KAYA HATI DENGAN MELAYANI

Oleh Agung Kuswantoro

Siapa orang yang paling kaya di dunia? Saya yakin pasti lembaga, media, majalah Forbes sudah mencatatnya untuk tahun 2016. Saya mendapatkan data bahwa orang yang terkaya di dunia tahun 2016 adalah Amancio Ortega. Ia menggesar Bill Gates. Kekayaan dia mencapai 79,5 miliar dolar AS. Ia adalah pemilik Microsoft, sebuah pemilik Zara fashion (http://bangka.tribunnews.com/2016/09/10/).

Lalu, bisakah kita kaya seperti dia? Menurut saya bisa, bahkan saat ini Saudara sudah melakukannya. Buktinya apa? Buktinya adalah Anda sudah memberi dari apa yang dimiliki. Nabi Muhammad SAW berkata tangan diatas lebih baik daripada dibawah. Posisi kita ada pada memberi, sebutannya Pemberi.

Memberi = Melayani
Memberi dalam hal ini adalah melayani. Pekerjaan kita adalah melayani. Melayani apa yang orang lain butuhkan. Kita adalah pegawai, bukan pengusaha. Berarti tugas kita adalah melayani siapapun. Tidak hanya pemimpin (atasan), tetapi juga sesama pegawai baik dari unit sendiri maupun dari unit diluar ia bekerja.

Melayani merupakan pekerjaan mulia. Tidak gampang melakukan pekerjaan ini. Dibutuhkan kompetensi dan etika. Kompetensi masyarakat kemampuan dan kemahiran pegawai. Keduanya harus melekat dalam diri pegawai tersebut. Kompeten tapi tidak murah senyum, maka tidak menarik. Beretika tapi tidak kompeten, maka pekerjaannya tidak efektif dan efisien.

Kompetensi pegawai bermacam-macam. Ada yang membuat laporan keuangan, mengonsep surat, mengetik surat, mengirim surat, menyimpan surat, dan kompetensi lainnya. Tuhan menciptakan makhluknya beribu, bahkan berjuta kemampuan tiap ciptaanya. Tidak ada yang sama. Tugas kita wajib mensyukuri dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kita tidak boleh iri atau sakit hati dengan kemampuan orang lain. Misal dengan perkataan enak ya, ia bekerja dibagian sana? Asik ya, ia tidak ada pekerjaan tapi gajinya tinggi? Atau nikmat sekali dia, bisa kaya dengan pekerjaan seperti itu? dan pertanyaan-pertanyaan lain.

Jika ada seseorang yang demikian, pasti ia tidak bahagia, ia cenderung berperilaku menerima sesuatu, tidak memberi. Padahal yang terbaik adalah orang yang memberi (bisa melayani). Orang yang terkaya adalah memberi atas kompetensi masing-masing individu. Yang mengirim surat, ia memberi surat atau mengantarkan surat kepada unit yang dituju. Yang mengonsep surat, ia membuat surat dengan bahagia santun dan sesuai dengan kaidah persuratan untuk dibalas atau menuliskan surat. Yang menyimpan surat, ia akan menyimpan arsip sesuai kaidah kearsipan agar cepat dalam penerimanya, sehingga mempermudah dalam melayaninya.

Kompeten saja tidak cukup, harus dibingkai dengan etika santun menjadi kunci seseorang menjadi lebih cantik dan anggun. Orang akan mengenal seseorang tidak cukup karena kompetennya saja, namun juga etikanya. Misal ada orang mengatakan “oh dia yang senyumnya manis, oh dia yang suka marah? Oh dia yang selalu menolong pekerjaan teman. Dan kalimat lainnya.

Itu contoh etika. Setiap orang pasti memilikinya. Sumber etika dari keluarga dan masyarakat. Keluarga menjadi kunci utama etika seseorang terbentuk. Masyarakat menjadi wadah mengimplementasikan etikanya. Ada yang mengatakan orang Pemalang atau Tegal, bahasnya kasar. Ada juga yang mengatakan orang Solo atau Jogjakarta, bahasanya halus. Itu wujud masyarakat mempengaruhi etika Bahasa.

Jika kita berkompetensi dan beretika maka kita layak disebut sebagai orang yang kaya seperti Bill Gates. Kaya apa? KAYA HATI. Bukan kaya kekayaan seperti dia. Mengapa? Karena kita MELAYANI. Karena memberi kepada sesama tiap hari. Belum tentu tiap orang bisa memberi. Apalagi memberi kita dengan dasar kompetensi dan etika. Orang akan mengatakan kita CANTIK, CAKAP, dan ANGGUN. Bahkan saat kita dimintai tolong dengan jawaban SIAP.

Yuk, kita menjadi pribadi yang kaya hati dengan cara melayani dengan segenap kompetensi yang kita miliki dan membingkai hati ini dengan penuh etika saat memberikannya. Pasti kita orang yang tersukses dan terkaya di dunia ini, Karena setiap saat kita selalu memberi dan melayani.

Semarang, 2 Desember 2016

Agung Kuswantoro, koordinator sistem dan layanan UPT Kearsipan UNNES
Materi disampaikan pada kegiatan Non Degree Trainning, hotel Dafam Yogyakarta 2-4 Desember 2016

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: