Ngaji Tauhid (11): Bertahap

Ngaji Tauhid (11): Bertahap
Oleh: Agung Kuswantoro

Mengaji tauhid – menurut saya – itu bertahap. Ada banyak contoh kajian tauhid yang menarik. Seperti, kajian Yusuf Mansur, AA Gym, dan Aam Amiruddin. Masih banyak kajian tauhid lainnya yang tidak saya sebutkan.

3 saja dulu. Yusuf Mansur terkenal dengan konsep sedekahnya. Pendekatannya adalah iman/percaya. Intinya, percaya tidak dengan keajaiban sedekah? Majlisnya bernama “Wisaya Hati”.

Aa Gym terkenal dengan konsep “Manajemen Qolbu” (MQ). Hati yang harus dikelola agar selalu dekat dengan Allah. Majlisnya bernama “Darut Tauhid”.

Aam Amiruddin terkenal dengan tafsir dan seputar komunikasi rumah tangga. Komunikasi terhadap sesama menjadi penting dalam beribadah kepada Allah. Majlisnya bernama “Percikan Iman”.

Demikian buku/kitab, mengenai tauhid juga banyak. Ada aqidatul awam, Hasyiyah as-Syarqowi, Hasyiyah Dasuki, Tuhfatul Murid, Alyawaqit wal jawahir, dan kitab tauhid lainnya.

Dulu, waktu saya mengajinya, saya tidak memahami isi dalam kitab tersebut. Bingung. Terkesan, isinya hafalan. Bahkan, penalaran/logika. Penalaran yang tidak saya pahami. Waktu itu.

Misal, sifat wajib Allah dengan pendekatan dalil naqli dan aqli. Dengan pendekatan, dalil-dalil di Alqur’an/hadist dan contoh nyata dalam kehidupan.

Jika usia kita SD/SMP (kelas 13) menurut saya, maka penalaran/logika ini belum bisa “berjalan”. Karena, pemikirannya belum sampai pada tahap ini.

Saya kagum dengan cara penyampaian guru saya, ustad Romadhon (dipanggil Ustad Ondhong). Bagus, sekali dalam penyampaiannya. Saya belum paham waktu itu dalam menggunakan pendekatan penalaran yang ia gunakan. Alhamdulillah, sekarang saya baru memahaminya. Setelah saya baca kitab-kitab tersebut.

Waktu saya kecil. Saya hanya memahami kitab Aqidatul awam. Ustad Rafiqul ‘Ala (sebut Ustad Roriq) yang mengenalkan kitab tauhid itu kepada saya di Madrasah “Hidayatus Shibyan”. Penyampaiannya, sangat sederhana dan mudah dipahami. Pendekatannya adalah pendekatan anak. Waktu itu, saya SD kelas IV hingga VI. Alhamdulillah, khatam mengaji kitab itu.

Gaya bahasa “Pemalang” selalu muncul Ustad Rofiq dalam menjabarkan isi kitab Aqidatul Awam. Ternyata, belajar Tauhid itu bertahap. Cara belajarnya, bukan hafalan. Tetapi, juga berpikir, merenung, dan mengamati ciptaan Allah.

Letak dari ilmu tauhid, pesannya dapat ditangkap melalui hati. Pendekatannya hati dulu. Baru, akal. Waallahu’alam.

Semarang, 29 Desember 2018.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: