Belajar Berpikir Positif

Belajar Berpikir Positif

Oleh Agung Kuswantoro

 

Apa yang Saudara lakukan saat di jalan ada ular piton yang sangat besar? Ada orang ketakutan dan langsung beramai-ramai membunuhnya. Apa pula orang yang memeliharanya. Lalu, ada orang yang mengambil kulitnya untuk dibuat sabuk, dompet, sepatu, dan bahan lainnya.

 

Perhatikan, ada satu kasus, ada tiga perlakuan pula. Satu kasus yaitu melihat ular. Tiga perlakukan yaitu membunuh, memelihara, dan mengambil kulit  ular. Lalu, kita ada dalam pelakuan yang mana, saat melihat ular tersebut?

 

Jawabnya, cukup Anda yang tahu. Saya hanya ingin berkata pada Anda, bahwa kesadaran (alam bawah sadar) sangat mempengaruhi otak dan tindakan. Jika kesadaran kita mengatakan ular itu pembunuh, maka pikiran dan tindakan kita langsung membunuhnya. Tetapi, saat kesadaran kita mengatakan ular itu menghasilkan uang, maka pikiran dan tindakan kita langsung memeliharanya atau mengambil kulitnya.

 

Pilih mana? Itu maknanya, kekuatan “kesadaran” seseorang sangat kuat dan sangat mempengaruhi pikiran dan tindakan. Kesadaran – setahu saya – dekat dengan hati. Hati yang mengatur seseorang. Hati seseorang sangat luar biasa. Ada orang yang kurus, tetapi “hatinya” sangat halus, sehingga pikiran dan tindakannya suka menolong dan berbagi kepada sesama.

 

Sebaliknya, ada orang yang fisiknya besar dan tinggi, namun, “hati” nya rakus, sehingga tindakan dan pemikirannya hanya “siapa yang akan saya makan, dapat saya makan, endi duite, rak ono duite, ra kerjo, mumpung rak weruh, mumpung aman, dan kalimat lainnya.

 

Kesadaran orang memang beda-beda. Jika, Anda ingin sukses, ubahlah kesadaran Anda dulu. Bukan, fisik Anda. Ada orang yang (maaf) cacat, tapi bisa sukses. Padahal cacat. Kenapa bisa sukses? Jelas, karena kesadarannya, sehingga berdampak pada pikiran dan perbuatan.

 

Rubahlah kesadaran Anda. Pelan-pelan saja. Jangan sekaligus. Atau, latihlah dengan berbagai cara sederhana. Misal, dengan mengatakan kepada anggota tubuh, dengan kalimat “Wahai kakiku, apakah masih kuat berjalan?” jika kaki itu akan menjawab atas pertanyaan tersebut, pasti jujur dengan perkataan “Aku capek”. Mungkin selama ini, kita memaksa kaki kita untuk berjalan. Padahal, ia (kaki) sudah capek.

 

Ini bukti, bahwa antara kesadaran dan pikiran serta perbuatan tidak seimbang. Cobalah, kita dialogkan ketiganya. Ajaklah alam bawah sadar untuk “menaruh” kecapeannya “diatas bantal hati”. Belai dan ajak komunikasi. Cara ini yang sering saya lakukan. Waktu juga diperhatikan. Cobalah tengah malam saat sholat tahajud, sembari mulut mengatakan astaghfirullahal ‘adzim, tangan kanan menengadah ke langit, dan tangan kiri memegang hati. Resapi. Minta ampunlah ke Allah. Mungkin, kita selama ini sangat egois terhadap keinginan kita. Namun, mengabaikan bisikan nurani.

 

 

Lakukanlah, lakukanlah, dan lakukanlah. Insya Allah ada perubahan besar dalam hidup Anda. Orang pun segan dengan Anda, karena Anda memiliki kesadaran yang tinggi. Yang mengetahui akan kesadaran ini, hanya diri Anda dan Tuhan. Orang lain itu hanya efeknya saja. Wallahu’alam.

 

Semarang, 14 Juli 2017

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: