Menulis “Diary” Wujud Komunikasi Intrapersonal

Menulis “Diary” Wujud Komunikasi Intrapersonal

Oleh Agung Kuswantoro

 

 

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri. Biasanya berwujud merenung, berpikir, berimajinasi, introspeksi diri, dan lainnya. Konsep-konsep dalam komunikasi kurang lebih sebagaimana di atas. Namun, menurut saya, masih ada yang kurang yaitu menulis. Menulis adalah wujud “nyata” dalam berkomunikasi. Dengan menulis, maka  seseorang dapat untuk berkomunikasi dengan dirinya dan “diri”nya diajak pula untuk memahami atas tulisannya. Salah satu wujud komunikasi intrapersonal dalam menulis yaitu menulis “diary”.

 

 

Masih jarang seseorang dalam komunikasi intrapersonal diwujudkan dalam menulis. Padahal, dampak menulis mengenai “apa saja” tentang hal apa terjadi oleh batin kita. Dengan cara menulis, mengajak “dialog” antara “aku” dan “batin”. Seakan-akan “batin” bertanya, lalu “aku” menjawab. Atau sebaliknya “aku” bertanya, lalu “batin” menjawabnya.

 

 

Penting bagi seseorang untuk praktik menulis “diary”. Dampaknya luar biasa, yaitu “terurai”  pemikiran atau permasalahan dalam dirinya. Karena, ia terlibat secara emosional, terlebih ditulis dengan tangan. Dulu, orang menulis “diary” di buku, sekarang, bisa ditulis di komputer atau blog.

 

 

Tetap ada perbedaan antara menulis “diary” di buku dengan komputer. Biasanya menulis “diary” di buku yaitu keterlibatan emosi, hati, perasaan, dan gejala yang timbul sangat terasa. Karena, yang bersangkutan mengalaminya sendiri. Bahkan, saat ada buku “diary” menurut sebagian orang mengatakan “buku rahasia” dimana berisi kumpulan “batin” yang punya, seperti percintaan atau permasalahan pribadi.

 

 

Sedangkan menulis “diary” di komputer yaitu kurang ada efek emosi dan batin, karena “mungkin” terlalu serius atau berhadapan dengan mesin sehingga hasil tulisannya kurang mengena dalam hati.

 

 

Menulis ‘diary” adalah salah satu wujud “pelampiasan” komunikasi intrapersonal dimana “bekas” berekspresi untuk menangis, tertawa, senyum, marah, atau kecewa. Menulis “diary” adalah cermin diri kita suatu saat kita buka buku tersebut, akan menjadikan kita tersenyum, menangis, atau tertawa sendiri. Andalah penulis hebat, jika Anda telaten menulis “diary”, lihatlah buku “diary” tertera tanggal, bulan, dan tahun. Maknanya Anda disuruh menulis di buku tersebut tiap hari. Cobalah, menulis “diary” tiap hari atau setiap ada “moment” apa pun. Pasti Anda akan menjadi orang yang pandai dalam berkomunikasi intrapersonal…

 

 

Semarang, 7 Mei 2017.

Agung Kuswantoro, dosen dan penulis buku administrasi perkantoran dan sosial

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: