. Justru, malah mendoakan agar mereka menjadi baik. Semoga kita bisa mempelajari dan mengamalkan sifat terpujinya. Amin.

Semarang, 26 November 2018

%d blogger menyukai ini: