Taraweh Ke-20 dan Ke-21

Taraweh Kedua Puluh : Pelurusan Arah Kiblat

Pada taraweh kedua puluh, Pak Bahrul bertugas sebagai khotib kultum, Pak Dian sebagai bilal, dan saya sebagai Imam. Secara jadual khotib kultum adalah Wiwid. Namun, karena Pak Wiwid berhalangan hadir, digantikan oleh Pak Bahrul. Biasaya yang menggantikan adalah saya sebagai cadangan khotib kultum, namun ketika jadual Pak Bahrul saat taraweh kedelapan belas, di mana Beliau bertugas menjadi khotib kultum, Ia belum siap. Saya dimintai tolong beliau untuk menggantikannya pada malam itu. Sehingga, di taraaweh di malam kedua puluh, sebagai malam “tebusan” penggantian kultum beliau untuk saya. He he he

Materi beliau tentang pelurusan arah kiblat. Di mana, pada sore harinya, beliau menemui saya di depan rumah. Terkait dengan pemberitaan pada tanggal 16 Juli 2014, bahwa posisi matahari berada lurus ka’bah pada pukul 16.30. Saat itu, saya dan baliau berdiri di bawah sinar matahari. Ternyata, posisi musallo Pak Bahrul agak miring ke utara. Padahal, berdasarkan hasil bayangan pada sore itu, arah kiblat yang sebenarnya adalah agak miring ke selatan. Sehingga, mulai malam itu pula, solat jamaah di musolla Pak Bahrul bergeser sedikit kea rah selatan.

Konsep mengukur arah kiblat ini sangat sederhana, yaitu (1) Saat Matahari di atas Ka’bah, maka semua bayangan benda tegak akan mengarah ke Ka’bah, (2) Pada tanggal 16 Juli 2014 pukul 16:27 WIB, Matahari tepat berada di atas Ka’bah, (3) Posisi matahari = arah kiblat, dan (4) Bayangan matahari = arah kiblat. Wa’aalohu ‘alam

Demikian teman-teman cerita taraweh saya di hari malam kedua puluh di musolla Pak Bahrul. Semoga cerita ini menjadi motivasi kita untuk berbuat baik. Dan, jauhkan rasa kesombongan diri kita. Saya menuliskan cerita ini sebagai doa, tidak bermaksud ria atau pun yang lainnya. Mudah-mudahan kita semua menjadi manusia pembelajar di lingkungan kita. Semoga Alloh mengampuni dosa kita semua di bulan yang penuh berkah. Amin

Agung Kuswantoro, warga perum sekarwangi sekaran semarang, email : agungbinmadik@gmail.com

Taraweh Kedua Satu : Harapan Untuk Lukman

Pada taraweh kedua puluh satu, Pak Lukman bertugas sebagai khotib kultum, Pak Dian sebagai bilal, dan saya sebagai Imam. Pada taraweh malam itu, saya memiliki pandangan terhadap murid saya dulu yang kuajar di kampus. Dan, sekarang Ia menjadi warga perumahan. Ia adalah Pak Lukman.

Saya mengenal dia, saat mahasiswa lebih cenderung pasif. Karakter dia adalah orang lapangan, berpikir logis, dan sederhana. Semenjak dia memiliki masalah dalam usahanya, Ia mempunyai “pelarian” yang tepat, yaitu bergabung di wisata hati. Di situlah, Ia menemukan ketenangan batinnya.

Oleh karenanya, saya memiliki harapan kepada dia. Kelak, salah satu orang yang melanjutkan agama (taraweh berjamaah) di sekitar perumahan adalah dia. Alhamdulillah sudah ada jamaah yang terlibat dalam perjuangan dalam menegakkan agama Alloh yaitu Pak Bahrul, Dian, Wisnu, dan Wiwid.

Saat menyampaikan khotib kultum, menurut saya dia mampu memadukan teori dan pengalaman pribadinya. Untuk kultum pada malam ini, saya me-request materi tentang sedekah. Mengingat, dia adalah anggota wisata hati. Jadi menurut saya, Ia tepat menyampaikan materi itu.

Dugaan saya benar. Ia mampu menyampaikan materi sedekah dengan apik. Dalil-dalil sedekah yang ada di alquran, Ia catat di-HP-nya sebagai rujukan saat ceramah. Ia juga memberikan contoh nyata mengenai orang yang berhasil bersedekah dengan prinsip giving and believe. Artinya orang yang bersedekah, akan mempercayai keajaibannya, setelah yang bersangkutan telah melakukannya. Ia memberikan contoh, yang sudah terkenal ceritanya dan ditayangkan di televisi yaitu tukang bubur naik haji. Tukang bubur tersebut berasal dari Semarang dan orang yang membeli mobil Mercedes Benz adalah pengusaha percetakan alquran, yaitu Haji Toha Putra.

Ia menceritakan kasus tukang bubur naik haji dengan detail dari kisah nyata, yang ia tidak melihat sinetronnya. Ia juga memberikan dalil dan janji Alloh mengenai sedekah. Melalui cerita dari Pak Lukman, harapannya jamaah dapat mengambi hikmah mengenai sedekah.

Kultum yang disampaikan oleh Pak Lukman memberikan motivasi bagi saya untuk dapat mengajak dia berjuang di jalan Alloh di lingkungan rumah sekitar. Saya berterima kasih kepada Alloh, karena dianugerahi murid yang mau belajar agama di wisata hati. Sehingga, ilmu-ilmunya dapat disampaikan di lingkungan sekitar.

Demikian teman-teman cerita taraweh saya di hari malam kedua puluh satu di musolla Pak Bahrul. Semoga cerita ini menjadi motivasi kita untuk berbuat baik. Dan, jauhkan rasa kesombongan diri kita. Saya menuliskan cerita ini sebagai doa, tidak bermaksud ria atau pun yang lainnya. Mudah-mudahan kita semua menjadi manusia pembelajar di lingkungan kita. Semoga Alloh mengampuni dosa kita semua di bulan yang penuh berkah. Amin

Agung Kuswantoro, warga perum sekarwangi sekaran semarang, email : agungbinmadik@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: